[Kim Jong Kook - Song Ji Hyo Fanfiction #5]
Jongkook menemukan perempuan yang sesuai dengan tipe idealnya. Temannya mempertemukannya dengan perempuan itu dalam suatu kencan buta, tapi perempuan itu tak datang.
Setelah pertemuan itu gagal, tak disang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sechan mengamati ponsel yang terletak di rak bahan-bahan di dapur. Dengan rasa penasaran mengapa benda itu berada di sana, dia pun mengambilnya dan menyalakan layarnya. Di layar itu hanya tampak seorang gadis kecil yang tersenyum ceria sembari menatap ke kamera. Sechan pun mengernyit lalu menatap beberapa koki yang masih berjaga di dapur untuk menerka-nerka siapa pemilik ponsel itu.
"Ada yang tahu ini ponsel siapa?" tanya Sechan dan membuat orang-orang yang berada di dapur mengalihkan pandangan padanya.
Beberapa menggeleng, sementara ada seseorang yang menjawab, "Mungkin itu milik Song Jihyo." celotehnya. "Sejak tadi dia yang membersihkan rak bahan. Mungkin dia tak sengaja melupakannya."
"Ah, benarkah?" Sechan pun mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu berpikir sejenak; apa yang harus ia lakukan pada ponsel Jihyo itu? Ingin membawakannya pun dia tak tahu dimana rumah Jihyo atau lokasi keberadaan Jihyo sekarang.
"Haruskah aku mengantarkan padanya? Dia bekerja di Kafe For You yang tak jauh dari sini." tawar seorang pekerja yang sedang membawa sekarung tepung dan baru saja meletakkannya di rak bahan.
"Kafe For You? Hm..." Sechan berpikir sejenak. Dia tentu saja tahu tentang kafe yang baru buka di dekat klinik Jongkook itu. Akhirnya dia pun memutuskan, "Aku saja yang mengantarnya, kebetulan aku harus pulang untuk mengambil sesuatu, jadi aku akan singgah di sana."
Sechan pun segera masuk ke dalam ruang kerja pribadinya lalu mengambil kantung kertas yang berisi tiga muffin pemberian Jihyo untuk dibawa pulang.
•••
Somin terus menatap tiga muffin yang diberikan Jihyo. Dia tampak tersenyum senang karena diberikan hadiah oleh sahabatnya itu setelah sekian lama. "Wah, sudah cukup lama aku tak memakan kue buatanmu." ucap Somin dan hanya dibalas anggukan singkat Jihyo yang sedang membuat ice green tea pesanan orang.
Somin pun hendak membuat minuman yang cocok dimakan bersama muffin itu, tapi ponselnya berdering dan membuat ia harus menghentikan pergerakannya.
"Halo." jawab Somin pada orang di seberang sana. Setelah terdiam beberapa detik untuk mendengar orang di seberang sana berbicara, dia tampak kesal. "Ayolah, dia sudah SMA, dia bisa pergi sendiri."
Somin pun menghela napasnya, mengalah, namun raut wajahnya tetap kesal. "Ya, ya, baiklah, aku akan menjemputnya." Dia pun memutuskan percakapan via suara itu dan mengambil tasnya serta memasukkan tiga muffin itu ke dalam kantung kertasnya kembali, rencananya ia juga akan menawarkan itu pada adiknya yang akan ia jemput sekarang.
Jihyo yang baru saja selesai mengantarkan pesanan menatap Somin yang sedang bersiap-siap untuk pergi, ia pun mengernyit, "Kau ingin pergi?"
"Ya, aku harus menjemput Sohyun di sekolahnya, lalu mengantarnya ke tempat les." jawabnya sembari menggerutu. "Anak-anak sekarang benar-benar sangat manja. Padahal dulu kita bisa naik bus sendiri."
"Begitulah anak orang kaya." cibir Jihyo sembari tertawa kecil.
"Aku juga anak orang kaya, tapi tidak semanja itu." Somin memanyunkan bibirnya lalu bersiap untuk pergi. "Aku pergi dulu. Aku titip kafe sebentar, ya."
"Ya, kembalilah sebelum pukul empat." ucap Jihyo dan hanya dijawab anggukan kepala Somin.
Somin pun berjalan ke luar kafe dan ponselnya kembali berdering. Dengan langkah yang tak berhenti, ia merogoh tasnya hingga tak sadar bertabrakan dengan seseorang yang hendak masuk ke dalam kafe.
Kantung kertas yang berisi muffin milik Somin pun terlepas dari genggamannya. "Astaga!" pekiknya dan langsung memungut muffin yang berhasil keluar dari dalam kantung itu. Untung saja semua muffin itu dibungkus pakai plastik jadi tak akan kotor walapun terjatuh.
Tapi, ia merasa aneh karena muffin yang sebelumnya hanya ada tiga kini menjadi enam seolah baru saja membelah diri seperti amuba.
"Ah, maafkan aku." Suara seorang lelaki mengejutkannya, dan membuatnya mendongak.
Lelaki yang ternyata adalah Sechan itu tampak terdiam saat menatap wajah Somin. Sechan segera menyadarkan dirinya dari lamunannya lalu ikut menunduk untuk membantu gadis itu memunguti barang-barangnya.
"Apakah kue ini milikmu juga?" tanya Somin sembari menatap muffin yang memiliki bentuk sama dan bungkusan yang sama. "Apakah kau mengenal Song Jihyo?" tanyanya lagi, karena ia merasa tak mungkin Jihyo memberikan kue buatannya pada seseorang yang tak dikenalnya.
Sechan hanya mengangguk menjawab dua pertanyaan itu. Dia pun beranjak bersamaan dengan Somin setelah mengembalikan muffin itu pada tempatnya masing-masing.
"Ada apa?" tanya seorang perempuan yang tiba-tiba muncul tanpa mereka sadari. "Ah, tuan Sechan?" Jihyo tampak heran dengan kehadiran bosnya di toko roti itu.
Sechan pun teringat dia harus memberikan ponsel Jihyo yang ketinggalan. "Sepertinya kau melupakannya saat sedang bekerja tadi." ucapnya sembari memberikan ponsel milik Jihyo pada si pemilik.
"Astaga!" Jihyo menepuk dahinya dan menerima ponsel itu. "Aku benar-benar ceroboh." rutuknya pada diri sendiri.
"Ah, jadi kalian saling kenal?" Somin pun bisa membaca situasi yang terjadi sekarang. Jadi, itu alasan kenapa dia memiliki muffin yang sama dengan Sechan.
Tiba-tiba Somin teringat sesuatu saat ponselnya yang tadi ia abaikan kini kembali berdering, "Astaga! Sohyun benar-benar tidak sabaran!" omelnya sembari meninggalkan Jihyo dan Sechan tanpa pamit.
Jihyo hanya memaklumi itu karena memang Somin sedang buru-buru.
"Dia siapa?" tanya Sechan masih menatap ke arah Somin pergi.
"Dia bosku juga." jawab Jihyo singkat.
"Wah." respons Sechan dan membuat Jihyo mengernyit tak mengerti, dan mendapati lelaki itu sedang melamun.
Sechan terpikir oleh percakapannya dengan Jongkook dan Kwangsoo beberapa hari yang lalu mengenai Jongkook yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Jihyo. Awalnya Sechan tak percaya akan hal itu, tapi saat bertemu Somin, rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik di dadanya. Apakah seperti itu rasanya cinta pada pandangan pertama? Padahal dia pikir cinta semacam itu tak ada di kehidupan nyata.
"Sechan?" Jihyo menyebut nama bosnya itu, ia ingin pamit karena harus kembali bekerja.
"Nona Song," Sechan juga memanggil Jihyo lalu menatap perempuan itu dengan penuh harap. "Bisakah kau mengatur pertemuan untukku? Aku ingin bertemu dengan gadis yang tadi."
"Ya?" Jihyo sepertinya salah dengar. Gadis yang tadi? "Dengan Somin?"
•••
Halo~~ Aku update nihh...
Mau nanya, rata-rata yang baca cerita ini umurnya berapa, ya? Masih sekolah, kuliah, atau udah kerja? Kenalan yuk ~
Daripada panggil aku "min" "thor" atau segala macam, mungkin bisa panggil aku "salwa" atau "sal" aja. Oh ya, aku kelahiran 2000, jadi buat yang lebih muda mungkin bisa panggil "kak" atau kalau nggak mau pake "kak" juga gapapa, hehe.