Chapter 24

22 6 5
                                    

Stella

"Ini semua salahmu!"

Stella setengah tersentak saat Audrey menyeru padanya. Ia baru saja masuk ke kamar bersama gadis itu dan juga Maddie. "Ada apa denganku, Drey?" tanyanya tidak tau menau mengapa Audrey bisa melimpahkan padanya.

Audrey tersenyum miring sambil menaikkan bola matanya. Ia pun menatap Stella dengan tatapan penuh kebencian. "Dasar jalang! Aku tidak akan mungkin seperti ini jika Jin tidak mencintaimu. Ya Tuhan, aku begitu bodoh sampai-sampai aku tidak tau jika sahabatku menusukku dari belakang. Persetan denganmu Stel, kau bahkan sekarang bukan sahabatku. Aku benar-benar muak melihat tampang lugumu itu, bitch!" makinya berteriak di depan wajah Stella.

Maddie yang tidak tau pokok permasalahan yang sebenarnya pun mau tak mau menarik tangan Audrey agar menjauh dari Stella. "Kenapa malah jadi seperti ini. Kau kenapa, Drey?"

Audrey menghempas tangan Maddie hingga terlepas dengan tatapan tajam yang hanya ia pusatkan pada Stella. "Sekarang aku tidak membutuhkannya. Oh ayolah, Aku bukannya merasa kalah Stel," ujarnya terdengar normal namun dengan nada mengejek. "Aku hanya tidak ingin berbagi milikku dengan gadis jalang sepertimu. Dan kau boleh mengambil Jin sesuka hatimu," lanjutnya lagi seketika berubah datar dan terlihat menakutkan.

Stella menggelengkan kepalanya berusaha menepis ucapan Audrey. "Itu tidak benar Drey, aku tidak menyukai Jin bahkan sebaliknya. Ku mohon percayalah, Drey. Di hatiku hanya ada Jungkook dan bukan Jin," bantahnya mencoba membuat Audrey yakin padanya.

Maddie yang berada di tengah-tengah hanya bisa memperhatikan Stella dan juga Audrey secara bergantian. Demi Tuhan ia sama sekali tidak habis pikir jika dua gadis itu tengah terlibat cinta yang rumit. Maddie ingin menyela, namun melihat Audrey yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja membuatnya berpikir dua kali untuk melakukannya. Menurutnya bukan hal yang tidak mungkin jika Audrey akan bertindak brutal layaknya Hoseok, karena dua orang itu tidak ada bedanya.

Audrey bertepuk tangan sembari tertawa renyah. "Oh, aku ingin muntah mendengarnya. Kau memang pandai beromong kosong Stel. Kau pikir aku akan percaya? Jangan HARAP," tekan Audrey di ujung kalimatnya dengan tatapan yang seolah-olah ingin memangsa musuhnya. Ia pun berbalik menarik koper di bawah kasur seraya membukanya dan menaruh lumayan banyak pakaian yang ia ambil dari dalam lemari.

"Kau mau kemana? Drey, tolong jangan seperti ini," pinta Maddie mendekati Audrey. Ia sudah bisa menebak jika Audrey akan meninggalkan mereka. Hal itu membuat Maddie semakin yakin bahwa permasalahan Audrey dan Stella bukanlah konflik isapan jempol. Maddie benar-benar dibuat sakit kepala melihat perpecahan dari sebuah persahabatan itu.

"Audrey, kumohon percayalah. Demi Tuhan aku dan Jin tidak seperti apa yang kau katakan." Kali ini Stella pun kembali berujar dan tambah menangis mengetahui Audrey akan meninggalkannya. Ia dengan perasaan kalut sungguh tidak akan pernah percaya jika hubungannya dengan Audrey akan berakhir tragis.

Audrey mencoba menulikan telinganya berusaha tak ingin mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Setelah selesai gadis itu pun berbalik sembari menyeret kopernya, namun Maddie dengan cepat memegang tangannya hingga langkah gadis itu pun terhenti.

"Drey, kumohon jangan pergi," Ucap Maddie berusaha menggagalkan rencana Audrey.

"Lepas Mad," ujar Audrey dan hanya memandang ke depan. Tak menunggu lama ia pun kembali melangkahkan kakinya ketika Maddie mau tak mau melepaskannya.

Stella terjerembab ke bawah sambil menangis sejadi-jadinya dengan menutupi wajahnya. Setengah hidupnya terasa seperti ada yang hilang saat Audrey pergi dan kemungkinan tidak akan lagi kembali padanya. Ia menyesal untuk waktu yang ia gunakan bersama Jin. Ia menyesal untuk kekecewaan yang Audrey rasakan karenanya. Ia menyesal.

Maddie mendekati Stella dengan langkah tertatih dan langsung memeluknya, berupaya agar gadis itu berhenti menangis.

"Aku yang salah, Mad. Aku yang tidak tau diri," isak Stella dengan suara yang nyaris menghilang karena tangisnya.

Maddie hanya bisa memeluk Stella. Bibirnya saat ini seakan tidak sanggup berkata-kata.

***

Dari balik kaca jendela, Stella melihat dengan jelas coretan senja di ujung langit. Matanya tampak membengkak di tambah hidung yang memerah. Walau ia sudah tidak menangis, tetapi tetap saja matanya berkaca-kaca memikirkan Audrey yang akan seperti apa melanjutkan hidupnya. Stella tau jika Audrey tak akan pulang pada orang tuanya. Hal itulah yang membuat hati Stella sesak mengetahui Audrey yang tak mempunyai teman di luaran sana. Parahnya lagi gadis itu tak mempunyai duit sepeser pun.

Flashback On

"Andai saat itu aku sudah dekat denganmu, sudah pasti aku akan membunuh si Dex keparat itu."

"Hahahah. Ya Tuhan, Drey itu sama saja kau memilih untuk menghabiskan masa hidupmu di jeruji besi."

"Tidak masalah."

"Oh my God, Drey! Ah tidak-tidak, berhentilah membuat lelucon."

"Apa aku pernah berbohong padamu?"

Stella langsung menepis pelan lengan Audrey. "Oky kau tidak sedang bercanda, tapi aku tidak ingin jika kau membusuk di penjara hanya karena melampiaskan amarahku."

"Dan kesalahan terbesarmu karena telah memberitahukan masa kelammu padaku. Jujur aku tidak akan terima jika sahabatku di sakiti, terlebih jika yang menyakitinya adalah pria."

Stella langsung memeluk tubuh Audrey seraya tersenyum hangat. "Ya, Ya, Ya, dan aku pun tidak akan pernah membicarakan masalahku lagi padamu."

"Coba saja, karena aku yang akan mencari tau."

"Audrey," tegur Stella berubah tak suka seraya melepaskan pelukannya.

Spontan Audrey pun tertawa dan mengatakan, "masalahmu adalah masalahku juga, jadi sebagai sahabat kau perlu berbagi kisahmu denganku."

Flashback Off

Stella tersenyum bersamaan dengan tangisnya yang kembali menetes. Entahlah, bagi Stella ini adalah kenyataan yang tidak bisa ia terima. Antara percaya dan bermimpi, Stella bahkan tak habis pikir jika hubungan persahabatannya dengan Audrey akan berakhir secepat itu.

Stella hanya menyalahkan waktu yang terlambat untuk ia ucapkan. Andai ia lebih dulu mengatakan pada Audrey bahwa hubungannya dengan Jin hanya sebatas teman, kemungkinan apa yang menimpa mereka saat ini tidak akan pernah terjadi. Bahkan Stella sempat berpikir bahwa ia ingin mempersatukan Jin dan juga Audrey. Sayangnya hal itu terlambat untuk ia lakukan. Ya, nasi sudah menjadi bubur.

Stella sengaja menulikan telinganya saat mendengar dering telepon bahkan pesan masuk yang berbunyi di atas nakas. Ia tau jika yang melakukannya adalah Jungkook. Berharaplah jika Stella akan mengambil handphonenya, karena faktanya gadis itu tidak bisa memikirkan apa pun saat ini selain hanya Audrey seorang. Katakanlah gadis itu sedang tidak ingin di ganggu terlebih jika orang itu adalah kekasihnya. Ia pun juga baru tersadar jika Maddie sudah tidak ada di dekatnya, bahkan tidak tau kapan gadis itu pergi.

Stella memegang kaca jendela sambil meraba senja yang nyaris menghilang dari ujung langit. Bahkan untuk tetap bertahan, senja pun juga tidak bisa melakukannya.


🙏🙏🙏

*Hargai penulis
Percayalah, vote itu gratis

MY LOVER THE SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang