27

112K 8.2K 283
                                    





Selamat membaca



4 jam perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Para cowok-cowok sedang membuat tenda. Oliv sedang duduk di ayunan yang dibuat oleh Bry dan Felix, gadis itu duduk seraya meminum minuman kelapa asli yang di petik oleh Ethan.

Sedangkan G, jangan tanya dimana gadis itu? Gavin sampai kualahan menyusul gadis itu yang tidak bisa berhenti berlari-lari di pasir.

"Sayang, jangan jauh-jauh."

G mengabaikan teriakan Gavin. Gadis itu malah berlari dan munuju ke tepi pantai hingga kakinya mengenai air laut. Gadis itu bertepuk tangan seraya meloncat-loncat dan sesekali tertawa senang saat ombak itu menghantam tubuh kecilnya.

"Sayang." Panggil Gavin lagi. Jarak Gavin dan G hanya beberapa meter lagi, sehingga cowok itu tidak perlu lagi untuk berteriak.

"Kak Gavin sini deh." Ujar G berbalik membelakangi laut dan melihat Gavin yang mendekat, tapi cowok itu tidak masuk ke dalam air.

Gavin merasa geram dan khawatir secara bersamaan, ini masih siang dan gadisnya sudah bermain-main disana.

"G, Kakak gak berca—GRACE.." Gavin dengan cepat berlari ke air laut menyusul G yang di hantam oleh ombak besar, membuat gadisnya terjatuh.

Setelah Gavin sampai cowok itu langsung menggendong G dengan gaya ala bridal style. Rautnya cukup datar tapi tak urung Gadis itu masih dapat melihat jika Gavin sangat khawatir sekarang.

Wajah G sudah sangat memerah, hidungnya tersumbat dan telinganya berdengung. G ingin mengeluh, tapi saat melihat wajah Gavin yang seperti itu membuatnya mengurungkan niat untuk merengek sakit.

G mengalungkan tangannya di leher Gavin, tak lama kemudian gadis itu terisak kecil. Gavin hanya diam mendengarkan tangisan G, cowok itu masih merasa marah. Ingin memberi sedikit pelajaran pada gadisnya.

Gadis itu tidak berhenti menangis sampai sekarang mereka sudah sampai di tenda. Untungnya tenda-tenda tersebut sudah di pasangkan. Membuat Gavin sedikit benafas lega.

"Loh, G kenapa?" Tanya Oliv yang pertama menyadari ke hadiran Gavin dan G, dan yang membuatnya heran baju keduanya basah dengan G yang berada di gendongan cowok itu. Pasti terjadi sesuatu pikirnya.

Yang lain dengan panik menghampiri Gavin dan mengajukan pertanyaan apa yang terjadi pada G. Tapi Gavin tidak menjawab.

Bry yang peka memberi kode pada yang lain untuk tidak lagi bertanya. Cowok itu seakan tahu keadaan G dan Gavin sekarang ini.

"Gantiin baju dia." Gavin menatap Oliv dan menurunkan G dengan lembut, Oliv mengangguk, lalu dengan cepat mebawa G bersamanya.

Gadis itu tidak berhenti menangis. Saat berada di kamar mandi G baru mengadu pada Oliv jika hidung dan telinganya terasa sakit.

Oliv hanya dapat bergumam kata sabar, sebenarnya ia cuku khawatir wajah G sangat pucat sekarang.

Lalu Oliv dengan telaten membersihkan tubuh G dan memakai baju gadis itu dengan pelan. Setelahnya ia mengambil handuk dan mengeringkan sedikit rambut gadis itu.

"Udah dong. G jangan nangis lagi." Ucap Oliv, itu mungkin sudah menjadi kalimat yang puluhan kali ia ucapkan, karena sedari tadi gadis itu tidak berhenti menangis.

"Kepala G sakit, hidung G sakit, telinga G juga sakit."

Oliv menghela nafas pelan.

"Kakak Oliv." Rengeknya seperti Oliv lah ibu gadis itu.

"Iya-iya, nanti kita obatin di tenda ya. Makanya G jangan nangis kalo nangis makin sakit kepala G. Ngerti?"

I Love You My Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang