24 | Ketika Malam

10.1K 1.5K 394
                                    

Haii, how're you?

WFH? SFH? Atau malah udah full ke sekolah/kampus/kantor?

Dimana pun kalian, semoga selalu sehat jiwa dan raga ❤️

Nao, ceritanya mana??

Sabar, sayangku. Cerita ada di bawah. Sengaja taruh note di sini karena bad news need to come first.

I have some issues about WP, honestly. Ada yang akhir-akhir ini nggak bisa login WP padahal username sama pw udah betul? Ada yg suruh reset pw? reset email?

Nao sendiri udah dua kali disuruh reset pw sama WP dua kali dalam seminggu.  Dan ini bukan cuma satu dua orang.

WP sedang dalam masa 'bersih-bersih' dan meningkatkan keamanan karena ada isu bahwa beberapa data pengguna WP digunakan secara tidak benar. Kita bisa menerjemahkannya dalam banyak arti, tapi yg jelas, saat ini data pribadi pengguna WP sedang nggak aman.

So guys, diriku sedang ketar-ketir kalau suatu saat akun Naomiyuka ngga bisa diakses bahkan oleh saia sendiri :'' Worst scenario, this account vanish from WP. Semoga nggak, tapi yah...begitulah. Kalian juga, hati-hati ya.

Selamat pagi. Selamat membaca ❤️

❤️❤️❤️





❤️❤️❤️

Ketika Abel keluar dari kamar mandi maghrib itu, ia melihat Saka sedang mengobrol dengan Nugi di sofa. Tatapan lelaki itu menajam kala Abel mendekat. 

"Apa?" tanya Abel lelah. Sungguh, tifus ini penyakit yang aneh. Abel sudah menyerah untuk bekerja dari sini, sebab ternyata bakteri mungil itu memutuskan untuk menguasai tubuhnya dengan keras kepala. Yang ia lakukan hanya berbaring, makan, berjalan ke toilet, begitu saja selama lima hari ini. Tapi ia tetap merasa kepayahan. 

"Demam di rumah udah berapa lama?" Saka bersedekap. 

"Dua," jawab Abel pelan, berterima kasih pada Nugi yang memasangkan kembali infus ke tiangnya. 

"Dua?" geram Saka. "Kenapa nggak langsung ke RS? Atau cari obat di apotik? Atau ngehubungin gue, Bel?"

"Gue nggak nyangka kalau kena tifus. Gue kira gastritis kambuh, jadi cuma minum obat gastritis aja," jawab Abel tidak terpengaruh nada tinggi Saka.

"Bisa naik, nggak?" tanya Nugi ketika Abel mulai menaiki tangga kecil di sisi ranjang. 

Abel mengangguk. "Katanya mau beli makan?"

"Hm." Nugi menoleh ke arah Saka. "Mumpung ada yang jaga, gue mau beli makan dulu. Nitip?"

"Gue udah makan. Thanks," jawab Saka dengan singkat. 

Nugi memakai snapback-nya dan menepuk pundak Saka. "Jangan dimarahi. Gue keluar bentar."

Alis Saka terbang tinggi. Tatapan lelaki itu mengikuti punggung Nugi hingga menghilang dari pandangan.

"Kalian--" Saka menggoyangkan telunjuknya. "Apa ini alasan lo jadi jarang datang ke Dhalung? Apa Nugi juga ngelarang lo pergi ke Dhalung kayak Arvin dulu?"

Abel menatap Saka dengan datar, lalu meraih roti yang disediakan rumah sakit untuknya. 

"Dia jadi klien gue lagi," ucap Abel. "Rebranding Athlas Cafe."

"Oh..." Lelaki itu menatap Abel seraya bersandar di sofa. "Dia yang punya Athlas Cafe?"

"Temannya," jawab Abel singkat, merasa bingung sendiri jika harus menjelaskan hubungan Manda dan Nugi.

Colour Palette [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang