[31] second chance

195 31 2
                                    

Jihyo pun mendatangi sebuah perusahaan real-estate yang ia yakini sebagai tempat Kangwoo bekerja selama beberapa tahun belakangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihyo pun mendatangi sebuah perusahaan real-estate yang ia yakini sebagai tempat Kangwoo bekerja selama beberapa tahun belakangan. Tujuan ia mendatanginya karena ingin menyelesaikan semuanya, dan meminta Kangwoo agar tidak menghubungi atau menemuinya lagi.

Tapi, Jihyo mengernyitkan keningnya saat mendapati gedung itu kosong. Jihyo hanya melihat beberapa kurir yang mengangkat kardus-kardus berisi barang yang entah apa. Kardus-kardus itu dipindahkan ke mobil kontainer yang terparkir tepat di depan lobi gedung itu, layaknya seisi gedung itu akan dipindahkan ke tempat lain.

Pada saat Jihyo masih menatap semuanya dengan bingung, seseorang menghampirinya.

"Nyonya Song Jihyo?"

Jihyo menatap seseorang yang memanggilnya. Dia pun tersenyum tipis lalu membungkukkan sedikit badannya untuk menyapa lelaki yang sedikit lebih tua darinya itu. "Sekretaris Lee? Kau masih bekerja di sini?"

"Daritadi aku bertanya-tanya apakah aku tidak salah lihat, tapi ternyata benar anda, nyonya." Sekretaris Lee menyunggingkan senyuman manis. "Ah, tapi ada urusan apa anda ke sini?"

"Sebenarnya aku ingin menemui Kangwoo, tapi sepertinya kantor kalian sedang sibuk."

"Oh, kami sedang bersiap untuk pindah ke tempat yang lebih baik. Sebenarnya kami akan membeli gedung yang lebih besar, hanya saja gedung itu sangat jauh dari sini." Sekretaris Lee menjelaskan alasan mengapa terjadi kegaduhan di perusahaan itu. "Presdir Choi ada di lantai lima. Anda bisa ke sana jika ingin menemuinya."

Jihyo pun mengangguk, "Baiklah. Terimakasih, Sekretaris Lee." ucapnya lalu pergi ke lantai lima untuk menemui Kangwoo yang katanya sedang berada di sana.

Saat sampai, Jihyo menatap Kangwoo yang sedang sibuk memindahkan dokumen-dokumen penting ke sebuah tas besar. Pada saat itu juga Jihyo sadar kalau Kangwoo benar-benar akan pergi jauh.

Kangwoo yang merasakan kehadiran seseorang membuatnya menoleh pada Jihyo yang berdiri di pintu ruangan miliknya. "Jihyo?"

Tentu saja Kangwoo terkejut. Ini pertama kalinya Jihyo datang dan menemuinya.

•••

"Untunglah kau datang menemuiku. Sebenarnya aku juga ingin menemuimu setelah beres-beres di kantor." Kangwoo yang baru saja memesan minuman kini meletakkan dua gelas ice milk tea di meja kafe. Dia pun duduk di hadapan Jihyo.

"Memangnya ada apa kau ingin menemuiku?" tanya Jihyo.

"Kau sendiri kenapa?"

Jihyo pun terdiam sejenak. Setelah menyusun kalimat demi kalimat di kepalanya, dia pun menatap Kangwoo. "Sebenarnya ada seseorang yang menyukaiku, dia juga sepertinya sangat serius denganku. Aku ingin memberitahumu kalau kita tak perlu saling bertemu lagi. Jadi anggap saja ini pertemuan terakhir kita."

Jihyo tahu semua kalimatnya itu sangat kejam, tapi hanya dengan cara ini ia berharap Kangwoo dapat mengerti dan tak mengingat masa lalu lagi.

"Dan selama ini maafkan aku, karena selalu menyalahkanmu atas kepergian Jihyun, anak kita..." Jihyo kini menundukkan kepalanya. "Belakangan aku sadar, kalau aku juga salah karena saat itu tak berinisiatif untuk membawa Jihyun ke rumah sakit sebelum terlambat."

"Jihyo-ya..." Kangwoo kini menatap Jihyo dengan tatapan sayunya. "Kau tak penasaran dengan alasanku ingin menemuimu?"

Jihyo mendongakkan kepalanya dan menatap Kangwoo dengan kebingungan.

"Untuk terakhir kalinya, aku ingin mendapatkan kesempatan kedua darimu." Kangwoo pun tertawa canggung. "Jujur saja, aku seperti ini bukan karena rasa bersalah, tapi aku benar-benar mencintaimu."

Kangwoo pun mengeluarkan selembar kertas dari saku jasnya. Ternyata itu adalah tiket pesawat. "Aku akan memberikan ini padamu. Jika kau ingin pergi bersamaku, temui aku di bandara besok. Tapi jika kau tak ingin, kau bisa--"

"Choi Kangwoo." Jihyo memotong kalimat Kangwoo. "Aku tak bisa pergi bersamamu."

"Kumohon pikirkan dengan baik, Jihyo-ya... Memangnya sudah berapa lama kau menemui lelaki yang katanya menyukaimu itu? Kau benar-benar yakin dia serius?" tanya Kangwoo sembari menghela napas. "Tentu saja, aku tak tahu apakah dia serius atau tidak, tapi setidaknya aku ingin kau memikirkannya terlebih dahulu. Jika kau ingin pergi bersamaku, aku berjanji akan lebih baik dari sebelumnya. Jadi kumohon pikirkan lagi..."

Jihyo terdiam. Dia tahu Jongkook serius padanya, tapi mendengar perkataan Kangwoo membuatnya sedikit ragu. Memang benar, Jihyo baru saja mengenal Jongkook. Dia bahkan tak tahu bagaimana sifat Jongkook yang sebenarnya. Bagaimana kalau selama ini lelaki itu hanya berpura-pura? Setelah mendapatkan Jihyo, bagaimana kalau Jongkook langsung mencampakkannya?

Jihyo pun menerima tiket pesawat itu. "Kalau begitu aku akan memikirkannya... Tapi, jangan berharap banyak padaku."

•••

choco-salt, 2020

Blind Date || KJK x SJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang