ChildishObsesi 35

1.2K 92 15
                                    

Cast Noland dan Elon

Jonathan menendang pintu dengan asal, sebelumnya tak pernah ada perempuan yang berani menolaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jonathan menendang pintu dengan asal, sebelumnya tak pernah ada perempuan yang berani menolaknya. Harga dirinya mau ditaruh di mana? Kurang ajar sekali gadis itu, dia pikir dia secantik apa?

"Kenapa lu?" tanya seorang perempuan menatap heran ke arah Jonathan yang baru masuk. "Oh gue tau, Alin kah? "

"Bacot!! Gak bakal ada yang bisa ngelawan gue apalagi nolak gue kaya dia!"

"Udah sih, masih banyak cewe di dunia ini."

"Memang, tapi---" Jonathan menyeringai menatap ke arah Sindy yang duduk berjauhan dengannya. "Gue bakal membungkam kesombongan dia."

"Silahkan, tapi jangan apa-apain calon gue!" Sindy mendekat sambil memperhatikan kuku-kuku jarinya. "Udah cukup lo nonjok dia waktu itu."

"Halah, apasih bagusnya dia. Bocah ingusan, manja!" gerutu Jonathan menatap adiknya yang menggilai Elon.

"Pesona lo masih kalah sama dia! Mangkanya cepetan apa-apain Alin, biar Elon sama gue." Sindy memukul pelan lengan kakaknya. Jonathan menatapnya dengan jijik.

"APA." Sindy melotot.

"Jadi rencana terakhir nih?" tanya Jonathan pelan. Sindy mengangguk yakin, tapi ada hal yang menjanggal di hatinya.

***

Elon berulang kali menarik dan menghembuskan napasnya, mencoba siap untuk melangkahkan kakinya ke rumah ini. Baru saja ia ingin membuka kenop pintu, namun pintu sudah terbuka lebih dahulu dari dalam. Elon menyingkir ketika Papanya lah yang muncul, menatapnya sebentar dan tanpa kata-kata melewatinya begitu saja dengan pakaian rapi. Sepertinya Papa Nesta akan kembali ke kantor. Elon tau Papanya itu dingin tetapi semakin ke sini sifatnya malah lebih dingin padanya. Baru saja dirinya ingin masuk tetapi muncullah Noland dengan pakaian sama rapinya.

"Eh Elon?" Noland tersenyum memamerkan sebelah lesung pipinya. "Masuk gih, maafin gue ya...gue gak punya siapa-siapa lagi." Noland menatap mata Elon merasa bersalah.

Elon tersenyum.
"Gak, kita saudara kan?" ucapnya terkekeh, dia juga harus tau diri di rumah ini dan dia tidak bisa meninggalkan Mama Elena, dia mencoba menerima segalanya.

"Cepat Noland!" Suara yang dikeluarkan oleh Papa Nesta membuat Elon tersentak dan Noland yang bergegas sambil berpamitan pada Elon.

Elon masih tak percaya, kenapa hidupnya malah seperti sinetron. Anak yang tertukar? Menguatkan tekad dia lebih memasuki rumah ini. Sebenarnya baguskan? Cita-citanya sebagai dokter akan terwujud, biarlah Noland yang mengurusi perusahaan papanya. Asik melamun sambil berjalan, kakinya tersandung yang membuat kepalanya terpentok ujung meja.

"Ahhhhk," ringisnya memegang kening yang sedikit tergores hingga mengeluarkan darah.

"YAAMPUN DEN ELON, HATI-HATI ATUH." Bibi Jum datang dari arah dapur membantunya duduk.

"Eh bibik, ini gakpapa kok." Elon buru-buru mengelap keningnya.

"Jangan digituin nanti iritasi, bibi ambilkan obat ya." Dengan cepat bibi Jum ke belakang.

Elon mendongakkan kepala saat yang datang bukannya bibi Jum tetapi Mamanya dengan kotak p3k ditangannya. Canggung, itulah yang mereka rasakan.

"Sayang?" panggil Elena. "Sini Mama obatin." Elena membuka kotak itu, mengambil kapas yang sudah dituangkan betadin dan dengan perlahan mengarahkannya ke kening anaknya. Elon hanya diam tak berani mengeluarkan suara apalagi menatap wajah orang yang selama ini mengurus dan menyayanginya.

"Selesai," ucap Mama Elena menatap wajah Elon lekat. "Lain kali hati-hati sayang, sini mama peluk." Elena meraih kepala Elon, cowok itu tak ingin mengelak. Dia memeluk sosok ibunya sambil terisak.

"Eh, kamu itu cowok loh kok malah nangis? Gak malu sama pacarnya? Gak malu sama mama?" Elena tertawa sambil menepuk kepala Elon.

"Ma orangtua kandung aku kenapa bisa meninggal?" pertanyaan itu membuat tawa Elena sirna.

"Ibu kamu meninggal sewaktu melahirkan, dan ayah punya penyakit jantung. Itu yang Noland ceritakan."

"Makam mereka di mana Ma?"

"Bogor sayang, kita akan ke sana sewaktu liburan semester kalo kamu mau lihat."

"Ma temenin aku tidur yok, kangen dibacain cerita terus di nyanyiin." Elon tertawa setelah mengatakan itu, membuat Elena tertawa.

"Yaudah pindah gih ke kamar, kaya nya kamu lebih cocok jadi adiknya Noland deh." Elon hanya tersenyum menanggapi.

Setelah sampai di kamar, Elon langsung berbaring dengan kepala cowok itu yang berada di pangkuan Elena.

"Ma ambilin boneka yang besar." Elon menunjuk boneka pokemon warna kuning berukuran besar.

"Kamu beli lagi?" tanya Elena sambil menyerahkan boneka itu yang kemudian dipeluk oleh Elon.

Elon menggeleng kemudian mengangguk.
"Ini pilihan Alin katanya untuk nemenin pikachu, kenalin Ma namanya Elin singkatan dari nama kita," jeda sebentar sambil  memainkan mata, pipi boneka itu. " lihat deh mereka kaya mama sama anak ya."

Elena mengelus kepala putranya sayang sambil tersenyum, matanya menatap geli ke arah dua boneka yang sama hanya saja berbeda ukuran.

Childish X Obsesi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang