“Entah sejak kapan rasa ini hadir, tapi yang pasti, rasa itu mengalir dengan deras, sampai aku merasakan, kalau itu adalah sebuah takdir”"Leo, ish! Lo masih marah sama gue?" Kata Safira yang baru saja duduk di bangku restoran, tepatnya di samping Leo.
"Hm" jawab Leo, seadanya. Mode ngambeknya mulai on.
"Yaampun Lo tuh kek bocah tau gak, gitu doang pake ngambek" ketus Safira sambil menatap Leo dengan malas.
"Berisik Lo" balas Leo tak kalah ketus, bahkan mukanya kini menjadi datar.
"Oh oke!, kita marahan!" Ujar Safira, ia hendak meninggalkan Leo tapi dengan cepat Leo menarik tangan Safira. Membuat Safira tetap diam ditempatnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Leo yang tersirat kekhawatiran.
Safira melepaskan cekalan tangan Leo dengan kasar, apa-apaan sih Leo ini? Katanya marah, tapi sekarang masih peduli? Maunya apa sih keripiki?!
"Gak usah sok peduli, tadi aja marah marah sama gue, gue mau pergi!" Balas Safira dengan nyalang.
Leo pun akhirnya membiarkan saja Safira pergi begitu saja, cih! Cowok emang gak pernah peka!
***
"Ih! nyebelin banget si Leo!!, gue kan belom selesai mainnya tadi di Timezone" gerutu Safira sambil jalan, dan jangan lupakan raut wajahnya yang sudah masam kek cabe busuk.
Karna tidak terllau konsen dalam berjalan, Safira dengan tidak sengaja, menabrak punggung seseorang.
"Astagfirullah! Ini punggung apa beton?!"
BRUK!
"Eh Lo gak punya mata ya?!" Kata orang tersebut dengan garang, udah kayak orang pms aja.
Safira mengetahui bahwa orang yang ia tabrak adalah laki laki, terbukti dari suaranya yang rada berat.
"Maaf" Safira masih terduduk lesu di lantai, kakinya sakit, sepertinya kakinya terkilir.
"Apa?! Maaf?! Enak aja Lo ngomong maaf doang!" Kata lelaki tersebut sambil menunjuk nunjuk Safira.
Safira akhirnya berdiri dengan susah payah, ia memang bukan wanita lemah. Orang ini pengen dicincang hidup-hidup atau di panggang hidup-hidup sih?!
"Heh! Lo yang nabrak! Lo yang marah sama gue! Gak punya mata Lo! Buta?!" Kata Safira ngegas, kali ini jiwa bar-bar nya meronta untuk keluar, cih! Enak saja Safira dibentak-bentak, memang dia siapa?
Safira sekarang sudah tak memperdulikan beberapa orang yang berlalu-lalang di mall melihat ia dengan bisik bisik, toh ini memang bukan sepenuhnya salah dirinya.
"Lo yang nabrak gue! Kok Lo yang marah, Lo minta maaf sama gue sekarang!" kata lelaki tersebut sambil berlagak sok sengak.
"BODO! Gue gak mau minta maaf sama orang lebay kayak Lo!" Balas Safira dengan nyalang, habis sudah riwayat lelaki ini kalau tau Safira mulutnya kayak mercon.
"Lo tuh yaa!" Geram laki laki tersebut, lelaki tersebut sudah mengambil ancang ancang manampar Safira tapi dengan cepat ada tangan yang memberhentikannya.
"Lo nampar dia, sama aja Lo kayak laki laki diluar sana. BANCI!"
"Lo siapa? Hah? Pahlawan kesiangan perempuan ini?" Kata lelaki itu melihat lelaki yang membela Safira dengan tatapan remeh.
"Mending Lo pergi dari sini, sebelum gue panggil security" kata lelaki yang membela Safira, kini Safira hanya diam mematung.
"Emang Lo siapa sih? Hah? Berani banget banget Lo nantangin gue" kata laki laki itu lagi.
"Mending Lo pergi, gue lagi gak mau berantem" kata lelaki yg menolong Safira
"Bacot! Mending Lo lawan gue anjirr!" Kata lelaki bingal itu dengan ngegas.
BUGH!
Belum sempat laki laki bingal itu menonjok laki laki yang membela Safira, ia sudah ditonjok duluan sama laki laki yg membela Safira.
Laki laki yg membela Safira berjalan ke arah lelaki bingal itu dan menarik kasar kerah bajunya.
"BERANI LO NYAKITIN SAFIRA, SAMA AJA LO BERANI HADEPIN GUE. LEO ADI PUTRA"
Ya, yang menolong Safira adalah Leo, Leo mana mungkin membiarkan perempuan seperti Safira pergi sendirian di mall tanpa dirinya, ia takut Safira diapa apain sama orang.
Dan benar saja bukan, Safira sedang di maki maki oleh seorang lelaki bingal, lebih tepatnya breng*ek.
"Lo— Leo Adi putra?" Kata lelaki bingal tersebut dengan nada ketakutan.
"Masih berani Lo nunjukin batang hidung Lo, gue jamin Lo mati saat itu juga dan bisnis antara bokap Lo dan bokap gue, gue cabut semuanya!" Ujar Leo, nafasnya kian memburu.
"Maafin gue leo, maafin gue, gue gak akan deketin Safira lagi, tapi please jangan cabut bisnis itu, bagi keluarga gue itu sangat penting" kata lelaki bingal itu memohon kepada leo
"I don't care!" Balas Leo, ia melepaskan kerah baju lelaki bingal itu dengan kasar. Cih tangan suci tidak boleh kotor karna suatu hal sepele.
***
Leo menarik Safira kedalam mobilnya, Safira hanya mengikuti saja kemauan Leo, Leo kalau sudah marah menakutkan, membuat jiwa keberanian Safira meredup seketika.
"Lo gak papa?" Kata Safira dengan nada hati hati, ia sudah duduk di bangku mobil sebelah Leo.
"Gak" kata leo dengan dingin.
"Tap—"
Belum sempat Safira melanjutkan kata katanya, Leo sudah mengelus rambut halus Safira.
"Jangan buat gue khawatir Safira" Ujar Leo dengan nada selembut mungkin, itu suskes membuat Safira melting.
"Iya, Maaf" balas Safira menundukkan kepalanya.
"Gue sayang sama Lo Safira, jadi jangan pernah jauh-jauh dari gue sayang"
Vomentnya weeii, jangan lupa yang belum follow akun wattpad aku, buruan follow! Biar lebih enak dan efisien ❤️😉
Salam, Cahya 🏀
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MORTAL ENEMY! [ TERBIT ✔️]
Teen FictionJudul awal : Cinta Anak Basket "Jadi pacar gue." Ucap Leo sambil tersenyum miring. "Lo gila?!" Pekik Safira kencang, bahkan kelewat kencang. "Iya gila, karna lo." Balas Leo dalam hati, lalu meninggalkan gadis itu seorang diri di lapangan basket deng...