25 | Tawaran ajaib

9.1K 1.5K 433
                                    

===

Jadi, sudah terhitung 5x diriku diminta reset pw. Dan isu tentang kebocoran data pengguna wp itu memang benar adanya. Pihak WP sendiri sudah mulai kirim email ke pengguna wp. Sudahkah ada yang terima emailnya?

===

So, happy reading

❤️❤️❤️

"Manda baru bisa jemput satu jam lagi," gumam Nugi. "Lo bisa santai dulu, Bel."

"Nggak masalah," gumam Abel memasukkan satu persatu barang ke dalam paperbag. "Gue udah pesan taksi."

"Taksi? Kapan?" tanya Nugi terkejut. 

"Udah dari tadi," jawab Abel meraih ponselnya. "Dan dia udah sampai di depan."

Gadis itu menatap sebuah sweater yang dibawakan Gaby untuknya, lalu memakainya dengan canggung. Dia tidak mungkin pulang naik taksi hanya memakai piyama saja. Gadis itu merapikan rambutnya, dan menghadap Nugi yang masih terpaku. 

"Tolong sampaikan terima kasih gue sama Ali dan yang lain. Gue udah bikin repot banyak orang selama seminggu terakhir." Abel tersenyum tipis. "Termasuk ngrepotin lo, Mas Manda dan Mbak Mita. Sorry and thank you. Sampai sini gue udah bisa sendiri. Nanti gue telfon Mbak Mita kalau gue udah pulang. Jadi, bye, Gi."

Abel meraih paperbag-nya dan berjalan keluar, lalu menoleh ketika Nugi mengimbangi langkahnya.

"Gue temenin sampai depan," gumam Nugi. "Sekalian gue pulang juga."

Abel hanya mengangguk saja, membiarkan Nugi berjalan di sampingnya dalam diam.

"Yakin udah baik-baik aja?" tanya Nugi lagi ketika mereka hampir sampai di depan. "Gimana rasa badan?"

"Baik." Abel mencari-cari taksinya. Sebetulnya, ia masih merasa belum sehat sepenuhnya. Tapi paling tidak, rasa yang menyiksa seminggu lalu kini sudah tidak ada. Dia yakin bisa pulih dengan banyak istirahat.

"Itu taksinya." Abel berjalan menuju salah satu taksi, lalu berkata pada Nugi yang mengikutinya. "Kita ketemu di Athlas dua hari lagi--kenapa?"

Karena saat itu, Nugi menahan sweater-nya. Namun ia hanya terbungkam. Manik kelam itu menatapnya beberapa saat sebelum melepaskan Abel.

"Urusan di Athlas nanti udah sama Manda, karena sebetulnya gue cuma ngegantiin dia," ucapnya. "Jaga kesehatan. Kita nggak mau hal seperti kemarin terulang lagi."

Nugi tersenyum samar sebelum membukakan pintu.

"Pak, tolong pastikan dia utuh sampai di rumah," ucap Nugi pada sang supir yang tertawa kecil. Lelaki itu menoleh pada Abel. "Hati-hati, Bel."

Abel menyamankan diri di dalam taksi, lalu menjawab sang supir yang menanyakan alamatnya dengan sopan. Ketika mereka keluar dari area parkir rumah sakit, Abel tidak bisa menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang.

Nugi sudah menghilang, dan ia tidak bisa menemukan sosok tinggi dengan snapback hitam itu di mana pun. Abel kembali duduk dengan benar ketika ponselnya berbunyi. Nomor tidak dikenal, namun Abel tetap mengangkatnya dengan waspada.

"Ya?"

"Di mana?" suara Ali terdengar dari seberang. "Kata perawat lo udah pulang. Bareng Nugi, ya?"

"Oh..." gumam Abel pelan. "Iya, dan nggak. Gue naik taksi."

"Taksi? Lo naik taksi?" tanya Ali dengan cepat. "Nugi ke mana?"

Colour Palette [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang