Safira masih saja terus terusan memandangi pintu kelasnya berharap Leo cepat datang, namun nihil bel berbuyipun Leo belum menampakkan batang hidungnya, Safira Manarik nafas dengan gusar, pikiran negatif menghinggap di kepalanya.
"Leo Lo kemana sih? Jangan bikin gue khawatir dong" batin Safira.
Tak lama Bu Dina masuk dan menyapa murid murid di dalam kelas.
"Morning semua! Oiya hari ini karna ada rapat jadi kalian free tapi kalian harus janji tidak berisik ya! Oiya leo juga mengabari ibu tadi kalau dia sedang izin untuk tidak masuk, jadi yang pegang absensi kelas tolong absenin Leo dengan izin ya." Ujar Bu Dina dengan lantang.
Safira yang tadinya juga ikut senang karna free class, seketika menjadi murung karna Leo izin kesekolah tanpa mengabarinya sama sekali.
Mella, Liana, Syeli tau betul apa yang dirasakan sahabatnya itu, mereka bertiga mulai mengerubungi meja Safira.
"Firr, udah ahh palingan juga si keripik Leo lagi keluar kota ikut bokapnya, biasa dia kan menyandang nama ADI PUTRA pasti bakalan jadi penerus relasi bisnis bokapnya," ujar Syeli menenangkan Safira yang masih asik bergulad dengan pikiran negatifnya.
"Iya sihh, tapi rasanya kayak beda gitu Syeli," mata Safira mulai berkaca kaca, ia takut Leo membohongi Bu Dina dengan alasan ia izin padahalan mungkin saja ia sakit atau semacamnya?.
_____
Bel pulang sekolah pun berbunyi, anak anak SMA Garuda berlarian kesana kemari untuk pulang kerumah masing masing.
Tim basket sudah mulai berdatangan di lapangan basket, Safira merasa ada yang kurang. Yaitu pacar nya, Leo.
"Apa gue kerumah nya aja ya? Sekalian liatin Ziva" batinnya
Tanpa basa basi Safira keluar dari lapangan basket, dan langsung mengambil tasnya didalam loker dan menuju ke arah parkiran. Ia tak menggubris teriakan teriakan dari 3 sahabatnya itu.
Safira mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, pikirannya masih saja bergelud dengan pikiran negatif.
"Jangan jangan Leo sakit lagi? Tapi dia gak mau kasih tau gue?" Gumamnya.
Ia mengambil handphonenya dan memutuskan untuk menelfon Leo, Safira membuka mode speaker supaya terdengar jelas.
Nada dering terdengar
"Hallo" kata orang disebrang sana.
Safira masih diam membeku ditempat, ia menepikan mobilnya, ia masih bergulad dengan pikirannya.
"Hallo" ulang orang disebrang sana.
Safira langsung mematikan sambungan telfon nya. Matanya berair, ia merasakan detak jantungnya berubah menjadi tak karuan.
"Dia siapa Leo?" gumamnya, detik itu juga Safira menangis dalam diam.
____
Safira memasuki pekarangan mansionnya, sudah terlihat jelas kalau Safira habis menangis, mulai dari rambut yang acak acakan, mata sembab, hidung meler plus merah.
Marya pun melihat sang putri dengan khawatir, ada apa dengan putrinya? Mengapa ia menjadi kacau begini?
Marya berjalan mendekat kearah Safira. Anak semata wayangnya itu seperti sedang menahan sesuatu.
"Sayang kamu kenapa nak?" Tanya Marya.
"Em— gak apa apa kok mah, Safira cuman gak enak badan aja" ujar Safira sembari berusaha tersenyum kepada sang mama.
"Yaudah, kamu istirahat gih, nanti mamah suruh bibi buatin susu anget sama roti coklat" ujar Marya dengan penuh kasih sayang.
"Thank's mom, you very beautiful hehehe," cengir Safira.
Marya hanya geleng geleng melihat kelakuan sang putri, Safira menaiki tangga mansionnya dengan gontai, suara dari telfon Leo mulai terdengar lagi dipendengarannya.
"Dia siapa Leo?" Batin Safira.
Wayyo!! Jan lupa Untuk tinggalkan jejak🥺♥️
📌Follow akun wattpad aku 🥺♥️
Vomentnya yaa♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MORTAL ENEMY! [ TERBIT ✔️]
Teen FictionJudul awal : Cinta Anak Basket "Jadi pacar gue." Ucap Leo sambil tersenyum miring. "Lo gila?!" Pekik Safira kencang, bahkan kelewat kencang. "Iya gila, karna lo." Balas Leo dalam hati, lalu meninggalkan gadis itu seorang diri di lapangan basket deng...