Part ini sedikit mengandung ehem-ehem. Jadi yang merasa masih di bawah 16 tahun silahkan get out.
Selamat membaca✨
"Eughh" G membuka matanya perlahan-lahan. Gadis itu mengedarkan pandangan keseluruh tenda dan kembali mengingat apa yang terjadi padanya tadi.
Saat ingin beranjak dari tidurnya, kepala G kembali pening membuat gadis itu merebahkan tubuhnya kembali. Gadis itu ingin menangis lagi tapi tidak jadi karena orang yang ia tunggu akhirnya muncul dihadapannya.
"are you okay?" Tanya Gavin seraya memegang dahi gadisnya yang sedikit panas.
G menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan nangis lagi."
"Mana yang sakit?" Lanjut Gavin.
G memegang kepalanya, "sakit."
Gavin mengangkat kepala ke atas pahanya, lalu memijit dengan gerakan pelan pada kening gadis itu.
"G bobok lagi, ya."
G menggeleng.
"Pengen keluar." G mendongak menatap Gavin yang juga sedang menunduk menatap dirinya.
"No, Babe. Di luar dingin." Beritahu Gavin, bagaimana tidak ini sudah menunjukkan pukul 7 malam, sudah pasti suasana pantai sangatlah dingin, dan G masih sakit. Tentu Gavin melarang keras.
"Gak mau disini." G menggeleng-gelengkan kepalanya.
"G masih sakit. Dengerin ya!"
Mata G kembali berkaca-kaca lalu beberapa detik kemudian gadis itu sudah terisak pelan.
"Kakak. G Mau di luar." Ucap G di sela-sela tangisnya.
Gavin menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk kecil. G langsung bangun menerjang tubuh Gavin hingga cowok itu terjungkal kebelakang dengan dirinya di atas.
"Hati-hati, G."
G tersenyum senang mengabaikan peringatan Gavin. G merasa Sangat beruntung mendapatkan cowok ini di hidupnya.
"G sayang Kakak."
"Me too."
Gavin menatap G dengan lekat. Bekas air mata G masih setia menempel di pipi Gadis itu yang terlihat sangat merah saat ini.
Mungkin efek panas dari tubuh G masih sepenuhnya hilang. Tapi dengan itu G semakin terlihat menggemaskan. Gavin sampai tidak rela jika teman-temannya sampai melihat bagaimana gadisnya sangat menggemaskan sekaranh ini.
Gavin mendekatkan wajahnya hingga jarak keduanya sangatlah tipis bahkan hidung mereka sudah saling menempel.
"Kak Gavin ngapain?" Tanya G sedikit gugup.
Gavin tersenyum, posisi mereka masih sama, Gavin berada di bawah. Tangannya yang berada di pinggang G beralih mengusap pipi gadis itu dengan lembut.
Dengan gerakan pelan Gavin membalikkan tubuh mereka hingga posisi sekarang G lah yang berada di bawah dan Gavin di atas.
"Kaka—emmhhh.."
Gavin melumat bibir G yang sedari menggoda imannya. Tak lama kemudian Gavin melepaskan dan menatap gadis itu. Seolah ingin tahu apa reaksinya.
G hanya mampu menatap Gavin dengan raut polos apalagi wajah G sangat merah sekarang. Membuat Gavin semakin gemas.
Detik berikutnya Gavin kembali melumat bibir G dengan lebih bernafsu. G mengerang. Matanya Gadis itu terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Neighbor (Completed)
Teen Fiction"Kak Gavin." Gavin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melekat di pinggangnya terkejut saat gadis kecil ini melompat ke atasnya, untung ia dengan sigap menangkap gadis ini. "Kenapa hmm?" Tanya Gavin. "Gak lupa kan? mal...