~ sequel of FATE ~
Hal yang paling disesali oleh Alena adalah mengatakan tiga kata laknat yang mengubah kehidupannya, hidupnya yang sudah kacau semakin hancur saat kehadiran seseorang yang katanya sudah mengenalnya lama.
"Will you merry me? "
"Yes...
Kubuka dashboard itu dan terlihat ada tissue basah dan juga kering disana, kuambil keduanya. Tanganku yang ingin menutup terhenti saat melihat foto seorang anak kecil yang lagi-lagi tak asing untukku, ingin bertanya aku segan karena kami tidak saling mengenal.
Setelah kakiku kembali bersih, aku mulai membersihkan keringat pada wajahku dengan menggunakan tissue kering hingga penampilanku kembali seperti semula. Entah kenapa aku merasa kepanasan sekarang, mungkin karena aku memakai kebaya yang membuat tubuhku tak enak karena tubuhku yang berkeringat.
"Boleh aku membuka jendelanya? " tanyaku meminta izin.
"Ini sudah malam, angin malam tidak baik. " kenapa dia mengaturku?
"Tidak apa, aku kepanasan sekali ingin merasakan angin malam. "
"Baiklah. "
Segera kubuka jendela sampai terbuka lebar, hingga kurasakan angin yang menerpa wajahku juga leherku yang terekpose karena rambutku yang dicepol indah. Karena terlena dengan angin yang membelai wajahku, kupejamkan mataku.
"Alena! "
Tunggu sebentar, itu seperti suara opa. Lamunanku tersadar dan langsung kubuka mataku dengan lebar hingga aku melihat seluruh anggota keluargaku menatapku marah, apa yang terjadi? Kenapa aku kembali kerumah ini?
Kutolehkan kepalaku kearah kemudi yang masih terdapat pria bule itu menatapku dengan senyuman tanpa dosanya, siapa dia? Kenapa dia membawaku kerumah terkutuk ini?
Tanpa berkata aku keluar dari mobil dan menatap semua anggota keluargaku datar, didalam otakku terus berfikir bagaimana cara melarikan diri dari sini lagi.
"Maaf tadi saya membawa Lena jalan-jalan didaerah sini. " aku menatap datar pria yang juga menatapku datar.
"Ah tidak-tidak, kami hanya khawatir karena kami tak menemukannya dikamar. " bukan khawatir tapi kalian panik karena takut harga diri kalian terinjak oleh orang lain, kalian tidak pernah mengkhawatirkanku!
"Ayo masuk, Mr. dan Mrs. Hudson sudah menunggu didalam. " ajak ayah dan menarik tanganku dengan pelan dan membawa ku masuk kedalam.
"Jangan berbuat macam-macam, derajat keluarga kita ada ditanganmu sekarang. Bersikaplah layaknya cucu Binata. " bisik ayah padaku dengan elusan yang dia berikan dikepalaku.
Tingkahnya seperti seorang ayah yang sangat menyayangi putrinya jika dilihat oleh orang lain, tapi terlihat sangat menyakitkan jika ada yang merasakan posisiku.