PT 25

269 23 3
                                        

Jira melangkahkan kakinya menuju kamar Kai. Ia hanya ingin membersihkan kamar itu.

"Kai pasti udah ketemu sama eomma. Kalian bahagia ya disana aku bakalan nyusul. Tapi belum saatnya." Jira tersenyum lalu membersihkan kasur serta meja belajar Kai.

Setelah sudah menyelesaikan tugasnya Jira hendak menonton TV. Ia merasa sangat bosan sekali berada dirumah.

"Ajhumma..." Panggil Jira kearah dapur.

"Iya nyonya ada apa?" Tanya Ajhumma yang datang dari arah belakang.

"hmm Ajhumma maukah kau membantu ku membuat kue? Aku ingin membuat kue bersama ajhumma." Ucap Jira dan dibalas anggukan oleh Ahjumma.

Jira pun begitu senang dan memeluk ajhumma.

"Terima kasih ajhumma aku senang sekali." Ajhumma terkekeh dan membalas pelukan Jira.

Mereka pun membuat kue bersama. Hingga suara ketokan membuat Jira harus menghentikan pekerjaannya.

"Ajhumma lanjutkan saja aku ingin membuk pintu dulu." Jira pun membuka celemek nya dan mengintip siapa yang datang. Setelah tau siapa yang datang Jira pun membuka pintu rumahnya.

"Yoongi masuklah." Ajak Jira dan dibalas anggukan oleh Yoongi.

"Kau ingin minuman?" Yoongi menganggukkan kepalanya dan Ira membawakan segelas teh untuknya.

"Terima kasih. Ngomong ngomong dimana Hoseok?" Tanya Yoongi sambil meminum tehnya.

"dia pergi kekantor mungkin akan pulang sore nanti." Yoongi pun mengangguk kan kepalanya.

"Bagaimana keadaan mu dan bayi mu?" Tanya Yoongi dan dibalas senyuman oleh Jira.

"Sehat kok. Terima kasih kau sudah menyelamatkan ku waktu itu. Kalo kau tidak ada entah apa yang akan terjadi dengan bayiku dan aku." Ucap Jira tersenyum getir.

"Sudah jangan pikirkan itu lagi. Sepertinya aku harus kembali. Nanti sore aku akan kesi-" Ketika Yoongi hendak berdiri Jira menahan pergelangan tangan Yoongi.

"Ada apa?" Tanya Yoongi bingung. Jira pun melepaskan pegangannya dan tersenyum kikuk kearah Yoongi.

"Jangan pulang dulu. Aku ingin kau membantu ku membuat kue bersama. Ini bukan permintaan ku tapi anakku." Ucap Jira menundukkan kepalanya.

"baiklah ayo kita buat." Jira pun menegakkan kepalanya dan mengangguk antusias sekali.

Kini mereka bertiga tengah membuat kue. Setelah semuanya selesai mereka pun menata kue tersebut.

"Cah sudah selesai nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu." Ketika Ajhumma hendak pergi Jira menahannya.

"Tunggu aku ingin memberikan Ajhumma kue. Terima kasih sudah mau membantuku." Jira pun memberikan beberapa potong kue tersebut. Lalu ajhumma itu pun berterima kasih dan membawanya kekamarnya.

"Yoongi ini enak sekali. Aku tak menyangka kita bisa membuatnya." Ucap Jira sambil memakan kuenya.

"Ini cobalah." Jira pun menyuapi Yoongi.

"Iya ini enak sekali." Ucap Yoongi tersenyum kearah Jira.

Jira dan Yoongi pun duduk dimeja makan.

"Yoongi aku sekali lagi berterima kasih kepadamu. Sungguh aku sangat berterima kasih sekali. Ngomong ngomong apa luka mu masih terasa sakit?" Tanya Jira melihat bibir dan pipi Yoongi yang masih terluka tersebut.

"tidak apa apa. Ini sudah membaik kok." Jira pun menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana dengan Yoona? Kudengar ia pergi ke canada." Yoongi pun menganggukan kepalanya.

"Iya. Ketika aku mengantar Yoona pulang orang tuanya mengatakan bahwa Yoona sering melamun dan berteriak tak jelas. Aku cukup prihatin dengannya. Ia sangat trauma ketika ada dikorea. Ia pasti akan mengingat kejadian itu. Ditambah lagi dia masih sangat kecil. Mentalnya mudah terganggu." Ucap Yoongi panjang lebar dan jujur Jira juga merasakan apa yang dirasakan oleh Yoona. Tapi Jira sudah mengikhlaskan kepergian adiknya.
.
.
.
.

Kini Hoseok sudah berada didalam rumahnya ia mencari keberadaan istrinya dikamar ternyata tidak ada. Ia pun hendak ingin ke dapur dan mendengar ada suara gelakan Jira bersama seorang pria.

"Siapa yang bersama Jira itu?" Hoseok pun mendekati kearah dapur.

"Jira? Yoongi?" Ucap Hoseok dingin.

"Eoh? Kau sudah pulang? Kemari Hoseok cobalah kue ini." Ajak Jira menarik tangan Hoseok lembut.

Sedangkan Hoseok menahan rasa cemburunya. Jira pun menyuapi Hoseok kue tersebut.

"Enakkan?" Ucap Jira antusias.

Sedangkan Hoseok hanya berdehem saja.

"Ada perlu apa kau datang kesini?" Tanya Hoseok memandang kearah Yoongi.

"Ah aku ingin membicarakan masalah kemarin." Hoseok yang mengerti pun ia menyuruh Jira untuk istirahat kekamar dan membawa Yoongi keruang kerjanya.

"Ada apa?" Hoseok masih dingin sekali. Yoongi sadar bahwa sahabatnya ini cemburu kepada dirinya.

"Yaa! Kau cemburu ya?" Ucap Yoongi mengejek Hoseok.

Jiwa mereka tertukar ya:)

"Sudahlah jangan bahas itu." Yoongi pun terkekeh dan setelah itu kembali dalam mode seriusnya.

"Jadi sekarang Sanha sudah tertangkap dan kini ia tengah ditangani oleh polisi. Ketika aku bertanya tentang keberadaan Taemin ia enggan menjawab dimana Taemin berada. Aku sudah berusaha tapi ia tetap tak mau memberitahu ku." Ucap  Yoongi kepada Hoseok.

"Baguslah wanita licik itu sudah tertangkap aku sangat membencinya." Ucap Hoseok tersenyum miring.

"Kau tau? Taemin merencanakan semua ini. Informasi yang kutangkap. Yang mengintai kalian waktu diparis kemarin adalah dia. Yang mengirim kotak itu juga dia. Dan pastinya yang terjadi dengan Kai juga dia yang menyebabkannya. Kau berhati hatilah dan jaga keluarga mu dengan baik." Ucap Yoongi.

Rahang Hoseok mengeras ia mengepalkan tangannya. Ia berusaha untuk meredakan emosinya.

"Kau juga berhati hati. Aku yakin dia juga mengintai mu." Ucap Hoseok dan dibalas anggukan oleh Yoongi.

"Tapi kenapa dia melakukan ini semua kepadaku?" Jujur saja Hoseok tak mengerti dengan Taemin.

"Kenapa dia begitu membenciku?" Lanjut Hoseok.

"Sepertinya aku tahu apa yang menyebabkannya seperti itu." Yoongi menaikkan alisnya sebelah.

Hoseok pun mengernyitkan dahinya dan ia bingung sekali.

"Apa?" Tanya Hoseok bingung.

"Sama seperti kasus beberapa tahun yang lalu." Hoseok pun mulai mengerti.











































"Kematian Wendy." Ucap mereka berdua bersamaan.
.
.
.
.
.

Maaf ya guys eps kali ini agak pendek:')

Contract Marriage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang