Sambil menyalakan laptop, Abel mengeringkan rambutnya. Jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Namun demi bisa membangun komunikasi dua arah secara langsung dengan klien, Abel akan meladeni mereka pada jam-jam seperti ini.
Nanti Nathan kena tulah.
Gadis berkamisol merah jambu itu tersenyum kecut. Calvin bukan satu-satunya orang yang berpikiran seperti itu. Abel yakin, sepupu-sepupunya, bibi dan paman-pamannya pun akan berpikir hal yang sama. Abel bahkan yakin jika Mara dan Jani pun berpikiran demikian. Mereka tidak akan pernah ambil pusing untuk mencari tahu hal yang sebenarnya.
Untuk apa pula? Tidak ada yang perlu diperhatikan dari anak yang lahir dari perbuatan terlarang seperti dirinya. Kehadiran Abel laksana duri dalam daging. Dengan ada di dunia saja, ia sudah menyakiti Mira, menyakiti Jani, menyakiti keluarga besar Permadi.
Windu Laksmana Permadi memulai usaha konveksi ketika masih muda. Lalu, memutuskan menikahi Damara Bhanuwati, gadis cerdas dan penuh semangat yang menjadi sekretarisnya kala itu. Setelah menjadi istri Windu, Mara mengabdikan diri pada suami dan perusahaan. Berdua, mereka membawa perusahaan mencapai masa kejayaan. Bisnisnya mulai menggurita dan merambah pasar ekspor. Nama Permadi semakin besar. Namun kesuksesan itu, ternyata menumbuhkan sifat lain dalam diri Windu. Lelaki itu mulai tinggi hati, terlena dan melupa.
Lagi, pria itu terjerat pesona salah satu pegawainya. Perempuan polos anak kepala desa, katanya. Lemah lembut dan penurut, berkebalikan dengan watak keras kepala Mara, katanya. Bara itu mampu tersembunyi rapi untuk beberapa waktu, hingga keduanya bermain terlalu jauh, dan bara itu menyambar bagai lautan api di tengah keluarga Permadi. Si dia datang dengan janin di dalam rahim, memohon pada Windu untuk menikahinya, mengiba pada Mara untuk mengizinkannya menjadi yang kedua.
Alih-alih menyangkal, Windu menerimanya. Sebab, si dia sudah jadi pemilik hatinya. Windu yakin tidak mampu hidup tanpanya.
Namun Damara Bhanuwati, menolaknya. Berdiri di atas sisa hati yang telah mati, Mara memilih pergi. Banyak orang yang menyayangkan keputusannya. Sebab, mana bisa Mara hidup tanpa topangan dari Windu, si pengusaha kaya? Terima nasib saja, walau bagaimanapun, menjadi yang pertama akan selalu dibela. Namun Mara tetap pergi demi harga diri. Windu membiarkan Mara pergi bersama Jani, mengibarkan tantangan pada Mara bahwa Damara Bhanuwati tidak akan bisa hidup tanpa Windu Laksmana.
Namun kesombongan itu tidak bertahan lama. Di tengah bara kebencian yang selalu terjaga, Mara berusaha bangkit. Sebagai janda dari Permadi, Mara mengenal banyak orang penting. Mara memanfaatkan koneksi-koneksinya sebagai modal untuk membuka usaha. Empat tahun kemudian, Damara Bhanuwati mulai dikenal lewat butik-butiknya. Koleksi gaun, baju, tas tangan, dan pernak-pernik perempuan, banyak digemari anak muda hingga kalangan sosialita. Desain-desainnya berselera tinggi dan berkelas. Berkat tangan dingin Mara, beberapa produknya mampu menembus pasar luar negeri.
Berbeda dengan Mara, Windu agaknya menelan balik kata-katanya. Sebab sepeninggal Mara, beban menjalankan perusahaan menjadi semakin berat. Sesuatu yang sangat enggan Windu akui, Mara adalah separuh nyawanya di perusahaan ini. Windu terlambat menyadari, jika selama ini mereka selalu berpikir berdua, mencari solusi berdua, mendobrak batas-batas berdua. Rekan kerja silih berganti, namun tidak ada yang bisa menyamai Mara. Kata-kata tenang nan lembut dari dia perlahan kehilangan kekuatan ketika solusi tak kunjung tiba. Windu butuh jalan keluar, bukan kata-kata lembut nan kosong yang hanya menyuruhnya bersabar dan bersyukur saja.
Usaha Windu mulai mengalami penurunan kualitas. Para investor mulai meninggalkannya, pemasukan menurun, beberapa pabrik mulai tutup, PHK terjadi secara besar-besaran, tuntutan pekerja akan gaji yang belum ditunaikan sempat menyeret Windu untuk berurusan dengan Kementrian Ketenagakerjaan, beberapa asetnya disita untuk menutupi kerugian. Windu Laksmana, menelan seluruh kesombongan dan memulai dari awal lagi. Windu menguatkan diri. Masa-masa sulit ini bukan yang pertama kali.
![](https://img.wattpad.com/cover/228512244-288-k632810.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour Palette [Published]
Chick-LitKetika Abel tidak bisa menyebutkan nama-nama rimpang dengan benar, Abel sadar dirinya bukanlah menantu idaman Leah. Tapi, bukankah cinta selalu tentang perjuangan? Setelah kekurangan-kekurangan yang ia miliki, ia tidak bisa membiarkan kekurangan...