Thank to, Books, Behind the pages

1K 31 12
                                    

Halo, aku menyapa lagi di cerita ini. Apa nih isinya? Cuap-cuap penting-tidak penting—yang ternyata panjang—dari si juru tulis. Jadi, boleh diskip atau dilihat dulu isinya jika memang berminat, really no pressure.

___

First of all, by this i genuely want to thanks people who spent time to read this story, went up and down emotions with me, and appreciate it well.

Kayaknya ini jadi satu cerita yang sampai saat ini, tiap kali aku baca ulang aku merasa cukup. Not best story out there, maybe also not my best story, but definetely this is my top at the moment, the one that got me thinking "dude, this is dope who wrote it? omg i wrote it." (let alone myself with this confidence that happens once in a blue moon).

Aku kadang masih enggak nyangka bisa membuat cerita ini karena menulis itu jadi skill yang aku pelajari casually in leissure time dan dengan tanpa juri atau guru jadi baik dan buruknya diukur dari kepuasan diri (barangkali seperti itu, bukan untuk maksud arogan atau menyombongkan diri).

Dan di balik semua itu, rasanya perasaan puas ini juga nggak lepas dari dukungan pembaca yang ngasih feedback secara langsung di sini atau lewat pesan. Kepada Inez, Serena, Adlin, Vanessa, Kak Uti, Dy, dan orang-orang yang enggak aku sebutkan satu per satu karena belum kenal (honestly i really want to, but i haven't known some of you are, jadi kalau berkenan ajak aku kenalan dengan bertukar sapa dan nama di komentar atau di media sosialku ya), i really beyond grateful to have you here.

Also, kepada orang-orang yang menulis komentar di chapter AN, aku mungkin belum bisa membalas semuanya karena tiap buka komentarnya rasanya hatiku meleyot (HADAH LEBAY) jadi mohon maklum. Aku ingin ucapkan terima kasih sudah menuliskan feedback. Biar kusimpan dan tampung dulu semuanya di sana ya.

Sebenarnya mungkin ini terdengar konyol, tetapi aku juga ingin berterima kasih kepada tokoh-tokoh: Aldila Devan, Arvin Sayudha Aiden, dan kawan-kawannya sekalian karena sudah mau hidup dalam kepalaku. Membantuku membuat cerita, membuatku merasa, membuatku ikut menangis, atau tertawa silly membayangkan hal yang menggelitik. It's so good to have them in another space.

Cerita ini bukan cerita yang sempurna. Masih akan dijumpai banyak kekurangan di sana sini. Penokohan, pilihan kata, diksi, typo, alur, dsb. Selalu ada celah untuk ketidaksempurnaan apabila ditilik lebih lanjut. Namun itu semua aku artikan sebagai salah satu dari proses belajar.

Aku sedang belajar bercerita dan cerita-cerita di sini juga sebagai ladang belajar buatku.



Bicara soal cerita ini, sebenarnya ada hal yang ingin aku bagi lagi yakni bacaan yang aku baca dan sedikit banyak memiliki genre atau typical yang sama. Because first, i am a reader before a writer. 

Aku sudah bagi di instagram tetapi akan aku bagikan ulang di sini jika ada yang berminat, seperti sebuah rekomendasi similar stories gitu. But note, this is just personal review. Check this out.

1. Nadira, karya Leila S. Chudori.

Buku ini sebenarnya kumpulan cerita pendek yang awalnya berjudul '9 dari Nadira' yang diperbarui dengan judul Nadira dengan tambahan 2 cerpen. Kalau kalian merasa cerita Lala Aide ini sedikit bernuansa angsty dan 'mengandung bawang' maka mungkin bisa aku katakan salah satu sebabnya karena aku membaca cerita ini. Aku pertama kali jatuh cinta dengan Nadira maka aku kemudian memunculkan sosok Aldila. Nadira adalah sosok yang terlihat tegar tetapi memiliki kerapuhan yang ia peluk sejak masih kecil.

Aku tidak berharap untuk dibandingkan ya jelas penulisan novel ini sudah jauh lebih baik sekali di atasku hehe, tapi barangkali ada yang ingin meremukkan hatinya lagi dan tenggelam dalam sebuah drama gelap kehidupan seseorang, novel ini bisa kalian baca.

Lala AideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang