CHAPTER 1 • KARTU NAMA

15.9K 753 3
                                    

"We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them." Albert Einstein

(Kita tidak dapat menyelesaikan permasalahan kita dengan pemikiran yang sama seperti ketika kita membuat masalah tersebut.)

•••••

Diana soerjodiningrat pov

"Keluar dari rumah saya!" teriak papa. Beliau menendang koper berisi beberapa potong baju yang sebelumnya dimasukkan oleh kak diandra. Papa mendorongku hingga aku hampir tersungkur di depan rumah.

"Papa jangan usir Diana." Aku menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat kaki papa.

"Dasar tidak tau diuntung, sudah bagus dikasih tempat tinggal, dikasih makan, dikasih uang, eh malah pake hamil diluar nikah," maki kak Diandra.

"Kamu malu-maluin keluarga besar kita, kamu tau kita ini keluarga terpandang, keluarga terhormat, keluarga ningrat, gimana tanggapan orang luar kalau tau ini?!" bentak mama.

Aku tau, aku memang tidak pernah disayang dikeluarga ini. Sebaik apapun hal yang kulakukan, pasti selalu salah dimata mereka. Tapi, tidakkah ada sedikit belas kasihan terhadapku? Aku juga bagian dari keluarga ini.

"Pergi sekarang! atau perlu saya seret kamu keluar?!" bentak papa kasar.

Dengan memungut koper berisi bajuku itu, aku segera pergi dari rumah ini. Sepertinya memang kesempatanku untuk tinggal di rumah ini sudah habis.

Tidak ada gunanya terus menangis memohon kepada mereka. Mungkin kesalahan ku teramat besar, aku harus sadar diri. Perlahan kugeret koperku meninggalkan rumah.

Saat sampai di depan rumah, aku berhenti sejenak. Ku lihat lekat rumah itu, bangunan berlantai tiga yang selama ini menjadi tempat ku pulang. Doaku, semoga suatu saat aku bisa kembali ke rumah ini lagi.

"Ngapain masih di situ, cepet pergi," teriak mama dari teras rumah. Lamunanku buyar ketika mendengar teriakan itu. Kuusap air mataku, dan kembali melangkah, menyeret koperku.

Aku tidak tahu harus kemana. Selama ini aku tidak pernah memiliki teman dekat. Ada satu orang, kak Kevin, tapi dia sedang kuliah di luar negeri. Ngomong soal kak Kevin, apa kabar dia? Apakah dia akan kecewa denganku karena kondisiku saat ini? Apakah dia masih mau menikahiku?

Dulu sebelum kak Kevin pergi, dia sempat memintaku untuk menunggunya. Dia berjanji akan menikahiku setelah kuliahnya selesai. Sungguh aku masih amat sangat mencintai dia sampai saat ini.

"Non, nona Diana."

Sayup-sayup ku dengar ada orang yang memanggilku. Aku mengedarkan netraku untuk mencari sumber suara itu.

"Bibi," ucapku ketika melihat bibi mendekat ke arah ku sambil memarkirkan motornya.

"Nona, ini bibi ada sedikit untuk bekal nona. Diterima jangan ditolak, maafkan bibi hanya bisa membantu ini," kata bibi sambil memberikan amplop kepadaku.

"Apa ini bi?"

"Itu sedikit rejeki untuk nona."

Aku membuka amplop itu. Isinya ada beberapa lembar uang bergambar soekarno hatta. Ah, aku tidak bisa menerima ini.

"Terimakasih bi, tapi____," aku menutup amplop itu dan memberikannya kembali pada bibi. Aku tau, uang segini sangat banyak untuk bibi yang hanya memiliki gaji tidak seberapa.

"Sudah non bawa saja, bibi masih ada tabungan kok."

"Bibi mau lanjut dulu non, tadi izin nyonya mau ke minimarket sebentar," pamit bibi. Dia langsung menaiki motornya kembali. Tidak beberapa lama, motor bibi sudah hilang dari pandanganku.

Kata syukur berkali-kali kupanjatkan. Setidaknya masih ada orang sebaik bibi yang menyayangiku. Bibi tau bahwa aku keluar tanpa sepeserpun uang, semua fasilitasku diambil oleh orang tuaku. Hanya ada koper berisi baju yang boleh kubawa dari rumah itu. Sekarang yang perlu ku pikirkan adalah kemana tujuanku. Tidak mungkin aku tidur di jalanan, bagaimana dengan kandunganku? Meskipun dia adalah hasil dari suatu hal yang kubenci, tapi tidak pernah sedikitpun aku berpikir untuk membunuhnya.

Flashback on

"Argh," erangku. Aku memukul kepalaku, kenapa pusing sekali. Perlahan mataku terbuka, aku menyesuaikan cahaya yang masuk. Cat dinding putih, selimut putih, lampu di atas nakas, kemana sukulen ku? Kemana lukisanku? Ini bukan kamarku. Seketika mataku membuka lebar.

Refleks, aku langsung bangun dari tidurku. Selimut yang kupakai secara otomatis ikut menyingkap menampilkan badanku. Naked, aku tidur tanpa sehelai benang pun.

"Mmmm___" gumam seseorang.

Aku menengok ke arah suara itu. Yaampun, dia lelaki. Perlahan ku buka selimut yang menutupi bagian tubuhnya. Deg, dia juga tidak memaki baju sepertiku. Jangan bilang aku melakukan itu dengannya??

Kusingkap selimut lebih lebar, ada sebercak noda merah di sana. Oh god, apakah aku benar-benar melakukan hal itu dengannya. Air mataku menetes tanpa haluan. Tidak tidak, tidak mungkin aku menyerahkan mahkotaku kepada lelaki yang tidak pernah ku kenal.

Kedua tanganku meremas rambutku. Aku berusaha keras mengingat kejadian semalam. Semalam aku dan teman teman merayakan pesta kelulusan sekolah menengah atas di diskotik. Lalu salah satu temanku memberiku minuman dan itu bukan alkohol. Aku jelas bisa membedakan itu alkohol atau bukan. Tapi setelah aku meminum itu kepalaku mendadak memberat, badanku terasa kepanasan. Karenanya aku pergi ke toilet. Belum sampai di toilet aku menabrak____. Yaampun, apakah dia orang yang aku tabrak??

Semalam aku meraung-raung kepanasan dan dia langsung menciumku. Aku dan dia memasuki sebuah ruangan, dan setelahnya aku sama sekali tidak ingat.

Jadi kalau boleh disimpulkan, berarti di sini aku juga bersalah. Aku harus pergi sebelum dia bangun.

Aku memakai pakaianku kembali, dan segera meninggalkan ruangan itu

Flash back of

"Darren Morrano Smith," ejaku. Untunglah sebelum pergi aku mengambil kartu nama miliknya. Di situ tertulis alamatnya. Aku harus menemui dia, bagaimanapun ini adalah anaknya.

Aku pun bergegas menuju terminal. Alamat yang tertera di kartu nama itu ada di Bandung. Selama ini aku tidak pernah ke bandung naik bis, tapi mau naik apa lagi kalau bukan naik bis.

"Kamu jangan rewel ya, bantu mama cari papa," gumamku sambil mengelus perutku yang belum membuncit.

•••••

Sorry Typo 🙏

WARNING !!!
Jangan lupa tekan 🌟

Pregnant ©2020 laelanhytAll rights reserved

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pregnant
©2020 laelanhyt
All rights reserved

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang