31 • OMBROPHOBIA •

2.9K 290 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






♛♛♛






"Queen, kau masih ingat kan dengan aunty Friska?"

Alena menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman wanita yang memiliki umur yang sama dengan Thea.

"Hai Alena. " sapa wanita yang terlihat cantik dengan blouse dan celana bahannya.

"Hai juga aunty. "

Kini mereka, tepatnya keluarga kecil Hudson, Alena, Friska dan Sean—suami dari Friska tengah duduk santai diruang santai yang ada di penthouse.

"Queen, aunty adalah seorang psikolog dan aku memanggilnya untukmu. Siapa tau trauma mu bisa sembuh dan kau ingat semua tentang keluargamu " jelas Theo, Alena terdiam sebentar hingga akhirnya mengangguk pelan.

"Sini, cantik. " ucap Friska dengan menepuk sofa disebelahnya meminta Alena untuk duduk disebelahnya, Alena menurut.

"Sebelumnya aunty mau bertanya, Alena mau sembuh dari traumanya? " tanya Friska yang dibalas anggukkan pelan oleh Alena.

"Aunty melihat keraguan dimatamu, ada apa? " Alena terdiam kala mendengar perkataan Friska yang memang benar adanya, dia hanya bisa menunduk tanpa mau berbicara.

"Theo, aunty boleh pinjam ruang kerjanya sebentar? " tanya Friska, Theo menatap ragu pada Friska hingga dia menganggukkan kepalanya.

Padahal Theo ingin tahu dan melihat apa yang terjadi tapi dia tak bisa memaksa, mungkin Alena canggung untuk berbicara karena adanya mereka.

Friska menarik pergelangan tangan Alena dan membawanya kelantai dua dimana ruang kerja Theo berada, setibanya diruang kerja Friska menutup pintu dan meminta Alena untuk duduk disofa santai.

"Sekarang hanya ada kita berdua, kamu bisa mengatakan semua ada dalam fikiranmu padaku. " Alena menatap kedua mata cokelat milik Friska dalam hingga dia rasakan matanya memanas.

"Aku bingung. " ucap Alena memulai.

"Apa yang kau bingungkan? "

"Mereka sering memperlakukanku buruk dan aku membenci itu tapi saat mendengar bahwa mereka bukan keluarga kandungku, aku bingung dengan perasaanku. Harusnya aku senang karena itu artinya aku bukan bagian dari mereka, dari dulu aku selalu memikirkan bahwa seandainya mereka bukan keluargaku maka aku akan senang karena bagiku keluarga itu adalah kutukan untukku. "

"Tapi saat kemarin mendengar bahwa mereka bukan keluarga kandungku, tak ada rasa senang. Aku merasa sedih, hancur, kecewa dan ternyata itu lebih menyakitkan. "

"Aku kira mempunyai keluarga seburuk mereka adalah penderitaan yang menyakitkan untukku, tetapi ternyata mengetahui ternyata keluarga kandungku membuangku dan mencampakkan ku itu lebih menyakitkan. " Alena menutup wajahnya dengan isak yang terdengar, Friska terdiam dengan tangan yang mengelus punggung Alena yang bergetar.

YES, I WILL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang