Epilog

186K 8.4K 544
                                    




Selamat membaca




6 bulan kemudian.

Gavin celingak-celinguk mencari sesorang yang ia tunggu sedari tadi, tangannya meremas koper cukup kuat saat mendengar Panggilan penumpang berkomando. Dan itu jadwal keberangkatan Gavin.

Gavin merindukan gadis itu, gadis yang sudah seminggu Ini menghindarinya.

Menghela nafas kasar.

Gavin mendekat dan memeluk keluarganya satu persatu termasuk teman-temannya yang memang akan mengantarkannya ke bandara.

Ya, hari ini Cowok itu akan berangkat London untuk melanjutkan ilmu bisnisnya.

Cowok itu berbalik setelah mendengar sebuah rentetan nasihat dari keluarga dan teman-temannya.

Sebelum benar-benar berjalan Gavin sekali lagi menoleh kebelakang berharap orang yang akan ia tunggu datang sekarang juga dan memeluknya dengan erat.

Tapi Gavin belum melihat tanda-tanda gadis itu kesini. Mungkin dia sangat marah. Dan Gavin memakluminya.

Menghela nafas sekali lagi, lalu melangkahkan kakinya dengan berat menjauh dari sana.

"Kakak."

Sebuah panggilan disusul dengan pelukan erat dari belakang mampu membuat Gavin menghentikan langkahnya.

Gavin tersenyum saat melihat kebawah dimana tangan kecil G sedang melilit erat pinggangnya. Orang yang sedari tadi ia tunggu akhirnya datang juga.

Gavin dapat bernafas lega. Setidaknya ia bisa pergi dengan tenang setelah melihat G disini.

Gavin berbalik, lalu disana dia bisa melihat Alres dan Zira sedang berdiri tepat di samping orang tuanya. Gavin dapat menebak jika G pergi bersama kedua orang itu.

Alres tersenyum pada Gavin begitupun dengan Zira.

Gavin menunduk dan menatap G yang juga sedang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"I am really, really sorry." Ucap Gavin mengusup sudut mata G yang sudah mengeluarkan air matanya.

G menggeleng, tangisnya pecah begitu saja. "Kata Mama, G gak boleh egois."

Gavin tersenyum senang setidaknya gadisnya ini mengerti sekarang. "Jangan nangis."

G kembali menggeleng. "Seharusnya G gak marah sama Kakak."

Kali ini Gavin yang menggeleng. Gavin mengerti bagaimana perasaan G, wajar gadis itu marah, bahkan jika G membecinya. Gavin akan tetap mengerti dan selalu menyayangi gadis ini.

Tangan G melilit pinggang Gavin semakin erat sebelum ia mengatakan sesuatu pada Gavin. Air matanya tidak mau berhenti.

"Kak Gavin janji gak akan lirik bule-bule disana?"

Gavin mengangguk.

"Janji bakal pulang lagi?"

Gavin mengangguk.

"Janji gak akan lupa sama G?"

Gavin kembali mengangguk, "janji, sayang!"

G kembali menenggelamkan wajah ke dalam dada bidang yanG tentu akan sangat ia rindukan nantinya.

"Rasanya berat banget."

Gavin menutup matanya erat saat mendengar lirihan putus asa dari Gadisnya.

Pelukan G semakin erat saat mendengar lagi suara panggilan keberangkat Gavin. Gadis itu menggeleng-geleng kepalanya pelan dalam pelukan Gavin ketika Gavin berusaha melepas tangannya.

"Sayang."

G tidak menyahut, membuat Gavin menghela nafas. Sungguh dari semua cobaan yang diberikan tuhan padanya. Inilah yang paling berat buat Gavin jalani selama hidupnya. Berpisah dengan gadisnya.

"Sayang! Ingat loh janjinya tadi." Ucap Zira dari belakang. Mengingatkan G.

G semakin menangis saat melihat wajah Gavin yang sebentar lagi akan pergi jauh darinya. Gadis itu dengan berat hati melepas pelukan Gavin secara perlahan.

G kembali menatap Gavin dengan air mata yang bercucuran. "I love you my neighbor."

"I love you too my little girl." Ucap Gavin pelan. Mengecup seluruh permukaan G. Menggigit kecil hidung kecil itu, lalu berpindah pada bibir manis yang selama ini menjadi candunya.

"Wait me, oke." Ucap Gavin setelah melepas tautan keduanya.

G mengangguk pelan, lalu Gavin kembali mencium G berkali-kali. Ciuman yang awalnya lembut hingga sekarang berubah menjadi lumatan yang bergairah. Seolah menyalurkan rasa kehilangan dari keduanya.

yap, Gavin mencium G di depan keluarganya, di depan kelurga G, dan juga di depan teman-temannya.

Setelah mencium G, Gavin mengusap pipi G lalu berbalik seraya menarik kopernya menjauh dari sana. Meninggalkan G yang sudah duduk bersimpah air mata disana.

Tangis G semakin menjadi-jadi saat melihat punggung Gavin sudah menghilang di balik belokan itu.

Zira dan Yaya langsung mendekat lalu memeluk G seraya mengucapkan kata-kata yang dapat menenangkan gadis ini.



Tamat


Yang mau demo silahkan, tapi mohon menggunakan kata yang sopan oke🤣





Beneran tamat. Extra part? Nothing.

Gak mau bilang apa-apa😭

Bye! Sampai berjumpa di cerita lain.

I Love You My Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang