Part 45

9.8K 390 30
                                    

Enjoy Reading...!

Alex masih setia memeluk tubuh Aira, sesekali mengelus rambut panjangnya untuk membuat wanitanya tertidur, setelah kejadian yang menimpanya dia enggan ditinggalkan. Deru nafas Aira mulai teratur Alexpun sedikit menundukkan wajah, saat dirasa tak ada gerakan dari sang kekasih, mencoba beranjak berdiri dengan langkah pelan meninggalkan ruangan.

Ketukan pintu diruang kerja Alex kembali terdengar, sudah beberapa kali ketukan itu merambat di pendengaran Alex akan tetapi pria itu masih terdiam tak merespon tamu yang akan berkunjung.

Kedua mata memejam dengan jemari mengetuk seirama sandaran tangan kursi kerja. Berbagai hal berkecamuk di kepala terutama tentang penyerangan yang melibatkan sang kekasih. Hingga pintu terbuka sempurna dengan kemunculan ketiga pria.

"Padahal kau didalam, tapi kenapa kau tak memberi respon," celetuk Acer kesal sambil berjalan mendekat diikuti Beny dan Edward. Celotehan bocah itu tak mendapat tanggapan Alex sama sekali, pandangannya justru berpusat kearah Beny yang mengambil duduk disamping Edward.

"Jelaskan siapa mereka?"

Acer berdecak kesal karna tak mendapat respon dari Alex, iapun mulai duduk disofa menyusul kedua pria yang sudah lebih dulu berada disana.

"Serangan yang kita dapat pertama kali berbeda dengan sekarang. Kali ini mereka seperti segerombol berandal jalanan yang dipersenjatai dan diberi fasilitas oleh orang tertentu," jawab Beny menyimpulkan alibinya.

"Bukankan anggota mafia kebanyakan berasal dari anak jalanan?"

"Aku tak menampiknya tapi, Stiven mengambil seorang yang sudah terlatih dalam mengahdapi musuh. Meski jumlah tak banyak mereka cukup membuat kita keteteran. Sedangkan hari in-" ada jeda sebentar dari Beny untuk menatap netra legam sang boss. "Kau bisa membedakan sendiri penyerangan kita yang pertama dan sekarang. Mereka hanya menang jumlah."

Alex menghembuskan nafas pelan. "Jadi pelakunya bukan Stiven?" Alex memijat kepala pelan memikirkan semua masalahnya. Selain Stiven dan Morinka ia tak ada gambaran lain. Mustahil Evelin, wanita itu memang nekat tapi dia tak sekejam Morinka.

"Aku sudah memeriksa mayat mereka Alex, jenis ganja yang mereka pakai pun berbeda dengan anggota SM-13 dan ditubuh mereka memiliki tato penuh khas preman jalanan," jelas Edward.

"Apa kau tidak mendapat bukti lainnya?" Edwarpun menggeleng pelan.

"Tapi Brother, nomer yang kau suruh selidiki itu, terakhir kali digunakan disini." sela Acer. Ucapan Acer mengalihkan atensi ke pemuda tersebut.

"Aku memang tidak bisa melacak siapa yang menggunakannya tapi, aku yakin terakhir kali digunakan disini."

Alex terkekeh pelan tak menyangka ternyata terdapat orang dalam yang mencoba berkhianat.

Alex memang menyuruh Acer menyelidiki sebuah nomer yang mengirimkan foto Aira saat sedang berbincang dengan Lucaz.

Difoto yang dikirim hanya ada Lucaz dan Aira. Didorong perasaan cemburu iapun langsung menyusul kekasihnya ketempat itu, untunglah setelah sampai teryata Aira ditemani Joana dan Nora hingga membuat Alex lega. Juga ia harus bertimakasih pada si pengirim karnanya ia bisa melindungi sang kekasih. Tapi bukan berarti ia memaafkannya tetap ada harga yang harus dibayar untuk seorang pengkhianat.


"Alex kenapa kau membiarkan Eveline berada disini?" Edward menatap Alex penuh tanya tak mengerti kenapa sahabatnya masih membiarkan Eveline berkeliaran di tempatnya, padahal niat wanita itu sudah bisa ditebak.

"Untuk membuatnya sadar diri," jawab Alex acuh.

Alex memang sudah tau niat busuk Evelin, wanita itu ingin menjalin hubungan lagi dengannya. Bahkan dalam mimpi pun ia takkan sudi memungutnya. Ia akan tunjukkan pada wanita itu bahwa dirinya sudah tak penting lagi dihidupnya. Hanya Aira wanita satu-satunya yang pantas mendapatkan gelar nyonya Texeira.

My Crazy Boss  END (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang