26. Regret II

544 58 0
                                    

Hai! Kalau kalian mau lebih mengerti atau  mau lebih memahami pokok masalah mereka kalian bisa baca penjelasannya di bawah ya hehe happy reading!





"jika kalian memaksaku untuk berpisah dengan Jimin maka jangan salahkan aku jika aku harus berpisah dengan kalian, Ibu pasti senang jika melihat aku menemaninya."

Kalimat Hera begitu menggema seisi ruangan, terlebih lagi Jimin. Rasanya benar benar terkejut bukan main ketika Hera dengan mudah mengucapkan hal itu.

Tenaga, hati, otak Hera seakan dikuras secara bersamaan. Berulang kali Hera berusaha mengubur dalam masalahnya dengan Jimin namun lagi lagi dirinya kembali diuji oleh Tuhan sekalipun Tuhan memberikan titipan padanya.

Hera berteriak, nafasnya terengah engah sampai titik dimana tiba tiba kepala Hera benar benar sakit. Dan tidak sadar bahwa dibalik dress hitamnya sudah ada darah mengalir melewati paha hingga betis Hera.

"HERA!" teriakan Jimin bahkan lebih keras dari sebelumnya, tubuh Hera langsung ambruk begitu saja meskipun dirinya masih sadar. Jimin langsung spontan menggendong Hera dan langsung membawanya ke dalam mobil.

Semuanya begitu panik, begitupun kedua orang tua Jimin. Kau tahu, Jimin sama sekali tidak pernah mengharapkan keadaan seperti ini terjadi dalam hidupnya. Namun kita tidak pernah tahu bagaimana roda kehidupan itu selalu berputar.

Jimin dengan cepat membawa Hera ke dalam mobilnya. Tidak peduli dengan tangannya yang ikut terkena darah juga, dan bisa dipastikan bagaimana sedihnya Jimin saat ini.

Jimin benar benar menancapkan gas dengan cepat, matanya merah, kepalanya pening. Sungguh Jimin tahu dirinya sedang dilanda kegilaan yang tidak ada habisnya tapi kini Jimin harus lebih mengerti bahwa Hera lah yang sekarang lebih menderita.

5 menit didalam mobil, Hera baru menyadari bahwa ada sesuatu yang mengalir dibawahnya. "Ji..Jimin a..ada apa? kenapa ada darah?" ucapnya begitu terbata bata, wajahnya pucat dan mata sembabnya begitu tertera.

Bahkan seorang pria seperti Jimin pun tidak mampu menahan bendungan tangisnya ketika melihat orang yang ia sayangi harus merasakan seperti ini. "sst tidak apa apa sayang, anak kita pasti baik baik saja." namun air mata Jimin berhasil lolos membasahi pipinya sendiri dan Hera melihat itu.

Tentu Hera bukanlah anak kecil yang mudah dibohongi. Hera dapat begitu jelas mengingat wajah Jimin begitu takut, air matanya tidak bisa mengelabui Hera.

"Jimin! Aku kenapa?! aku tidak ingin kehilangan anak kita...."

Suara isak tangis Hera menghiasi keheningan mereka didalam mobil.

"Jimin! A..aku mohon!" Kali ini Hera benar benar kehilangan kontrol, perasaannya benar benar takut,marah,sedih menjadi satu.

Kini Hera yang kembali menangis hebat, tangisnya benar benar pecah. Jimin tidak tahu harus bagaimana. Ini pertama kali dirinya melihat Hera semarah ini, sesedih ini, se frustasi ini. Selama ini Hera memang tidak pernah mengekspresikan secara terang terangan bagaimana perasaanya.

Jujur, tangis Hera membuat Jimin sakit bukan main. Pertahanan yang sudah Jimin buat seakan akan tidak ada artinya.

"tenang ya, anak kita akan baik baik saja" ucap Jimin yang sebenarnya gemetar bukan main, Jimin bahkan masih harus berkonsentrasi untu menyetir.

REGRET✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang