ChildishObsesi 20

1.3K 105 8
                                    

Alin melangkahkan kakinya santai di koridor menuju lapangan, matanya menyusuri setiap celah yang tertangkap.

"DIKA, JUNA, BONDAN, LEO...." Alin berteriak sambil melambaikan tangannya sejalan dengan kakinya yang mulai berlari kecil.

"Wahhh neng geulis muncul," celetuk Bondan.

"Nyari Elon ya?" tanya Dika.

Alin mengangguk.
"Mana?"

"Tuh anak terpilih ikut olimpiade biologi dengan Sindy, palingan sekarang mereka lagi di perpus," jawab Juna seraya mengedipkan sebelah matanya dengan senyum mengejek.

Alin memutar bola matanya kesal.
"Thanks," ucapnya lalu memutar tubuh untuk berjalan ke arah perpus.

Melewati beberapa kelas dan taman, akhirnya ruang perpustakaan terlihat. Melongokkan kepalanya, tanpa permisi dia langsung masuk.

Matanya menangkap dua sejoli yang duduk berdekatan sambil memperhatikan sebuah buku.

"Harus ya sedekat itu?" gerutu Alin sambil berusaha menyelip ditengah-tengah mereka.

"Kalian tau kan, kalo lagi berduaan pasti yang ketiganya setan," sindir Alin, Elon dan Sindy sudah reflek bergeser untuk memberikan Alin ruang.

"Kamu dong setannya," celetuk Sindy.

"Emang gue setannn!" kata Alin sadis.

"Alinn," panggil Elon yang membuat gadis itu menatapnya.

"Kenapa gak ngasih tau?!"

Elon memeluk Alin dan membenamkan wajahnya ditengkuk gadis itu, mereka tak menyadari kalau Sindy sudah memasang muka masam.

"Baru dikasih tau tadi sama buk lidya, sayang."

"Jangan macem-macem yaaa," kata Alin lembut.

"Ini kita lagi belajar lohh," seru Sindy mengintrupsi kegiatan pasangan tersebut. Elon langsung melepaskan pelukannya, dan Alin beralih menggenggam tangan cowok itu.

"Nyampe mana tadi?" tanya Elon santai dan Sindy menunjukkan buku cetak yang tergeletak diatas meja.

"Ini mah gampang banget," kata Alin terkesan sok tau.

"Gampang?" beo Sindy.

"Kamukan ips mana ada pelajaran biologi, " kata Elon terheran-heran.

"Dari dulu juga aku pernah belajar begini pas sd sampe smp!! Dan ininih udah umum banget dipelajarin."

Elon meringis tertahan ketika gadisnya meremas tangannya dibawah meja.

Cowok itu terkekeh dan mengacak puncak kepala gadis itu dengan tangannya yang bebas.

"Maaf yah aku sering nyusahin," cicit Alin pelan, tapi masih dapat terdengar.

Elon hanya membalas dengan meggerakkan jari-jarinya diatas punggung tangan gadis itu.

"Tapi susah dong belajarnya kalo ditengah-tengah kita masih ada orang," kata Sindy yang membuat Alin beranjak pergi sebelum menginjak tangan gadis itu kasar yang sedang bertumpu di lantai.

"Upss gak sengaja! "

~~••~~'

Alin menatap Elon curiga ketika menyadari di jari cowok itu tersemat cincin.

"Kenapa?," tanya Elon bingung. Alin mengangkat tangannya yang menggenggam tangan cowok itu didepan muka.

"Itu apa?," tanya Alin sewot.

"Cincin," jawab Elon polos, yang membuat gadis itu menggeram.

"Ini pasti cincin dari Sindy yaa!!" Alin melepas paksa cincin itu, baru saja ingin dilemparnya jauh-jauh tapi gerakkan Elon yang tak kalah kasar mengambil paksa cincin itu dari genggaman Alin lalu dipakainya kembali.

Hal itu sontak membuat matanya melotot marah.

"Bukan, ini aduh gimana ya." Elon menggaruk tengkuknya panik lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya dan menampilkan sebuah cincin yang sama persis seperti yang dipakai Elon tadi hanya saja ukurannya lebih kecil.

Elon mengaduh ketika betisnya ditendang Alin dengan tidak berprikemanusiaan.

Melihat gadisnya yang pergi, Elon langsung mengejar dan menarik tangan Alin agar tetap tinggal. Sedangkan Alin mengehentakkan tangan Elon hingga terlepas.

Tidak menyerah, Elon mengejar Alin dan melingkarkan tangannya dari belakang.

Merekapun sudah menjadi tontonan gratis karena ini masih diwilayah sekolah.

Merasakan Alin yang mulai tenang sambil was-was takut ditendang lagi. Elon berpindah posisi menjadi berhadapan.

"Nangis eh," kata Elon terkekeh. Cowok itu mengangkat tangannya untuk menghapus air mata yang sempat keluar dari mata Alin. Belum sempat, Alin sudah menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Ini buat kamu, aku bingung cara ngasih nya gimana," ungkap cowok itu.

"Kenapa muka nya ditutup?" kata Elon lagi.

"Maluuuuu," rengek Alin, Elon pun membawa kepala Alin untuk bersembunyi ke dadanya.

"Tumben malu, biasanya malu-maluin," ucap Elon sambil mengusak-ngusak kepala gadis itu. Alin mencubit pinggang Elon kuat.

"Aduh, tenaga kamu luar biasa yaa," ejek Elon.

"Iss, pasanginnn." Alin menjauhkan kepalanya, lalu menunjukkan jari-jarinya dihadapan Elon.

Dengan ligat cowok itu memasangkan cincin satunya lagi di jari manis gadisnya.
"Cantik."

"Cincinnya doang?" Alin cemberut.

Mata yang semula menatap jari Alin kini beralih ke wajah gadis itu.
"Orangnya dua kali lipat lebih cantik!"

Childish X Obsesi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang