Sesuai permintaan G di sekolah tadi, Malam ini Gavin membawa G ke tempat yang sering mereka kunjungi saat masih kecil.Sekarang disinilah mereka berada di rumah pohon, berbaring menatap danau yang di Sedang kelilingi kunang-kunang. Sangat indah.
"G hampir lupa loh sama tempat ini." G memandang Takjub ke arah danau dari rumah pohon yang sekarang mereka tempati.
Rumah pohon ini memang di buat khusus untuk G, Saat mereka kecil G sangat ingin mempunyai rumah pohon. Yang dimana langsung membuat Gavin meminta hal itu pada ayahnya.
Tidak tanggung-tanggung Leo juga menyediakan lemari kecil meja belajar dan tempat tidur di rumah pohon ini, lengkap dengan foto-foto mereka di masa kecil.
Gavin tersenyum kecil melihat cerah bahagia di mata gadisnya.
"Kalo kakak pergi kuliah di luar negeri gimana?" Tanya Gavin tiba-tiba.
G yang berbaring di atas tubuh Gavin langsung mendongak menatap cowok itu dengan kaget.
"Kak Gavin mau ninggalin G?" Mata G sudah berkaca-kaca saat mendengar ucapan Gavin.
Gavin menggeleng dengan cepat ketika air mata G turun ke pipinya.
"Kenapa nangis? Kakak cuma nanya loh tadi."
"Kak Gavin tiba-tiba nanya gitu. G kan takut." Ucap G kambali menyandarkan kepalanya di dada Gavin dimana cowok itu sedang tidak memakai baju.
Gavin terkekeh kecil.
"Kakak gak akan ninggalin G kan?" Tanya G kembali mendongak ke atas.
Gavin diam, tidak menjawab.
"Kak?" Panggil G lagi kali ini menepuk kecil pipi Gavin.
"Hah? G tanya apa tadi?"
"Ish, Kakak gak akan ninggalin G kan?" Tanya G lagi dengan raut yang cemberut.
"Gak, gak akan." Jawab Gavin dengan sedikit ragu, siapun yang mendengarnya pasti tau jika Gavin sangat ragu dalam mengucap kata itu, beda dengan G yang tidak dapat menangkap kata ragu itu di ucapan Gavin.
G mengangguk.
Gadis itu kembali menyenderkan kepala di dada Gavin, membuat Gavin dengan reflek mengusap lembut surai gadisnya.
Gavin memandangi wajah G yang entah kenapa selalu terlihat cantik di matanya.
Tidak perbah berubah, G selalu G yang sama, Yang penuh kepolosan juga kegenitan, selalu penuh dengan keceriaan, selalu baik hati pada siapapun.
G tetap G nya yang mungil, yang bisa digendongnya tanpa merasa terbebani.
Hanya saja kecantikan G yang makin hari semakin menonjol, dan mengundang orang-orang sekitar tertarik magnet yang dipancarkan gadis itu dengan pesonanya, ternasuk Gavin.
"Kak Gavin jangan natap gitu ih, G malu." G menenggelamkan wajahnya pada leher cowok itu saat sadar jika Gavin menatapnya dengan intens.
Gavin terkekeh geli.
"Habis cantik sih." Ucap Gavin lagi, kali ini lebih ke nada godaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Neighbor (Completed)
Teen Fiction"Kak Gavin." Gavin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melekat di pinggangnya terkejut saat gadis kecil ini melompat ke atasnya, untung ia dengan sigap menangkap gadis ini. "Kenapa hmm?" Tanya Gavin. "Gak lupa kan? mal...