10. Fear

524 57 0
                                    

Aneh memang ketika dimana pasangan suami istri terlihat baik baik saja padahal kenyatannya tidak.

Ah bahkan Hera seperti orang tolol. Menunggu kelewat gila akan Jimin yang katanya ingin pulang pagi ini, apalagi saat dimana Hera mengetahui bahwa ada beberapa panggilan dari Jimin yang Hera tidak angkat. Meskipun saat Hera menghubunginya kembali dan responnya Jimin masih ya---biasa, hanya sekedar laporan bahwa dirinya akan pulang dalam waktu 3 hari lagi.

Hera senang mendengar suara Jimin melalui handphonenya, terdengar sangat lelah. Bagaimanapun juga Hera ingin sekali menyusulnya, membuatkan makanan atau kalau perlu memijit seluruh badan Jimin agar setidaknya pria itu tidak merasakan badannya yang tidak terlalu tinggi itu kesakitan.

Tapi ternyata hasilnya benar benar nihil. Sambutan hangat Hera memang bukanlah hal yang special untuk Jimin. Tidak ada perubahan, tepat seperti Jimin pulang kerja seperti biasanya.

Sesungguhnya Hera menerka nerka, bagaimanapun semakin lama Hera berusaha, seakan akan Jimin semakin jauh hingga sulit untuk digapai. Bayangkan saja, pulang dari Jepang Jimin hanya dikamar seharian. Lebih memilih berkutit dengan handphonenya sambil memanjakam tubuhnya diatas kasur berukuran king size ini.

Jimin tidak bertindak kasar, tidak sama sekali. Jimin bukan pria seperti itu, hanya saja Jimin tidak lagi seperhatian dulu. Seakan akan apa yang Hera lakukan atau apapun yang terjadi ada Hera; sama sekali bukan urusan Jimin.

Jimin sengaja mengambil cuti 2 hari, Hera sedikit antusias karena setidaknya Hera bisa melihat Jimin. Meskipun Hera sekarang juga sudah bekerja tapi bagaimanapun Hera selalu ingin mempunyai waktu sendiri untuk bermanja manja dengan Jimin.

Seperti pagi ini, Hera tengah siap siap ke kantor. Tapi pemandangan di kamarnya masih melihat Jimin yang tertidur pulas memakai kaos tipis dengan celana pendek berwarna hitam kesayangannya.

Tidak tega membangunkan, Hera memilih meninggalkan sepucuk surat. Bagaimanapun Hera tahu Jimin pasti perlu waktu untuk istirahat makannya dia mengambil cuti setelah kepulangannya dari Jimin.

Hera tersenyum lembut melihat bagaimana bibir tebal berwarna merah muda itu tengah terbuka sedikit. Menampilkan sedikit kedua gigi Jimin yang tidak rata, tapi sumpah. Itu sama sekali tidak mengurangi ketampanannya.

Hera mengelus elus pelan rambut lebat Jimin, kemudian turun ke pipi. Sepertinya Jimin memang sangat lelah karena tidak berkutik sama sekali.

Layaknya berpamitan, Hera memilih mencium singkat kening Jimin. Tentu diiringi kalimat "aku berangkat dulu ya, istirahat yang cukup." meskipun Hera tau ucapannya tidak akan digubris oleh Jimin

Setelahnya Hera tengah melanjutkan dirinya merapihkan dirinya didepan cermin. Tidak lupa memasukkan barang barang yang harus selalu Hera bawa.

Pintu kamar terdengar sudah tertutup rapat. Jimin membuka matanya.

Iya,Jimin bahkan sudah bangun tapi ia berpura pura tidur dihadapan Hera

Jimin bingung, merasa dirinya ada yang salah. Ketika Hera mencium keningnya Jimin tidak bisa menyembunyikan detak jantungnya yang luar biasa tidak terkontrol.

Tidak mungkin, tidak mungkin Jimin mempunyai perasaan pada Hera. Ini hanya reaksi spontan semata---pikir Jimin

Jimin tahu bahwa dirinya memang terang terangan menunjukkan bahwa Jimin seperti menghindari Hera. Dan Jimin tahu bahwa Hera tahu itu, lagi pula padahal Jimin juga berharap bahwa Hera bisa mendapatkan pria lain dari pada dirinya yang sudah kelewat bodoh itu.

Jimin hanya mencintai Hana, Kim Hana. Bukan yang lain.

Jika perlakuan lembut Jimin membuat Hera akan berfikir bahwa Jimin mencintainya maka Jimin mengubah perilakunya. Perihal kesepakatan mereka di awal tetap Jimin tanamkan dan sudah tersusun rapih.

REGRET✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang