“Buat apa bertahan tapi ujung-ujungnya dihempaskan?”Safira masih diam dikamarnya, tak mau bergerak sedikitpun dari kasurnya, pikirannya menerawang mengingat momen demi momen yang ia lewati bersama Leo. Kenapa Leo tega ngelakuin ini sama Safira apa salah Safira?
"Lo jahat Leo! Jahat sejahat jahatnya. Kenapa bisa ada suara perempuan dikamar Leo? Sebenernya dia siapa sih? Gue yakin 100% kalo itu bukan suara Ziva, karna gue kenal banget suara Ziva lagian kalo itu ziva harusnya dia udah teriak teriak pas gue nelpon" Safira terus terusan memikirkan siapa perempuan yang bersama Leo? Dikamarnya pulak.
Safira masih asik bergelud dengan pikirannya hampir tak sadar ketika pembantunya itu masuk kedalam kamarnya.
"Non, non kenapa?" Tanya bi Minah dengan raut wajah khawatir.
"Bi Safira mau tanya sama bibi," ujar Safira yang mengabaikan pertanyaan pertama dari bi Minah.
"Apa non? Pasti nanti bibi jawab,"
"Bibi pernah ngalamin yang namanya putus asa gak?"
"Pernah non, bahkan sangat sering"
"Putus asa karna apa bi?"
"Cinta"
"Kalo gitu, kita sama bi, Safira juga lagi putus asa sama Leo, Leo seakan punya banyak cara buat meng ombang ambing perasaan Safira" ujarnya sembari menahan matanya yang memulai memanas.
"Kalo gitu non cerita ditempat yang tepat" ujar sang bibi seolah olah ia sudah merasakan betapa beratnya ujian cinta.
"Hah? Bibi serius?" pekiknya.
"Iya non. Non pasti lagi sedih karna den Leo lagi berduaan sama cewe di dalam kamarnya kan" Ujar bi Minah detik berikutnya ia menepuk bibirnya pelan.
"Loh kok bibi tau?" Heran Safira
"Em—itu non, tadi bibi denger sekilas non lagi sedih gegara den Leo kan?" Alibi Bi Minah.
"Iya bi aku sedih banget," Safira yang tadinya sempet terheran heran, kenapa si bibi tau masalahnya? Tapi ia tak ambil pusing.
"Yaudah non, bibi balik ke dapur dulu ya,"
"Iya bi, makasih bi mau dengerin Safira,"
"Iya non,"
__________
Dilain sisi, Leo masih senyum senyum geli gitu, memikirkan wajah Safira yang pastinya saat ini sangat kesal dibuatnya.
Kasian nak orang
"Abang! Tega banget sih! Masa kak Safira digituin! Nanti kalau kak Safira nangis gimana? Abang mau ziva lempar ke Ciliwung?! Adek gak suka ya bang sama cara Abang gini" omel ziva
"Iyaa adeekk, tapi inikan biar berkesan gitu, nih sekarang Abang mau coba telfon Safira lagi," ujar Leo membuat Ziva takut, takut karna Leo membuat Safira sampai nangis.
"Yaudah coba speaker nya dinyalain, adek juga mau denger," ketus ziva. Sebenernya ia gak mau dengan cara ini. Tapi karna Abang gantengnya itu memaksa dengan alasan supaya berkesan rencananya, mau tak mau ia harus mengikutinya.
Leo pun memencet tombol speaker
Nada dering berbunyi...
"Hallo, Leo kamu kenapa?" Ujar Safira yang masih menormalkan suaranya yang habis nangis
Leo langsung diem kek ayam ke guyur Aer, ia tak salah denger kan? Safira memamngilnya dengan kata kata "kamu" bukan "gue"
Ziva yang mendengar suara Safira yang sepertinya habis nangis langsung mencubit lengan abangnya.
Ziva memberikan tatapan maut ke abangnya supaya jangan macem macem lagi ke kakak kesayangannya itu."Leo, kamu kenapa sih tadi gak masuk?" Tanya Safira yang menyayat hati Leo.
Leo akhirnya menjawab
"Gue mau kita putus"
4 kata yang membuat hati Safira semakin pilu, tapi ia berusaha menyembunyikannya dari leo. Ia semakin menangis dalam diam, ia mengatur nafasnya supaya tak terisak di telfon.
"Oke, kalau itu mau kamu, aku mundur Leo" jawab Safira, dan isakannya tak tertahan lagi.
📌Jangan lupa Voment🥺♥️
Follow akun wattpad aku ya ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MORTAL ENEMY! [ TERBIT ✔️]
Novela JuvenilJudul awal : Cinta Anak Basket "Jadi pacar gue." Ucap Leo sambil tersenyum miring. "Lo gila?!" Pekik Safira kencang, bahkan kelewat kencang. "Iya gila, karna lo." Balas Leo dalam hati, lalu meninggalkan gadis itu seorang diri di lapangan basket deng...