Kedua mata Aira menatap televisi dengan pandangan kosong, fikirannya sangat kacau, sejak penolakan Aira pada Lucaz, lelaki itu bahkan tak menampakkan diri didepannya sampai saat ini. Aira tahu Lucaz pasti marah padanya, tapi memang inilah yang terbaik untuk mereka.
Aira tersadar dari lamunannya saat mendengar nama Alex disebut.
Ternyata asal suara itu berasal dari layar televisi didepannya, di sana memberitakan tentang Alex dan Evelin yang sedang menjalin hubungan kembali.Sejak dua hari yang lalu berita cetak maupun media menyiarkan tentang hubungan mereka, dan semua orang membenarkan berita itu karna tak ada satupun dari yang bersangkutan memberikan konfirmasi atas munculnya pemberitaan tersebut.
Aira menghembuskan nafas berat, mengelus perut yang mulai membuncit. Munculnya berita itu tak membuatnya sakit, hatinya menolak akan berita yang dimunculkan. Jika mereka begitu dekat kenapa sikap Alex padanya begitu manis waktu itu? Dan saat berlangsungnya acara ia tak pernah melihat Alex dan Evelin bersama justru pria itu tampak menyendiri berbeda dengan dirinya dan Lucaz. Lucaz begitu perhatian tak pernah meninggalkan dia sendiri selalu melibatkan dirinya dalam pembicaraan meski ia tak begitu faham akan pembahasan itu. Berbagai fikiran berkelibat dalam benak Aira saat ini, berbagai kesimpulan muncul dalam otaknya. Aira menghirup udara rakus memejmkan kedua matanya sesaat ketika kelopan mata terbuaka layar televisi didepannya menggelap, bebarengan dengan sofa yang didudukinya bergoyang.
"Jangan dilihat terus, sayang! Jika kau bersedih itu tak baik untuk kesehatan babymu!" nasehat Maria yang baru saja mengambil duduk disebelahnya menatap Aira penuh khawatir. Ucapan Maria ditanggapi dengan senyum tipis, Aira sudah tak sekacau saat pertama kali datang, sepertinya dia sudah berdamei dengan keadaan. Maria berharap berita ini takkan mempengaruhi kesehatan Aira.
"Jangan khawatir, itu takkan mempengaruhiku, ma," jawab Aira meyakinkan.
"Aira dari tadi pagi kau belum makan, makanlah bayi didalam perutmu membutuhkannya."
"Aku masih belum lapar."
Aku hanya ingin bertemu, Alex' bisiknya dalam hati.
Entah mengapa sejak pertemuannya dengan Alex, dia selalu ingin bertemu dan disentuh olehnya, Aira tak mengerti padahal dia sudah berusaha mati-matian agar tak memikirkan Alex tapi nyatanya fikiranya selalu tertuju padanya.
Apa ini karna bayi dalam perutnya atau memang hatinya sendiri yang tak ingin lepas darinya, terlebih sikap terakhir Alex yang begitu manis.
"Biasanya kau selalu makan dengan lahap, tapi mengapa dua hari ini kau terlihat tak bernafsu, ada apa sayang? cerita sama mama!"
"Aku tidak apa-apa ma, jika aku lapar aku akan makan."
"Sayang, saat ini kau sedang mengandung jangan egois fikirkan bayimu juga!" bujuk Maria mengelus pucuk kepala Aira lembut, ia tahu berita yang muncul di tv dan media membuat Aira resah, tapi wanita ini selalu saja menampilkan wajah kuatnya padahal hatinya saat ini sedang hancur.
Maria ingin Aira terbuka dengannya tapi mungkin dia masih belum siap membagi dukanya.
"Iya ma, aku pasti makan tapi tidak untuk sekarang, terima kasih selalu menjadi teman dan orang tuan untukku. Aku tidak tahu apa jadinya jika tak ada kalian,"
Kedua mata Aira terlihat berkaca, sungguh tak henti-hentinya dirinya selalu mengucap syukur karna bertemu dengan keluarga sebaik mereka.
"Sama-sama sayang, mama juga senang karna akhirnya mama mendapat seorang putri." Pun keduanya saling melempar senyum hangat.
.
.
.
Seorang wanita terlihat berjalan angkuh memasuki gedung megah milik keluarga Blangco, Langkahnya sangat anggun, rambut panjang tergerai indah hampir mencapai pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Boss END (Tahap Revisi)
Romance#Cerita ini mengandung unsur dewasa dan (21+) bagi yang dibawah umur harap bijak memilih bacaan Menjadi seorang janda dan single mom membuat Aira stania harus berjuang mencari nafkah untuk menghidupi putrinya. Hingga dia bekerja dan harus menghad...