Enjoy Reading..
"Mom...! " tangis Evelin pecah kala sambungan telponnya diangkat oleh Morinka. Banyak hal yang diungkapkan Evelin dengan Morinka dari penolakan Alex bertubi-tubi dan bebagai hal menyangkut tentang Aira yang mana membuat usahanya sia-sia.
Ia sudah mengorbankan segalanya, meninggalkan Richard demi Alex sekarang lelaki itu justru menolaknya.
Evelin terus meyakini bahwa Alex masih marah, lelaki itu mencoba membuatnya cemburu.Jika Aira tak berada ditengah-tengah mereka mungkin saat ini dirinya dengan Alex sudah bersatu.
Wanita itu menghapus sisa air mata secara kasar, jika Alex tak ingin meninggalkan Aira maka ia akan membuat wanita itu sendiri yang meninggalkan Alex. Semuanya sudah sejauh ini tak mungkin mengakhirinya begitu saja..
.
.
Suara pintu yang digedor dari luar masih terdengar di kamar Aira. Sudah 10 menit berlalu Alex belum menyerah membujuk sang kekasih. Disisa-sisa kesabarannya lelaki itu baru teringat jika ia mengantongi kunci cadangan. Semenjak kedatangan Evelin emosi sang tunangan semakin tak terkendali. Aira selalu salah paham dan berakhir dengan pintu terkunci sekarang Alex harus membawa kunci cadangan kemanapun pergi.
Clik
Tanda kunci terbuka, Alex mendesah pelan mendorong pintu kayu tapi, sekuat apapun dorongannya, benda itu tetap tak terbuka seperti ada sesuatu yang mengganjalnya. Lelaki itu sedikit frustasi masalah apa lagi yang dihadapi sekarang ini. Pertama kalinya Alex diperlakukan seperti ini, dan dengan bodohnya dirinyalah yang harus berakhir menunduk minta maaf pada sang kekasih, sebegitu idiotkah dirinya sekarang?Alex bertanya pada diri sendiri kemana sikap kejamnya selama ini, saat berhadapan dengan Aira, kenapa dirinya berubah menjadi pria lembek seperti krupuk yang terendam air.
"Baby, buka pintunya! apa yang kau lihat tidak seperti yang kau fikirkan!" Alex kembali mengiba, satu tangan mengacak rambut asal merasa frustasi sekarang. Walaupun berteriak sampai pita suaranya putus Alex yakin kekasih kejamnya itu takkan pernah membukakan pintu untuknya.
Sungguh ia ingin beristirahat seluruh tubuhnya sangat remuk, tapi tidur ditempat lain bukan pilihan yang diingkan. Jujur saja Alex tak biasa tidur jika tidak memeluk tubuh Aira.
Dengan langkah cepat Alex menaiki tangga menuju lantai tiga, lelaki itu terpaksa mengambil langkah yang menurutnya sedikit gila. melarikan kakinya ke perpustakaan membuka jendela dan memperhatikan area dibawahnya. Seringai kecil tampak saat hal pertama dilihat adalah balkon kamar miliknya secepat kilat melompat dan mendarat mulus dilantai balkon.
Pandangan pria itu tertuju pada pintu balkon yang terbuat dari kaca, meraih handle pintu yang ternyata terkuci. Alex merogoh saku jaz mengambil sapu tangan membalutkan pada telapak tangan kanan kemudian mengayunkan satu pukulan ke pintu sampai pecah berlubang, jemarinya meraba kuncian kemudian menekan handle, pintupun sukses terbuka.
Hembusan nafas kepuasan keluar, hal pertama yang dilihat Alex ketika memasuki kamar, Aira tengah bergelung dalam selimut dengan posisi miring. Yang membuat leleki itu semakin syok dengan kedua mata membeliak saat kedua netranya melihat meja nakas menutupi pintu kamar.
Pantas saja sekuat apapun mencoba membuka hasilnya tetap nihil, bagaimana bisa kekasihnya melakukan hal gila itu, ia meringis saat membayang Aira yang kesusahan mendorong meja besar itu.
Kepala Alex menggeleng masih tak percaya ternyata saat marah wanita akan memiliki tenaga berkali-kali lipat, contohnya kekasihnya saat ini.
Apa ia harus membuang benda-benda itu dari kamarnya agar Aira tak bisa menggunakan untuk menghalangi pintu. Alex terkekeh pelan akan ide konyol yang tiba saja terlintas dikepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Boss END (Tahap Revisi)
Romansa#Cerita ini mengandung unsur dewasa dan (21+) bagi yang dibawah umur harap bijak memilih bacaan Menjadi seorang janda dan single mom membuat Aira stania harus berjuang mencari nafkah untuk menghidupi putrinya. Hingga dia bekerja dan harus menghad...