~Bagi beberapa orang, keluarga adalah sebuah rumah untuk seseorang berpulang yang selalu menanti kedatangan kita. Akupun begitu, keluargaku selalu menungguku tapi itu hanya ada dalam mimpiku. ~
♕♕♕
Entah ini sebuah kesialan atau kebahagiaan untukku, ibuku kembali menghubungiku. Setelah tiga tahun aku meninggalkan rumah dan tinggal disebuah apartemen, ibu dan juga ayahku baru menghubungiku untuk pertama kali dan memintaku untuk pulang. Aku ingin marah tapi tetap saja ada perasaan senang saat mereka memintaku untuk pulang, kukira mereka hanya ingin kakak lelakiku saja.
Aku terlahir dari sebuah keluarga yang hanya mementingkan tahta saja, keluargaku dari seorang keraton atau darah biru di tanah jawa tepatnya Solo. Apa menurut kalian aku senang? Jelas, jawabannya tidak. Mereka yang tamak akan kekuasaan dan harta, mereka akan terlihat baik dan terlihat seperti keluarga harmonis jika dilihat oleh orang lain hingga mereka selalu mengatakan bisa mempunyai keluarga seperti kami. Dalam hati aku selalu tertawa jika mendengar kata itu, bagiku kehidupam darah biru ku ini adalah sebuah kutukkan.
Mereka hanya menginginkan seorang putra untuk penerus semua harta dan juga bisnis yang dibuat oleh nenek moyangku. Sedangkan untuk seorang putri, mereka termasuk diriku harus mau menerima perjodohan yang ditentukan oleh opa kami, tak memedulikan bahwa kami juga ingin merasa bahagia dan bebas.
Aku terus menahan rasa marahku melihat semua kakak sepupu perempuanku yang menangis karena tak mau menerima perjodohan yang dibuat oleh opa dan para orang tua, tapi yang kakakku terima hanyalah sebuah tamparan dan juga siksaan yang sangat menyakitkan. Aku pernah merasakan rasa sakit itu, saat aku mencoba untuk membantu kakakku berbicara untuk membatalkan perjodohan dan disitulah aku merasakan rasa sakit yang luar biasa.
Maka dari itu, tiga tahun yang lalu tepatnya saat aku sudah lulus sarjana ku di universitas Oxford tentu saja menggunakan beasiswa karena opa hanya sudi membayar pendidikkan cucu perempuannya sebatas SMA tidak seperti cucu lelaki yang diberikan biaya sampai magister. Aku pun pergi ke ibu kota untuk mencari pekerjaan dan tinggal disana karena aku sudah tak sudi dengan keluarga yang haus dengan tahta itu, tentu saja aku mendapat berbagai bentakkan dan juga siksaan sebelum mereka mengizinkanku, aku harus menghilangkan nama marga keluargaku dari namaku atau istilahnya membersihkan darah biruku.
Tentu saja aku menerimanya lapang dada, karena itu adalah kunci kebebasanku.
Memang diantara semua cucu perempuan opa, hanya aku yang memiliki ambisi dan ego yang tinggi. Tidak seperti kakak ataupun adik sepupuku yang menerima dan menurut saja semua perintah opa yang hanya mementingkan namanya saja, bahkan sedari kecil saja adikku sudah diberikkan calon untuk masa depannya. Begitupun dengan aku, tapi beruntungnya aku karena pria yang dijodohkan denganku ternyata mencintai wanita lain dan mengambil keputusan yang sama denganku yaitu pergi meninggalkan kampung halaman dan keluarga, hingga kini aku dengan pria mantan perjodohanku bernama Aditama Putra itu masih berhubungan baik. Umurnya yang tujuh tahun diatasku itu seperti seorang kakak untukku, bahkan perhatiannya jauh berbeda dengan kakak kandungku yang memiliki sifat yang sama dengan ayah dan opa.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, I WILL [END]
Romance~ sequel of FATE ~ Hal yang paling disesali oleh Alena adalah mengatakan tiga kata laknat yang mengubah kehidupannya, hidupnya yang sudah kacau semakin hancur saat kehadiran seseorang yang katanya sudah mengenalnya lama. "Will you merry me? " "Yes...