Pernah gak sih kalian merasakan malas untuk melakukan apapun bahkan menjalankan aktivitas? Itulah yang Alin rasakan sekarang tapi sialan sekali cacingnya seakan-akan bernyanyi. Cacing-cacing diperut curi semua nutrisi~~.
Dengan malas-malasan dia mengambil jaket beserta kunci mobilnya, ingin membeli makan malam di luar sekalian mampir ke rumah mertuanya. Menelusuri ramainya kota Jakarta dia sangat menyesali memilih jalan ini karena keadaan yang macet parah, membuatnya bosan setengah mati. Apalagi para manusia yang dengan tidak sabaran membuat gendang telinganya minta disumpal sesuatu, bunyi klakson mobil dan motor mengiringi dia untuk sampai di rumah makan pinggir jalan. Ingatkan dia untuk pulang melewati jalan alternatif nanti.
Alin memutuskan untuk memesan sate madura dan pecel lele, tidak lupa membawa sesuatu untuk Elon dan calon mertuanya. Menyalakan mesin mobil, dirinya agak takut-takut saat melewati jalanan sepi agar terhindar dari macet. Sepertinya dewi keberuntungan sedang tak berpihak padanya, laju mobilnya tersendat dan kemudian berhenti yang membuatnya frustasi seketika.
"Haduhh bensinnya habis, Alin lo bego banget sih gak ngecek segala." Dia segera keluar menatap sekelilingnya merinding karena hanya terdapat pohon liar di pinggir jalan dan rumah-rumah besar dengan pagar tertutup rapat.
Beralih mengambil ponsel di dalam mobil, dia berniat menelpon Juna meminta tolong, tapi sangking ketakutan, jarinya asal menemukan kontak lalu menelponnya.
"Haloo, Juna tolongin! Bensin gue habis." Alin menggigit kukunya menatap cemas sekeliling. Siapa tau hantu nongol tiba-tiba, atau binatang buas yang muncul menerkam dirinya?
"Aktifin Gps, tunggu gue disana," ucap orang itu mematikan sepihak. Membuat Alin menyerngit, itu bukan suara Juna. Belum sempat menyimpan ponselnya, sekarang dia dikejutkan dengan seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. Ponsel digenggamannya terjatuh, dengan menahan napas tangannya terarah menyikut dada orang itu yang membuat bekapannya terlepas. Ingin cepat-cepat lari, namun tenaganya kalah kuat saat orang itu menahan tubuhnya.
"Toloooong!!!!" teriak Alin sambil memberontak.
"TOLOOONGG!!" ucapnya semakin kuat, dengan paksa orang itu mendorong Alin masuk ke dalam mobil. Alin berusaha mendorong orang itu yang posisinya sekarang berada di kukungannya.
"Diam bisa gak," orang itu mendesis, dengan pakaian serba hitam dan masker yang terpasang. Dengan susah payah Alin menggapai masker orang itu dan melepasnta, betapa terkejut Alin saat mengetahui kalau dia adalah----"
"J-jonathan!!!"
Jonathan menyeringai, wajahnya mendekat ingin mencium Alin tetapi gadis itu langsung memalingkan muka.
"Sweety, kiss me right now!"
Jonathan memaksa, Alin terus menggelengkan wajahnya. Tak terima, Jonathan segera menjelajahi tubuh gadis itu dengan tangannya, membuat Alin berteriak dan histeris. Alin berhasil mengigit bahu cowok itu dan menendang titik sensitif Jonathan.
"AKHHH SIAL ASETT GUE!"
Tanpa perduli, Alin segera keluar dari mobil dan berlari sekuat yang dia bisa. Sampai seseorang menariknya berjongkok di dekat tumpukkan kursi dan tong sampah. Alin memberontak.
"Sssstt ini aku." Alin terdiam, dia langsung memeluk Elon ketakutan, cowok itu mengelus punggung Alin yang gemetar."Aku takut," bisiknya menggigit bibirnya.
"Gak papa ada aku." Mereka masih berpelukkan hingga dirasa Alin sudah tenang, Elon langsung menangkup kedua pipi Alin dengan tangannya. Dia meneliti dari atas sampai bawah lalu menghembuskan napas lega.
"Ngapain keluar malem-malem?" tanya Elon. Alin pun memceritakan kenapa dirinya bisa terjebak di sini. Elon terkekeh.
"Lain kali minta jemput aku aja, oh ya tolong jangan bikin khawatir aku lagi, aku sayang banget sama kamu!" Elon tersenyum mengamati wajah Alin yang berantakkan. Alin syok, dia merasa dilecehkan dengan Jonathan tapi dia juga malu menceritakannya kepada Elon."Aku izin ya." Elon mencium bibir Alin dan melumatnya pelan penuh perasaan. Alin menatap mata cowok itu yang terpejam membuat Alin juga melakukan hal yang sama. Hatinya berdesir, cukup lama mereka melakukan itu hingga Elon mengakhirinya dengan kecupan di kening.
"Jangan nakal, aku bakal rindu banget sama kamu."
"Kamu ngomong apasih," Alin memukul bahu cowok itu pelan membuat Elon tertawa kecil.
Mendengar keributan di luar membuat Elon mengintip, Alin menggigit kukunya cemas.
"Mereka gak cuma satu orang, aku telpon Juna dulu," kata Elon tangan sebelahnya memegang ponsel dan tangan sebelahnya lagi menggenggam tangan Alin."Gue bentar lagi nyampe,"
"Langsung aja ke sini, gue tunggu." Sambungan pun terputus. Elon beranjak namun di tahan oleh Alin.
"J-jangan pergi," Alin memohon firasatnya benar-benar buruk.
"Juna sama yang lainnya bentar lagi datang, posisi kita gak aman dan bisa aja kita tertangkap sama mereka."
"Aku ikut!" Elon menggeleng dengan tegas, tapi dasar Alin yang keras kepala dia mengikuti Elon keluar. Membuat mata orang-orang yang masih di luar sana menatap mereka.
"Badannya gede-gede, kaya nya dia bayar orang deh atau ini bodyguard nya?" tanya Elon mengamankan Alin.
Jonathan bertepuk tangan sambil menatap Alin menggoda.
"Ah kalian, pasangan yang udah ditunggu-tunggu."Elon menyeringai, membuat Jonathan menaikkan sebelah alisnya.
"Pengecut hm? Keroyokan."Jonathan tertawa.
"Kalo gak gitu gak bakal menang bro.""Katanya atlet, udah berapakali jadi juara? tapi ternyata punya jiwa banci." Elon terkekeh, Alin pun terperangah mendengarnya. Melihat sesuatu Elon segera memberi kode membuat mereka semua menatap ke arah yang ditatap Elon namun mereka dikejutkan dengan serangan bertubi-tubi begitu juga Jonathan.
Elon mulai melepaskan Alin, membiarkan kekasihnya ikut berkelahi sesekali matanya mengawasi keberadaan Alin.
Enam lawan dua belas orang, masing-masing mengambil alih menghajar dua orang sekaligus. Elon berhadapan langsung dengan Jonathan yang menggandeng kacungnya.
Dika menjambak rambut kedua lawannya dan membenturkan kepala mereka serentak, diringi dengan tendangan memutar. Leo melakukannya seperti bermain-main dia beberapa kali memukul pantat lawannya sambil mengejek-ejek, menjulurkan lidah dan menggoyangkan bokongnya sendiri. Juna dengan gaya cool tapi pasti mengerahkan tenaganya dengan tenang dan santai. Alin berdecak, ketika tubuhnya dihimpit oleh raksasa ini dia segera menusuk kepala orang itu dengan paku yang ditemukannya di sebelah dan dengan mudah memutar balikkan kedaan. Elon sedikit khawatir dengan Alin namun dia langsung tersenyum lega, kekasihnya memang bisa diandalkan.
Elon melompat kecil ke tembok dan saat kakinya ditarik paksa oleh salah satu diantara lawannya. Dia langsung menendang wajah orang itu sekuat tenaga, membuatnya oleng dan saat Elon sudah berada di atas Elon langsung menunjukkan tendangan memutar dari atas tembok ke arah lawannya hingga terkapar. Elon menghindari pukulan sebuah balok dari arah lain dan mengarahkannya ke kening lawan hingga pingsan di tempat. Mereka terjatuh hingga tak sadarkan diri, kini saatnya dia membantu yang lain.
Keenamnya tersenyum puas dengan hasil bela diri masing-masing. Elon menyelesaikan sisanya, karena Dika yang sudah bonyok dan Alin yang kuwalahan. Saling menatap sambil melempar senyum kemenangan dari posisi mereka berdiri, jarak Alin dan Elon hanya berkisar dua meter.
***
Thanks gaysss, ajak temen, saudara dan keluarga lainnya yang suka baca buat baca cerita aku yahh.. Rekomendasiin juga sama temen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish X Obsesi ✅
Teen FictionSilakan follow sebelum membaca^^ Bermula dari pertemuan yang tak disengaja, menumbuhkan perasaan aneh dihati gadis kecil itu yang membuat dirinya nekat mengikuti segala aktivitas Elon. Khalindy Vanue, dia hanya bisa melihat tingkah menggemaskan cowo...