4. Definition

1.4K 143 26
                                    

Arvin Sayudha Aiden


Gue sedang berdiri di menghadap pintu apartemen Aldi sekarang. Di dalam, bukan di luar. Meski sudah sejak tadi Aldi menyuruh gue untuk balik ke kantor, tapi gue masih enggan beranjak. Bukan, bukan karena gue mau bolos di hari kedua gue kerja apalagi status gue juga masih probation selama enam bulan ke depan, belum sah-sah banget jadi karyawan, tapi karena gue nggak tega ninggalin dia sendirian begini. Aldi memang bukan lagi anak kecil yang harus ditunggu. Gue tahu itu. Namun suatu hal soal dirinya selalu membuat gue merasa kasihan. Entah apa.

"Al, gue pamit ya," ucap gue pada akhirnya. Tidak ada jawaban dari kamarnya. Mungkin dia sudah tertidur. Maka gue kemudian dengan hati-hati keluar dan menutup pintu apartemennya.

"Vin." Gue menoleh. Andrenata sedang berjalan keluar dari ruang rapat bersamaan dengan beberapa orang. Lantai ini memang sepi pas gue masuk tadi. Ternyata memang sedang ada rapat di ruang utama. Dia berjalan menuju meja gue.

Gue berdiri dari kursi. "Ndre, maaf banget saya hari ini tel-" Belum genap perkataan gue, dia mengangkat tangan seakan menyuruh gue berhenti.

"Santai aja, kalau gak ada bos, pakai gue lo aja biar enak. Nggak usah kaku gitu kalau sama gue," bisiknya sambil mendekat.

"Oh, oke." Gue mengangguk. Sejak kemarin gue sudah berusaha menyesuaikan diri di kantor baru ini. Andre, team leader dari proyek yang kebetulan bakal gue pegang ini kemarin bilang tidak suka dipanggil Pak kecuali di ruang rapat atau pada saat ada petinggi di kantor ini. Dia memang memiliki usia tidak terpaut jauh dari gue. Sekarang, ia juga berkata ingin berbicara informal saja kepada sesama karyawan. Gue tersenyum. Mungkin, gue mulai menyukai lingkungan kerja ini, meski belum sepenuhnya mengetahui seluk beluknya.

"Aldi gimana?" Andre menggeser satu kursi kosong di samping kubikel mendekat ke arah gue dan duduk di sana.

"Udah dijahit tadi lukanya. Trus kayaknya sekarang dia tidur." Gue ikut duduk dan menjelaskan seperlunya yang memang perlu diketahui. Andre mengangguk kecil. Ia lalu menatap gue dengan mata bertanya. Meski tidak ada ada kalimat yang dia lontarkan setelahnya meski gue udah menunggu. "Kenapa sih, Ndre?"

"Lo kenal Aldi dari mana deh? Temen sekolah? Temen kuliahnya dulu?" Sebenarnya sejak di perjalanan kemari gue sudah menduga pertanyaan ini akan terlontar. Hanya gue tidak mengira akan ditanya sekarang karena gue memang belum merasa dekat dengan siapapun di sini. Namun Andre sudah bertanya penasaran.

"Bukan, gue-" Ucapan gue terhenti karena gue menyadari, gue nggak tahu status gue apa. Sekedar kenalan di pesta? Temen? Ex-roommate? Apakah ini wajar untuk tidur bersama? "Ya, kenal ketemu di acara."

"Ooh," ujarnya sambil berdiri. Andre lalu beranjak pergi.

Gue belum mengetahui benar apa Andre memiliki relasi khusus dengan Aldi. Gue nggak bisa menilai. Dan gue juga belum lama gue mengenal seorang Aldi, meski semakin lama gue semakin yakin satu hal: gadis itu memang memiliki sisi sepi membentuk seperti bayangan yang ditutupi oleh wajah ceria yang ditunjukkan.

"Eh kan." Andre datang lagi mendekat. Kali ini dengan sedikit tertawa. "Tadi gue udah mau turun baru inget tujuan awal gue harusnya ngomong ini ke lo."

Andre kembali duduk untuk menjelaskan soal rapat rutin mingguan. Biasanya pada hari Senin dan Selasa sering diadakan rapat besar seluruh team project, kadang juga sama client. Sama seperti rapat pagi tadi yang tidak bisa gue ikuti. Sedangkan hari Kamis Jumat, biasanya diisi rapat internal team aja untuk bahas progress dan tugas mingguan kayak yang sudah pernah gue ikuti.

Setiap hari selalu ada informasi baru yang diberikan soal lingkungan kerja di sini yang sedikit demi sedikit gue pelajari. Minggu lalu ketika gue pertama kali masuk, Felisya, salah satu assistant manager, menjelaskan perihal pembagian sistem kerja. Perusahaan Lamika  merupakan company contractor. Cukup besar meliputi perusahaan yang ada di Singapura juga. Perusahaan ini mencakup beberapa subsidiaries.

Lala AideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang