34

122 0 0
                                    

Mengenakan gaun terbaik miliknya, Arimbi tersenyum lebar di dalam cermin. Wajah cantiknya semakin bersinar setelah dipoles oleh perias andal. Malam ini Sultan mengajaknya kencan, sekaligus dinner dengan kedua sahabatnya Angga dan Leo. Sejak mengenal Sultan kehidupan Arimbi memang berubah drastis. Wanita itu semakin berani menonjolkan kelebihan yang ada pada dirinya, sehingga banyak lelaki tertarik dan ingin mempersunting. Angga menjadi salah satunya, sayangnya dia kalah cepat oleh Sultan.

"Astaga! Aku hampir tidak mengenali pacarku sendiri." Sultan bergurau, memeluk pinggang Arimbi, lalu mengecup keningnya mesra.

"Aku hanya ingin membahagiakanmu, Mas. Agar kamu tidak malu di saat menggandeng tanganku di hadapan banyak orang," jawab Arimbi. Wanita itu memang pandai memainkan kata.

"Hmm, yaa, ya. Hanya saja aku tidak suka mereka menatapmu dengan tatapan lapar, terutama sahabatku Angga." Nada suara Sultan terdengar kesal, Arimbi jadi merasa bersalah.

"Kamu tenang saja, bukankah malam ini dia ingin mengenalkan pacarnya? Tidak mungkin dia mengharapkanku lagi, Sayang." Arimbi berusaha untuk menenangkan Sultan. Hatinya sudah mentok padanya, tidak ada yang lain.

Di tengah percakapan keduanya tiba-tiba ponsel Sutan berdering. Lelaki itu segera mengangkatnya, lantas melipir ke belakang parkiran. Arimbi menunggu di tempat yang sama. Mereka baru saja tiba dan akan masuk ke dalam kafe. Tidak lama Sultan muncul dengan wajah panik, sambil merogoh saku mencari kunci mobilnya. Arimbi yang melihat itu jadi bingung.

"Aku harus pulang. Bunda jantungnya kambuh." Sultan berkata cepat. Dia tampak sangat panik.

Arimbi terkejut mendengarnya, padahal kemarin dia baru bertemu dengan bunda, dan wanita itu tampak baik-baik saja. "Bunda? Ah, Mas, aku ikut kamu saja."

"Tidak bisa, Sayang. Kamu harus ikut makan malam bersama mereka, tadi pagi aku sudah janji tidak akan absen."

Dengan cepat Sultan menarik wajah Arimbi, lantas mengecup keningnya. Belum sempat Arimbi berkata lagi, Sultan sudah masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan pelataran parkir. Kepergian Sultan membuat Arimbi tidak bersemangat. Wajahnya yang cantik berubah muram, begitu sedih menjalani sabtu malam seorang diri.

"Hei, Arimbi ..." Panggil sebuah suara, Arimbi menoleh dan mengangguk.

Ternyata Angga dan Leo sudah datang lebih awal, dengan sungkan akhirnya Arimbi ikut gabung. Wanita itu duduk di sebelah wanita yang tidak dia kenal. Sifatnya yang merasa paling cantik dan tidak tertandingi, membuat Arimbi enggan menyapa maupun menoleh ke arah wanita asing.

"Di mana Sultan?" tanya Leo bingung.

"Bunda jantungnya kambuh, jadi tidak bisa gabung dengan kita."

"Ah, sayang sekali. Padahal aku membawa orang istimewa kali ini, dan aku ingin mengenalkannya." Angga melirik ke arah sang pujaan hati.

"Pacar baru?" Arimbi pura-pura lupa.

"Yoi, dia ada di sebelahmu, Arimbi." Kali ini Leo yang menjawab.

Dengan dramatis Arimbi menganga begitu melihat wajah wanita istimewa Angga secara detail. "Serius! Pacarmu?"

"Haii, aku Wulan." Sapanya ramah.

Sontak Arimbi terbangun, jantungnya berdetak cepat sekali. Keringat dingin mengucur dari pelipis hingga ke leher jenjangnya, Arimbi sangat ketakutan. Kejadian beberapa tahun silam telah bermain di dalam mimpinya, dan itu mimpi yang buruk. Perkenalan singkat dengan Wulan membawanya pada kehancuran hidup. Arimbi memeluk kedua lututnya, menyesali apa yang telah dia lakukan pada Wulan tempo lalu. Tidak hanya merebut Angga darinya, tetapi Arimbi juga di balik gagalnya pernikahan mereka berdua.

Arimbi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang