ChildishObsesi 30

1.2K 92 14
                                    

Flassback

Setelah puas bermain dengan teman-temannya, Elon memutuskan untuk pulang karena dia takkan mungkin ikut mereka ke club milik Juna. Ketika memasuki ruang tamu dia tampak bingung dengan kening yang mengkerut saat lensanya menangkap sosok lain yang tak asing. Elon berjalan mendekat, bunyi langkah kaki yang ditimbulkannya membuat sosok yang sedang duduk itu menoleh dengan mata yang melebar.

"ELONN?" sapa orang itu semangat dan mereka bertos ria ala laki-laki.

"Noland, ngapain disini? Kenapa gak ngchat dulu? Perasaan gue gak pernah ngasih tau alamat rumah deh," tanya Elon antara senang dan juga bingung.

Noland tersenyum.
"Elon anak mama Elena ya?" pertanyaan itu membuat Elon mengangguk canggung.

Noland langsung memeluk cowok itu.
"Akhirnya kita sodara," ucapan cowok itu membuat Elon langsung mendorongnya.

"Maksud lo?" Otaknya bersikeras memproses kata-kata yang diucapkan Noland tadi. Namun, kedatangan yang lain mengalihkan perhatian keduanya.

"Sepertinya kalian sudah saling mengenal." Itu adalah sebuah pernyataaan yang keluar dari Mama Elena dan didampingi oleh papa Nesta berdiri di belakangnya.

"Ma? Elon gak paham." Elon melangkah kearah mamanya dan langsung memeluk yang mendapat sambutan hangat oleh wanita paruh baya itu.

"Ekhem." Papa Nesta berdehem. "Kami baru mengetahui fakta ini sebulan yang lalu kalau sebenarnya setelah persalinan Mama Elena, kalian tertukar ketika dirumah sakit." Jelasnya dengan tegas. Membuat Elon terbelalak kaget dan menjauh.

"Tertukar?"beo Elon dengan pandangan kosong. Mama Elena mencoba meraihnya tapi cowok itu langsung menghindar.

"Maafkan mama sayang, tapi kami benar-benar menyayangimu. Fakta ini baru kami ketahui berdasarkan bukti-bukti yang akurat serta setelah orang tua kandung kamu yang mengasuh Noland meninggal dunia."

"Elon bukan anak kalian?" Elon mengacak rambutnya frustasi. Melihat itu Elena ingin memeluknya tetapi tak jadi saat Elon melihatnya dengan mata memerah membuat hati Elena tercubit.

"Sayang kamu akan tetap jadi anak kami, kamu tetap tinggal disini tapi mohon terima Noland dikeluarga kita ya?" Mohon Mamanya. Noland hanya terdiam dia sungguh takut mengusik, apa kehadirannya adalah pengganggu?

Elon tersenyum.
"Terima kasih, tapi maaf biarin Elon sendiri." Setelah mengucapkan kata itu, Elon langsung berlari keluar menaikki motornya dan melaju kencang membelah jalanan digelapnya malam. Pikirannya kosong tak tau tujuan, dia malah mengarahkan motornya ke club milik Juna.

Sedangkan di kediaman Nesta, Mama Elena menangis histeris sepeninggalan Elon bahkan fakta ini juga menyakitinya. Dia yang semangat menyambut kehadirannya, dia yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang, dia yang merawat dan mendidiknya hingga cowok itu tumbuh dikeluarga ini dengan sangat baik. Tapi ternyata Elon bukanlah darah dagingnya? Tapi Elena tetap menyayanginya. Papa Nesta memeluknya erat dan Noland juga ikut menenangkan sambil mengucap maaf disela-sela kalimat, membuat Elena tersadar kalau perlakuannya bisa saja menyakiti hati anak kandungnya sendiri.

"Sini nak, gak usah minta maaf. Sudah mama bilang kan kalo kalian akan jadi saudara," ucap Elena meraih Noland untuk dipeluk juga, diam-diam dia khawatir karena ia sangat tau segala tentang Elon. Bagaimana keadaannya? .

***

Setelah sampai di club, Elon langsung memasukkinya tak perduli dengan musik yang berpotensi merusak gendang telinga ataupun gadis-gadis yang menatapnya seolah ia adalah mangsa. Yang dia butuhkan adalah teman-temannya. Yang pertama kali melihatnya adalah Dika.

"ELONNN," teriakkan Dika membuat yang lainnya melihat kearah pandangan Dika.

"Lo ngapain kesinii!!!!" Juna menarik tangan cowok itu ke arahnya agar terhindar dari ajakkan syetan yang terkutuk.

"Dia bukan untuk bersenang-senang." Peringat Juna pada gadis-gadis yang menginginkan Elon.

"Bro ngapain kesini, pulang," ucap Bondan khawatir.

"Gue anterin deh," sambung Leo.

"Kasih gue sesuatu," ucap Elon menarik rambutnya frustasi. Bondan, Dika dan Leo bingung.

"Mau minum?"

"Red wine aja sih."

"Bagus nih Elon kita udah besarr kek balon."

Ucap mereka tak berfaedah, sedangkan Juna yang paling paham karena selain dia yang lebih dewasa dan peka diantara mereka berlima, dia juga menjadi tangan kanannya Alin. Juna mengisyaratkan untuk diam.

"G-gue kumat," gumam Elon yang hanya dapat didengar oleh Juna.

"Bego, nanti rambut kepala lo lepas." Juna meraih tangan Elon. "Atau gue panggil Alin aja?" Ketika laki-laki itu malah menyentaknya kuat. Alin? Kepala cowok itu pusing dan berputar-putar, Alin, Alin, Alin.

"Bro cerita kalo ada masalah." Juna mengucapkannya dengan nada lembut namun terdengar keras agar suaranya dapat terdengar.

Sudah berkali-kali mereka membujuk dan mencoba memberi perhatian tapi arah pandangan Elon tetap kosong, cowok itu termenung dengan mata memerah. Banyak hal berkecamuk didalam pikirannya.

Juna bingung dia tak pernah berhadapan dengan Elon yang seperti ini. Elon tiba-tiba berdiri dan langsung melemparkan kursi yang didudukinya tadi asal membuat keributan terjadi, dia mencoba meraih benda apapun dan menghancurkannya. Elon langsung terduduk saat Juna memukul wajahnya kalap. Dia membubarkan para pengunjungnya karena kejadian ini. Elon meludah, dengan langkah gontai dia langsung cabut bersama motornya. Hanya ada satu nama sekarang untuk menjadi tujuan terakhirnya.

Langsung saja Juna menghubungi Alin, dia sangat khawatir.

***

Haloo para readers kesayangannya author, tepuk tangan dulu dong karena aku update CXO dua kali hari ini, prokkk prokk prokkk.

Jangan lupa promosiin juga ya cerita ini ke temen, sahabat, saudara, kerabat yang suka baca. See next chapt!

Childish X Obsesi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang