Semua yang terjadi dalam hidup itu selalu ada porsinya, ada timbal baliknya secara sadar atau pun enggak. Sama seperti kehidupan Hera sama Jimin
Akhirnya baru sempet nulis ini lagi setelah tadi siang update cerita "serendipity" bagi yang gatau itu cerita pertamaku pake kata yang gak baku hehe kalian bisa mampir.
Jamgan lupa vote dan comment ya kalo bisa😊. 1 vote dari kalian sangst berharga banget buat aku. Jangan lupa baca ceritaku yang lain yaa! Hehe semuanya masih on going. Mungkin untuk cerita pertamaku yang "How to Love My Arrogant Boss" tinggal beberapa chapter lagi mendekati tamat hehe.
Semoga kalian sehat semua ya! Purple you. Happy reading!
Detak jarum jam berbunyi membuat keadaan semakin terdengar sunyi diantara keduanya. Jemari yang tidak terlalu panjang itu hanya bisa sesekali memegang gelas yang berisikan kopi panas.
Rasanya hampa, kosong. Meskipun ini terdengar tidak adil tapi Jimin tidak bisa berbohong, ada sesuatu yang didalam dirinya yang tidak bisa ia sembunyikan.
Pikiran dan otaknya hanya terfokus pada 1 kata,yakni Hera. Entah sedang berada dimana dan dengan siapa Hera saat ini. Melihat balasan Hera yang menolak tawaran Jimin untuk makan malam dirumah berdua rasanya begitu sakit
Ditambah Hera yang tidak berkata kemana ia pergi, Jimin tau hal seperti ini mungkin tidak seberapa dibanding apa yang sudah ia perbuat kepada Hera
Jimin terus melamun, tak kunjung usai. Bahkan kopi panasnya pun sudah tidak lagi panas, membuat pria yang sekarang dihadapannya ini bergumam
"jim, aku ini dokter bedah jantung. Bukan pakar cinta, mau sampai kapan kau datang kesini hanya untuk mengeluh tentang istrimu?" singgung pria berkacamata,tentu berparas tampan yang diyakini tingginya jauh lebih tinggi dari pada Jimin.
Jimin mengusap rambutnya dengan kasar, mulutnya kerap susah berbicara lagi. Teramat malu jika dirinya harus merasa marah.
"sudah kubilang kan? Pada akhirnya kau akan menyayanginya seperti dia yang menyayangimu" ucap Namjoon sambil menatap Jimin yang kini terlihat sedikit kacau.
Jimin menarik nafas, "hyung, bagaimana jika ia memiliki pria lain selain diriku? Dan apa menurutmu aku pantas menyayanginya setelah semua yang aku perbuat padanya?"
Kini Namjoon lagi lagi harus menerima beberapa keluhan dari mulut temannya itu, tidak masalah. Selagi Namjoon bisa bantu
Apalagi Namjoon kini sudah berkeluarga sama seperti Jimin. Tentu lebih mengerti bagaimana sebuah masalah datang melanda pada kehidupan seseorang yang sudah berkeluarga
"bukan salahnya jika ternyata ia memiliki pria lain, bagaimanapun dia hanya manusia biasa. Sama sepertimu. Hera dan kau hanya manusia yang saling butuh kasih sayang dan perhatian dari orang yang kalian sayang juga.
Kau tau Jim? Sedari awal kau sama saja memberi istrimu peluang besar agar dirinya mencari pria yang lebih baik darimu, yang lebih menghargainya dibanding dirimu."
Kali ini Namjoon benar, Jimin kalah telak. Bibir tebalnya itu tidak bisa membantah satu kata pun karena jelas ia tau apa yang sudah ia perbuat selama ini.
Beruntung Jimin menemui dirinya saat jam kerja Namjoon sudah usai. Bagaimanapun Namjoon hanya berperan sebagai teman yang baik untuk Jimin
"jimin, tidak ada yang menganggap kau tidak pantas menyayanginya. Sudah seharusnya kau menyayanginya karena kau suaminya. Siapa yang bisa menilai hal itu tidak pantas? Dirimu kah sendiri?" kali ini Namjoon kembali fokus pada Jimin yang sekarang sudah semakin semrawut.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET✅
FanficI still believe even though it's unbelievable: to lose your path is the way to find that path. --lost