|WARNING: MEMBACA CERITA INI MEMBUATMU SUSAH MOVE ON|
GENRE: ACTION-ROMANCE [Story 12]
"Blood Roses" orang-orang memanggilnya begitu. Layaknya sebuah mawar yang indah dan menarik perhatian mata, tapi jangan lupa bahwa mawar pun memiliki duri...
MANTEMAN ZEFMON, KALAU ZEFMON BILANG ABSEN, ABSEN YA! ABSEN ABSEN!
Part ini panjang serius, zefmon lagi nafsu banget nulis keknya.
Gak mau tau, cerita ini sampai terbit, kalian semua harus beli (ngahhahahha maksa) canda zeeyeng.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SESUAI perintah Valentim sebelumnya, aku akan mencoba mendapatkan chip itu dengan cara halus. Maka itu bisa di mulai dengan cara mendekati satu persatu dari keluarga Gatra. Siapa ya pertama?
Aku berjalan di sekitar mansion, hingga akhirnya tanpa sengaja melihat ibu tiri Gatra yang tengah berdiri di taman bunga. Sedang apa ya dia? Mungkin aku akan mendekatinya lebih dulu, meski terlihat baik, tapi ada aura aneh padanya.
"Woy, lo ngapain ngeliatin Mama gue? Punya niat jahat lo ya?" Reksa datang menepuk pundakku dari belakang.
"Tumben lo dirumah."
Reksa menggaruk kepalanya. "Ck. Iya nih, suntuk banget gue asli. Duit jajan sama mobil gue di tahan."
"Karena lo kecelakaan?"
"Tepat." jawab Reksa. Perban yang membuatku curiga masih ada di jidatnya. Melihat dari postur tubuhnya yang juga gagah seperti kakaknya, ada kemungkinan dia punya peluang untuk menjadi pria misterius yang malam itu menyerangku. Terima kasih pada dewi keberuntungan yang telah membawanya padaku pagi ini, dengan begitu aku punya kesempatan untuk mencari tahu lebih banyak tentangnya, dari dirinya langsung.
"Lo sendiri ngapain di sini? Nyonya kan seharusnya di rumah aja menikmati fasilitas yang di miliki bang Gatra." Mulutnya boleh juga, aku suka.
"Lo sendiri? Ngapain ke taman?"
Reksa mengedikkan pundaknya naik turun, "Gabut. Bosan aja di kurung di rumah, pengen nyari view. Lo juga mencurigakan, tipe cewek kayak lo gak mungkin tertarik buat nanam bunga juga kan?"
Aku mengabaikannya, pergi berjalan ke arah taman. Melihat satu persatu bunga yang ada di taman ini. Semuanya indah, hanya mungkin akan mati jika ku sentuh. Maka akan lebih baik aku cukup memandang mereka.
"Ah, bunga itu... " aku tertarik melihat bunga mawar hitam yang di tanam di tempat khusus di tengah taman. Itu bukannya sama dengan bunga kesukaan Mama Gatra ya?
"Kenapa? Lo baru sekali ini liat mawar hitam? Emang bunga itu cukup langka, di jual pun harganya gak murah."
