[8] dreaming

232 34 1
                                        

"Ah, kau sedang meminum kopi?" tanya Somin begitu sampai ke kafenya setelah mengunjungi suatu tempat dan melihat Jihyo sedang meminum kopi yang sepertinya mirip dengan salah satu menu di kafenya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, kau sedang meminum kopi?" tanya Somin begitu sampai ke kafenya setelah mengunjungi suatu tempat dan melihat Jihyo sedang meminum kopi yang sepertinya mirip dengan salah satu menu di kafenya itu.

Jihyo mengangguk. "Tapi, aku tak mencurinya darimu. Aku dibelikan lelaki itu." ucapnya langsung menepis pikiran buruk yang mungkin sedang melintas di kepala Somin.

"Santai saja. Aku tak menuduhmu, aku tahu kau bukan orang yang seperti itu." Somin tersenyum menenangkan Jihyo, lalu ekspresinya berubah menjadi penasaran. "Tapi, tadi kau bilang dibelikan lelaki itu. Lelaki yang mana? Mungkinkah mantan--"

"Tidak." Jihyo langsung memotong kalimat Somin sekaligus membantah ucapan perempuan itu yang sudah ia tahu kalimat lengkapnya. "Kau tahu lelaki yang berkencan buta denganmu hari itu, kan?"

"Hah? Siapa?" tanya Somin lalu teringat seseorang. "Kim Jongkook? Hei, aku tak berkencan dengannya. Begitu dia tahu aku datang untuk menggantikanmu, dia langsung pulang."

Jihyo tampak mengernyit. "Benarkah?"

"Ya." Somin menganggukkan kepalanya. "Sepertinya dia memang datang untukmu saja."

"Hei, itu tak mungkin." Jihyo membantah.

"Bagaimana menurutmu dengan dia?" tanya Somin dengan tatapan menggoda. "Bukankah dia adalah lelaki baik? Dia bahkan membelikanmu kopi dan sepertinya dia terus datang ke sini untuk menemuimu. Pekerjaannya pun bagus, kau tahu klinik di sebelah itu, kan? Dia dokter di sana."

"Sudahlah. Aku tak berniat untuk berkencan. Lagipula siapa juga yang menyukaiku yang lebih mementingkan pekerjaan paruh waktunya daripada berkencan." jawab Jihyo sembari menikmati kopinya di saat tak ada pelanggan yang datang. Jihyo sangat bersyukur karena memiliki jam siang di kafe ini. Kafe ini biasanya ramai saat malam saja, jadi dia bisa sedikit beristirahat.

"Apakah kau masih belum bisa melupakan orang itu? Ayolah, kau harus melupakan masa lalu."

Jihyo menggeleng. "Tentu saja tidak. Kau tahu sendiri aku tak memiliki banyak waktu untuk berkencan, aku harus bekerja untuk mewujudkan cita-citaku." jawabnya sembari tersenyum penuh makna.

Somin hanya menyimak Jihyo. Dia tahu Jihyo selama ini terus berjuang sendirian. Hidup di panti asuhan sejak kecil membuat Jihyo harus menghidupi dirinya sendiri. Dengan semua keterbatasan yang dimilikinya, Jihyo terus berjuang untuk meraih cita-citanya yang sudah lama Somin dengar, yaitu sejak SMA.

Jihyo pun menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Dua jam lagi jam bekerjanya di kafe Somin habis.

"Apakah kau tahu tempat yang menerima pekerja paruh waktu di pagi hari?" tanya Jihyo pada Somin.

"Memangnya kenapa? Kau dipecat?"

Jihyo hanya mengangguk santai.

Somin pun berpikir sejenak. "Kau tahu toko kue di perempatan sana? Sepertinya aku lihat tulisan di toko mereka yang mengatakan membutuhkan pekerja paruh waktu, hanya saja aku tak tahu apakah mereka membutuhkan seseorang di pagi hari."

"Benarkah?" Jihyo tampak tersenyum senang.

"Bukankah cukup bagus jika kau bekerja di toko kue? Memiliki toko kue itu cita-citamu, kan?"

Jihyo mengangguk senang. "Kalau begitu aku bisa pergi sekarang, kan? Aku sangat buru-buru, tak ingin orang lain mengambil pekerjaan itu duluan."

Somin pun menghela napas lalu ikut tersenyum. "Baiklah, aku mana bisa menolak permintaanmu."

•••

choco-salt, 2020

Blind Date || KJK x SJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang