"Gavin."Gavin yang baru saja masuk rumah tetangganya menoleh saat namanya di panggil.
"Kenapa tan?" Tanyanya pada Zira yang sedang menonton drakor di layar tvnya.
"Mama kamu bilang, kalian tidur seranjang lagi, ingat ya, Vin! G masih kecil, kamu jangan macam-macam." Ancam Zira dengan wajah garang tapi tetap terlihat cantik diusianya sekarang.
"Yaelah tan, G sama Gavin tidur doang gak macam-macam." Elak Gavin dengan wajah cengengesannya.
"Kalo sampe kamu macam-macam dan Om Ares tau, kamu tinggal nama, Vin." Peringat Zira dan Gavin bergedik ngeri saat mendengar nama Alres.
Selama ini Alres memang tmengetahui kedekatannya dengan G, dan Pria itu tidak pernah melarangnya, tapi Gavin bergedik ngeri saat Alres mengucap kata yang membuat nyawanya seakan hilang saat itu juga.
"Jangan berbuat Lebih, kalo tidak mau nyawa kamu akan habis di tangan Om dan Ken."
Kemudian tersadar dari lamunannya dan menatap Zira dengan serius.
"Iya, Gavin juga gak mungkin ngerusak G, Tante tau kan kalo Gavin sayang G, banget." Jawab Gavin dengan mimik serius.
"Iya, tante tau." Ucap Zira sambil menghela nafas dan melanjutkan tontonannya.
Tanpa mengucapkan apapun Gavin berlalu dari sana dan naik keatas menuju kamar gadisnya.
Saat masuk kekamar yang bernuansa pink itu, Gavin tidak melihat adanya G di sini, kemana gadis itu, pikirnya.
Gavin berjalan kesofa dan duduk disana dia memutuskan menunggu G. Baru sehari Gavin tidak bertemu G membuat cowok itu merasa frustasi.
Saat mataNya tidak sengaja melihat ponsel G berada diatas nakas disana, Gavin langsung mengambilnya, sudah lama dirinya tidak memeriksa ponsel gadis kecil itu.
Setelah mengotak-atik ponsel itu, Gavin menaruh kembali saat merasa tidak ada yang aneh-aneh.
"Loh? Kak Gavin?" G yang baru masuk kaget ketika melihat Gavin sedang duduk di sofa kamarnya.
"Darimana?" Tanya Gavin dingin.
G tidak menjawab, G melangkah menuju sofa, menangkup wajah cowok itu dengan Kedua tangannya saat dirinya sudah sampai di hadapan Gavin, kemudian mencium bibir itu sekilas, lalu duduk di pangkuan Gavin, dan melingkarkan tangannya di leher cowok itu .
Gavin Menaikkan satu alisnya ke atas.
Gavin tau gadis ini sedang mengelak dari pertanyaannya dan mencoba merayunya. Ck sangat nakal, pikirnya.
"Darimana?" Tanyanya lagi. Tentu saja dengan nada dingin, walaupun tangannya juga sudah melingkar di pinggang gadis itu.
"Ehm, G main sepeda di depan." Cicit G dengan senyum lebarnya.
"Dengan baju ini?"
Gavin menggeram tertahan, apa-apaan gadis ini, berkeliaran di luar dengan baju kurang bahan seperti ini bahkan perut gadis kecil ini terekpos dengan sempurna.
Bagaimana jika ada pria di luar sana menatap miliknya dengan lapar. Rahang Gavin mengeras minikirkan ini,
"Iya, emang kenapa?" Kata G polos, ia menatap Gavin bingung.
"Oh god." Gavin menarik rambutnya frustasi, Apa G tidak mengerti bahwa pakaiannya itu mengundang tatapan lapar dari pria jelalatan di luar sana.
"Lain kali kalo keluar dari kamar ataupun rumah jangan pake baju kayak gini lagi." Ucap Gavin lembut.
"Kenapa emang?"
"Pokonya gak boleh."
G ingin membuka suara ingin memprotes, tapi sebelum ia mengatakan apapun. Gavin kembali melanjutkan ucapannya.
"Dan jangan nakal." Lanjutnya tajam.
"Iya-iya, My neigbor." Ucap G pasrah. Tetangganya ini sangat posesif dengannya.
Gavin kembali tersenyum, walaupun rasa geramnya belum habis, tapi ia mencoba untuk tidak memikirkannya.
Kemudian Gavin berdiri otomatis G berada di gendongannya, kemudian membaringkan G di atas ranjang dan Gavin melepas bajunya, memperlihatkan perut kotak-kotaknya.
Gavin menindih gadis kecilnya, lalu menyusup kepalanya pada leher G, kemudian mengecupnya lembut. Sesekali menjilat leher itu. tangannya sudah menyusup kedalam baju G, mengusap lembut perut rata itu, sangat halus dan lembut, batinnya.
Seolah melupakan ancaman dari Zira dan Alres. Gavin tidak memikirkan apa yang terjadi setelahnya. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah pesona dari G yang tidak dapat ia elak lagi sekarang, gadis ini sangat 'rrrrghh'
"Kakak." Erang G saat merasakan kalo Gavin menghisap lehernya kuat, Gavin tidak peduli akan panggilan dari G. ia kembali melanjutkan kegiatannya.
Setelah merasa puas, Gavin mengangkat kepalanya, menatap G yang masih memejamkan matanya.
Karena gemas, Gavin mengecup bibir itu sekilas lalu matanya turun ke leher G.
Gavin menyeringai ketika melihat 3 tanda kemerahan di leher G karena ulahnya, bahkan tali baju G sudah sedikit turun sehingga memperlihatkan dada gadis ini mencuat keluar.
G membuka matanya dengan pelan, G dapat merasakan deru nafas Gavin yang berbau mint menerpa wajahnya.
"Kak Gavin." Lirihnya menatap dada Gavin tidak berani menatap mata cowok itu. Wajahnya sangat panas sekarang, ia malu.
Gavin tidak menjawab.
Dengan sedikit jahil Gavin menaikan tali baju G yang sedari turun ke seperti semula.
G terkejut dan baru menyadari kalo dadanya itu terekspos, langsung menyilangkan tangannya di depan dada.
"Kakak udah liat."
G hanya meringis malu.
___Cerita ini penuh dengan keuwuan. Konflik? Nothing.
Gimana?
Tunggu kelanjutannya👋🏻🐥
Istri jungkook🐰💜
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Neighbor (Completed)
Teen Fiction"Kak Gavin." Gavin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melekat di pinggangnya terkejut saat gadis kecil ini melompat ke atasnya, untung ia dengan sigap menangkap gadis ini. "Kenapa hmm?" Tanya Gavin. "Gak lupa kan? mal...