32. Deep talk

514 56 0
                                        

Hai! hehe aku update lagi meskipun sepertinya gaada yang nunggu cerita ini🥺terimakasih yang selalu baca,commet atau pun vote ceritaku. Kalian bisa baca cerita ku yang lain seperti sweeter than sweet  atau imperfect yang masih on going juga.

Bukan tentang BTS tapi sekarang kita tahu kondisi negara kita lagi tidak baik baik aja. Kita  bantu doa yu untuk semua yang sudah turun ke jalan!  Berdoa juga untuk Indonesia lebih baik huhu.

Happy reading💜




Malam ini adalah malam terakhir mereka berada di Jepang, sengaja memilih untuk tetap di hotel dan berada di rooftop hanya untuk menikmati sejuknya angin malam. Ditemani secangkir wine, yang sialannya Hera tidak dapat meminumnya karena larangan sang suami. Alhasil, hanya Jimin yang meminumnya dan sebagai gantinya Jimin menuangkan jus jeruk ke dalam gelas Hera.

Hera hanya memandangnya dengan pasrah, Hera itu terhitung jarang untuk mengkonsumsi wine, tidak seperti Jimin. Padahal sekarang sungguh waktu yang tepat untuk meneguk segelas wine ditemani banyak nya bintang yang berkilap.

"kenapa? mau ini?" tanya Jimin sambil menunjuk gelasnya yang baru saja ia teguk.

Hera hanya mengangguk kecil sambil memanyunkan bibirnya. Berharap dengan memasang wajah seimut mungkin Jimin akan memberikan wine padanya.

Tapi yang menyebalkannya Jimin hanya tertawa kecil sambil berkata. "tidak boleh,minum jus jeruk saja. Lebih sehat" katanya sambil akhirnya berdiri dan beranjak dari duduknya. Berdiri persis dibelakang Hera sambil memeluknya dari belakang. Lengannya melingkar posesif di pinggang Hera.

"bisakah kau berhenti memasang wajah kelewat sedih seperti ini? ayolah aku merasa jahat jika membiarkanmu seperti ini" ucap Jimin sambil sengaja mendesul desulkan hidungnya ke pundak Hera.

Geli, tapi Hera menyukainya.

"iya, cerewet" ucap Hera seadanya.

Lagi lagi Hera menghela nafas, tidak terbayang bagaimana posesifnya Jimin kali ini. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja terkadang rasa bosan kian melanda Hera jika dirinya sama sekali tidak boleh beraktifitas seperti biasanya.

Tapi mau bagaimana lagi? Hera tahu bagaimana posesifnya seorang Park Jimin. Hera tidak bisa main main, Jimin memang sangat baik dan lembut tapi ada kalanya pria setinggi 173 cm itu menunjukkan sisi tegasnya sebagai suami.

"Ra.."

"hm?" jawab Hera dengan lembut sambil kedua tangannya juga ikut memegang lengan Jimin yang setia melingkar di pinggangnya.

"kenapa kau memilih untuk tetap bersamaku setelah apa yang sudah ku perbuat padamu?" tanya Jimin penasaran.

Sepertinya malam ini akan terasa sedikit serius dengan pembicaraan mereka, mungkin saat ini juga waktu yang pas untuk Jimin bertanya dari lubuk hatinya yang paling dalam. Di samping rasa bersyukur Jimin karena telah memilih Hera tapi sebenarnya Jimin penasaran kenapa Hera benar benar tidak meninggalkannya disaat banyak pilihan yang jauh lebih layak dibanding dirinya.

Entah bagaimana caranya pikiran itu terus timbul di benak Jimin. Jika hanya sayang mungkin itu terdengar klise, bisa saja Hera benar benar melepas Jimin dan melanjutkan kehidupannya seorang diri. Atau mungkin memulai hidup baru bersama pasangan baru juga, tidak menutup kemungkinan bahwa pria itu adalah Seokjin. Tapi, bukankah ini berlebihan? terkadang Jimin juga bingung akan pikirannya sendiri. Jimin benar benar mati rasa jika Hera benar benar meninggalkannya tapi jika saja hal itu terjadi dalam posisi terbalik dimana posisi Hera dan Jimin tertukar. Mungkin bisa dipastikan Jimin akan langsung meninggalkan Hera.

REGRET✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang