ChildishObsesi 19

1.2K 93 11
                                    

"Ayoo Dik," seru Elon sambil melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Lama amat lo pamitnya." Dika menepuk bahu Elon pelan.

Yang ditepuk malah senyum-senyum gak jelas.

"Iyadeh yang lagi kasmaran mah beda." Dika terkekeh.

"Yang lain mana?" tanya Elon sambil memakai helm nya.

"Dirumah gue palingan nge game, si Juna ada urusan katanya."

"Temeni gue dulu ke toko perhiasan." Elon mulai menunggangi motornya.

"Ngapain lu," teriak Dika mensejajarkan motornya ke motor Elon yang sudah lebih dulu keluar pekarangan rumah.

"Tunjukkin gue dimana toko nya!" seru Elon.

"Oke tau gue, ikutin!" Dika menggas motornya lebih kencang diikuti dengan Elon berada dibelakangnya.

Mereka berhenti.
"Mama gue sering kesini, katanya bagus-bagus sih."

Elon hanya mengangguk. Melihat-lihat apa yang bisa dia beli dengan uang tabungannya sendiri.

"Silahkan dipilih mas." Mbak-mbak penjaga toko mempersilahkan.Dan menawari beberapa macam.

"Gue mau ah yang ini." Dika cekikikan membayangkan dirinyalah yang memakai gelang cewek. Membuat Elon menamplok belakang kepalanya pelan.

Matanya terpaku pada cincin couple yang menunjukkan pesonanya. Desainnya yang sederhana dan tampak elegan ketika digunakan.

"Mbak, coba mbak coba deh cincin yang ini," suruh Elon lalu menunjuk cincin incarannya, membuat mbak-mbaknya tersipu malu.

Sedangkan Elon memperhatikan tangan mbak itu sambil mengingat-ingat ukuran jemari kekasihnya.

"Maaf mbak, boleh saya pegang?" Tanpa persetujuan orangnya. Cowok itu meraih tangan mbak itu yang sudah menggunakan cincin incarannya dan memainkannya sedikit.

Dika hanya melongo melihat kepolosan Elon.

Akhirnya Elon tersenyum bahagia.
"Pas."

"Iya mas, untuk saya ya?" kata mbak itu tersipu malu.

Elon melepaskan cincin itu.
"Saya ambil yang itu, berapa ya mbak harganya?"

"750.000 Mas."

Elon yakin akan sangat cantik dan elegan ketika Alin memakainya, Elon yang sering memperhatikan bahkan memainkan jari-jari tangan Alin yang mungil memudahkannya mengingat. Dia tak akan salah ukuran.

"Ini mas." Mbak itu memberinya dengan wajah kusut.

"Terima kasih, yuk Dik." Orang yang dipanggil malah menurun naikkan alisnya menggoda si penjaga toko. Langsung saja Elon menyeret temannya itu keluar.

"Kerumah gue kan?" tanya Dika mengecek handpone nya sebentar.

"Hu'um."

***

Alin bertos ria dengan Juna dan Bang Rey.

"Mana hadiah gue," pinta Alin. Rey melemparkan sebuah kunci dan ditangkap dengan mulus oleh gadis itu.

Alin dan Juna menyerngit.
"Kunci apaan?"

Emangsih yang menjadi bahan taruhan biasanya uang, dan benda-benda berharga. Tapi Alin sangat mengenal ini kunci apa.

Bang Rey tersenyum miring.
"Bugatti."

"Gilaa!! Seriuss." Juna pun terbelalak tak percaya. Apalagi Alin yang menganga hampir saja liur nya menetes.

"Memang sih agak sulit ngelawan dia, tapi ini beneran? Buset dah sayang bener bugatti nya di jadiin taruhan." Alin tersenyum senang.

Alin melemparkan lagi kunci itu kepada Rey.
"Angkut bang, jangan di jual dulu. Buat modal nikahin Elon."

"Cowok lembek yang kemarin?" ucap Bang Rey meremehkan.

"Stop bang, sebelum singanya keluar." Juna melirik Alin yang menatap Rey garang.

"Selo bercanda, ni anak ngapa dah." Rey terkekeh.

"Lagian bang, lu belom tau aja gimana tuh pacarnya si Alin," kata Juna.

"Wah dua lawan satu up deh, keroyokan," ucap Bang Rey pergi.

Lagian hasil yang didapatnya dari pertarungan ini bukanlah sepenuhnya. Nanti akan dibagi-bagi lagi dengan beberapa anggota inti lainnya dan dia hanya dapat sisa nya saja.

Toh biarin aja, lagian penghasilannya bukan cuma dari sini aja kok. Sekalian menyalurkan hobi dan kekesalannya bisa menghabiskan makhluk hidup walaupun gak sampe end.

Padahal rasanya pengen bunuh orang!

Juna merangkul Alin.
"Yok makan, gue traktir sepuasnya!!"

Childish X Obsesi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang