—Arvin Sayudha Aiden
...menjadi sesuatu yang lebih dari yang kita harapkan.
Iya. Buat gue, semesta enggak mungkin memberikan sesuatu yang buruk. Kalau pun suatu hal yang kita anggap negatif terjadi pada kita, pasti ada hal lain—sisi positif—yang mengiringinya. Entah pelajaran yang dipetik, konsekuensi kebahagiaan lain yang kita dapatkan, atau sebuah latihan dengan perasaan menerima yang membuat kita lebih bersyukur terhadap apa yang kita punya.
Ingat saat gue secara mengejutkan kembali bertemu bahkan jadi satu kantor sama Aldi setelah sempat berpisah dan tanpa contact. Gue inget, kegalauan gue tentang perasaan kini berbuah wujud menjadi sebuah lagu. Pun dengan kesalahpahaman yang pernah terjadi juga rasanya justru membuka salah satu jalan untuk mengatakan dan menjelaskan.
"Al, tunggu." Gue memanggilnya sebelum langkahnya melewati gerbang yang memisahkan bangunan kos dengan tempat gue berdiri. Aldi jadi berhenti, berbalik arah dan berjalan dengan pelan sambil menatap gue dengan pandangan heran. Sedang gue, yang ditatap, masih diam berdiri sedang berpikir. Lebih tepatnya merasa ragu.
Oke, sebenernya gue merasa ini sedikit silly makanya gue terus menimbang sejak tadi, urung memberikannya sejak gadis itu belum melontarkan pamitnya. Tangan kiri gue memasuki kantung celana sedangkan tangan kanan gue berada di atas alis, menggarukkan jari terlunjuk gue pelan karena tiba-tiba alis gue terasa gatal.
"Sa..." Aldi yang pertama kali berkala lagi. Kali ini ekspresinya berubah, menjadi lebih pada tatapan takut daripada heran melihat gerak bola matanya yang tak menentu.
"Eh, bukan, Al." Gue buru-buru meralat. Gue tahu Aldi masih belum bisa berada dalam sebuah komitmen, atau simbol-simbol ikatan yang ada dalam sebuah hubungan. Makanya enggak, gue enggak sedang memberinya cincin.
"Ini tuh... gelang." Akhirnya gue keluarkan benda itu. Sepasang bracelet braided biru hitam dengan bandul bulat kecil dari logam berukir matahari. "Wish bracelet they called it. Mau pakai, nggak?"
Aldi masih terdiam. Matanya bergantian menatap benda itu dan gue. Gue menahan diri menggigit gue untuk tidak tertawa, jaga-jaga kalau Aldi akan menganggap gue aneh setelah semua personal branding yang gue lakukan. Ya enggak lah, Aldi kayaknya masih mau sama gue meskipun gue aneh. Lagian, semua orang pada dasarnya dianggap aneh hanya karena satu sama lainnya berbeda.
Gadis itu akhirnya mengangguk. Meloloskan senyuman gue yang tertahan sejak tadi.
"Bikin permohonan dulu, Al. Sekarang," ucap gue ringan.
Aldi manut. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya sebisanya, meletakkan bucket tulips di apitan lengan dan tubuhnya. Lalu kedua matanya terpejam khusyuk untuk memohon.
"Udah," ujarnya tak lama.
Tangan gue terulur meminta pergelangan tangannya. Ia menyerahkan lengan kirinya. Di bawah cahaya lampu pagar yang tidak terlalu terang gue memasangkan gelang sederhana itu. Mengaturnya supaya tidak terlalu longgar ataupun terlalu ketat melingkari tangannya.
Aldi menyentuh pergelangan tangannya ketika gue selesai memakaikannya. Ia masih diam tidak berkomentar.
"Katanya kalau suatu hari gelang ini putus dengan sendirinya, itu artinya harapan kamu akan terwujud."
"Kamu percaya?" tanyanya tanpa jeda.
Gue menghela napas, mengedikkan bahu. "It may be just a myth. Tapi selama enggak ada bahaya dari mencobanya, kenapa enggak?"
Gue juga enggak memaksanya percaya. Seperti yang gue bilang, ini mungkin hanya mitos. Namun, mitos atau bukan, hal yang gue rasa penting di sini adalah memiliki harapan itu. Ketika kita meletakkan sebuah keinginan yang kuat, maka cepat atau lambat, dengan cara yang tak terduga, yakin semesta akan mewujudkannya. Dan gue ingin Aldi percaya pada harapannya. Gue ingin dia mengingat apa yang pernah ia inginkan ketika melihat gelang itu. Gue ingin dia merasa selalu pantas untuk memiliki harapan. Dan gue juga ingin, agar harapannya itu terwujud. Apa pun itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lala Aide
Ficção GeralKatanya, kita selalu tahu jika kita bertemu dengan orang yang tepat. Seperti tidak lagi ada syarat perlu dipenuhi karena kita hanya tahu, dia untuk kita. *** R 17+ | Bahasa Indonesia © ami 2020 Little AU Asaldi, a sosmed au on highlight intsagram sk...