24. Fall

535 51 0
                                    

Ada yang nunggu ini update kah? haha pede bgt😔. Untuk chapter ini narasinya gak terlalu banyak karena aku fokus kepercakapannya hehe semoga kalian suka! maaf ini pendek hehe

Kehidupan rumah tangga Hera dan Jimin bukanlah kehidupan ataupun kisah indah bak dunia dongeng, bahkan jauh dari kata itu. Tapi setidaknya, mereka bisa melewati ini semua. Berhasil mempertahankan rumah tangga yang nyaris saja retak.

Hari ini memasuki usia kandungan Hera yang ke 5 bulan. Hera sudah berhenti bekerja. Ya bisa dipastikan karena paksaan Jimin, tapi Hera sudah berusaha ikhlas. Meskipun memang Hera dilanda kebosanan yang memuncak, dirinya sudah membiasakan diri. Setidaknya Hera tidak hanya diam berdekam dikamar selama Jimin bekerja, Hera pasti akan membantu Bi Minah; asisten rumah tangga yang sengaja diperkerjakan oleh Jimin agar Hera tidak melakukan pekerjaan rumah.

Namun karena hari ini memang hari libur, jelas Hera tidak bisa melakukan apapun. Jimin berada dirumah, sedang bermesraan dengan laptopnya. Memang selalu seperti itu, tapi hal itu tidak mengurangi rasa sayang Hera. Lagi pula Jimin akan langsung meninggalkan pekerjaannya dan menutup laptopnya jika Hera meminta waktunya.

"Ra, sini aku sedang melihat baju baju untuk anak kita. Apakah kita nanti beli yang model seperti ini?" ucap Jimin sambil menyuruh Hera untuk duduk disampingnya.

Iya, itu lah pekerjaan Jimin. Memilah milih atau sekedar melihat lihat pakaian serta peralatan bayi, bahkan terkadang mencari mencari destinasi khusus untuk nanti Jimin berlibur dengan Hera serta anaknya. Ya, memang tidak sepenuhnya yang dikerjakan Jimin dirumah itu hanya seputar pekerjaannya. Tapi tetap saja, Jimin itu selalu memantau dan selalu memeriksa keadaan perusahaannya dimanapun kapanpun. Lalu untuk membunuh rasa bosan, memang Jimin kerap sering kali melihat pakaian bayi dan semacamnya sampai Hera menganggap hal itu sebagian dari pekerjaannya.

Hera mendatangi Jimin, mendekatkan wajahnya ke layar laptop untuk melihat detail barang yang Jimin maksud namun belum 5 menit wajah Hera sudah dipasang sedatar mungkin. "Jim, kau bercanda?"

"ha? tidak,aku serius. Pokoknya jika usia kandunganmu sudah 9 bulan kita harus membeli ini." jawab Jimin polos

Rasanya Hera ingin membungkus suaminya itu dan melemparkan ke sungai Han, "Jim, kau fikir anak kita akan langsung sebesar ini jika baru lahir?"

Hera menghempaskan nafasnya dengan kasar. Sengaja, agar Jimin sadar bahwa. "Jimin, pakaian ini jelas untuk anak yang berusia 4 tahun keatas. Bagaimana bisa kau mau membelinya ketika usia kandunganku 9 bulan? kau mau pakaian itu berdebu?"

Mendengar penuturan sang istri Jimin hanya menghela nafas dengan pasrah, bibirnya dipoutkan. Padahal Jimin naksir dan suka sekali dengan model serta motif pakaian itu. Sebenarnya tidak salah, yang salah hanya kenapa Jimin ingin membelinya diwaktu yang tidak tepat.

"ah iya besok ada jadwal untuk cek kandunganmu kan? aku tidak sabar ingin melihat ia laki laki atau perempuan. Besok aku akan cuti dan menemanimu, oke?" ucap Jimin dengan gegabah.

Memang selama ini Jimin tidak bosan mengingatkan jadwal kontrol Hera, padahal Hera tidak pernah lupa. Tapi Jimin selalu rajin mengantar meskipun Hera sudah bersikukuh untuk tidak diantar.

"bukankah kau besok masuk? kalau ada hal yang penting atau ada meeting mendadak bagaimana?"

Jimin tertawa simpul, "itu mudah. Aku bisa mempercayakannya pada sekretarisku. Karena yang lebih penting dari pekerjaanku ialah kau dan anak kita Ra. Sudah jangan cerewet dan jangan protes, kau hanya harus menuruti kata kataku."

Memang Jimin seperti itu, suka mengatur dan maunya Jimin apapun yang Jimin perintah Hera harus lakukan. Selagi itu tidak aneh aneh Hera sebenarnya tidak masalah. Tapi Hera kadang sampai bingung, apa memang Jimin seprotective ini orangnya?

REGRET✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang