Part 60

10.1K 395 46
                                    


Disebuah restoran mewah tampak dua pria saling berhadapan yang satu dengan wajah marah dan satu lagi terlihat duduk santai memegang gelas Wine.

Alex menggoyangkan gelas wine ditangan, menyesap wine tersebut.
Kedua alisnya terlihat terangkat saat wine itu masuk tenggorokanya.

"Tidak terlalu buruk," ucapnya lirih sambil tersenyum merasa puas dengan wine yang disajikan diatas mejanya. Meletakkan gelas tersebut dan melirik kearah Stiven yang terus menatapnya dengan wajah mengeras.

Alex tersenyum tipis, sama sekali tak terintimidasi oleh tatapan itu. "Ada perlu apa paman mengajakku bertemu?"

"Jangan berbasa-basi Alex, kau pasti sudah tahu tujuanku datang kemari,"
Ucap Stiven sedikit menggeram untuk menahan kemarahannya.

Justru sikap Stiven membuat Alex senang,  terkekeh geli melihat pamanya begitu tak sabaran.

"Siento que ha pasado mucho tiempo desde que hablamos casualmente así, tío, entonces, ¿qué hay de malo en este momento? Lo usamos para intercambiar historias."
(Aku hanya merasa sudah lama sekali kita tak berbicara santai seperti ini paman, jadi apa salahnya momen ini kita manfaatkan untuk saling  bertukar cerita)

"¿Echó a perder el sistema y robó datos importantes en mi empresa?"
(Kau kan yang mengacaukan sistem dan mencuri data penting diperusahaanku). Ucap Stiven dengan kilat penuh amarah.

"Tus instintos se están agudizando, tío"
(Semakin tua instingmu semakin tajam paman)

Alex tersenyum pongah kini kedua matanya menata Stiven tajam.
"si tienes razón soy yo"
(Ya kau benar itu aku)

Serigai muncul dibibir Alex saat wajah Stiven terlihat merah padam bahkan genggaman tangan lelaki itu terlihat sangat kuat.

"Apa yang kau inginkan?"

Senyum kemenangan terlihat dibibir Alex inilah saat yang ditunggunya.

"Jauhi Morinka jangan memberi bantuan apapun, aku tahu hubungan kalian berdua seperti apa, tapi kurasa kau bukan orang yang menjunjung sebuah kesetiaan, Paman."

Stiven menunduk dalam, memang dia akan meyingkirkan Morinka tapi tidak untuk sekarang karna wanita itu masih berguna. Kini mempertahankan Morinka pun percuma karna sudah jelas Alex akan menargetkan wanita itu dan dia tak ingin hancur bersama dengan Morinka.

Setidaknya untuk sekarang menuruti keinginan Alex lebih penting, ini menyangkut perusahaan. Selebihnya akan difikirkan nanti dan ia berjanji akan membalas penghinaan  Alex pada dirinya.

"Apa hanya itu yang kau inginkan?"

"Tentu saja, aku bukan orang yang serakah."

"Kau tahu aku mengawasimu jika sedikit saja kau mengulurkan tanganmu, aku pastikan kau yang lebih dulu hancur." Alex tersenyum menyeringai sambil beranjak berdiri, kedua tanganya bergerak membetulkan jaz.

"Kurasa kita akhiri pertemuan ini, tidak baik terlalu lama mengobrol, jangan terburu-buru! kau bisa menghabiskan wine mahal ini dulu."

Berbalik pergi  dengan senyum mengembang, kemenangan semakin  di depan mata, saatnya mereka memperoleh karma dari apa yang sudah diperbuat.

Sementara Stiven menggertakkan gigi sambil menatap punggumg Alex tajam. 'Bersenang-senanglah dulu Alex karna setelah ini aku akan mengambil semua milikmu.' janji itu nyata Teixeira harus hancur agar arwah Allard menangis didalam kuburnya.

My Crazy Boss  END (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang