Audrey
Audrey mencelupkan tangannya pada saku mantel cokelat tua yang ia kenakan. Meski memakai kaos tangan tapi tetap saja Audrey merasakan dingin yang begitu menyiksakan kulit. Gadis itu berhenti berjalan dan singgah untuk duduk di sebuah halte. Entah dorongan dari mana, pagi-pagi buta sekali Audrey berkeinginan untuk berjalan di sekitar asrama. Tak ada alasan yang lebih spesifik selain hanya untuk berjalan baginya.
Audrey mengayunkan ke dua kakinya sambil melihat kendaraan yang masih bisa di hitung jari melintasi jalanan. Ia pun berpikir bahwa waktu berlalu dengan cepat. Namun, Audrey tak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berubah dan memasuki pintu yang tak seharusnya ia masuki. Kemungkinan jika ia tak menuruti hawa nafsunya bisa jadi ia akan menikmati hari-harinya di sebuah negeri yang terkenal dengan ribuan kincir angin, serta akan bersikap acuh ketika melihat kisaran tingginya tubuh pria di sana, meski dalam hati Audrey sedikit terpana alias mengagumi ciptaan Tuhan yang seperti itu.
'Jin'
Ah, nama itu spontan saja terucap di hati Audrey hingga membuat bibirnya bergemeletuk dengan tatapan yang sinis.
Ketahuilah, Audrey berpikir jika ia tak memilih Jin saat itu maka ia tak akan berakhir di sebuah asrama yang tak ada bedanya seperti neraka ke dua baginya setelah bersama Jossky. Karena terlalu percaya diri ia jadi lupa bahwasanya cinta juga butuh usaha dan mirisnya orang yang dia cintai malah tak mewujudkan usahanya. Percuma saja.
"Kenapa harus dia?" Audrey bergumam kesal dan baru merasakan sesal setelah ia bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Semua yang ia lakukan buktinya hanya berakhir sia-sia.
Katakanlah Audrey ingin kembali pada Jossky dan memohon pada pria itu untuk mengizinkannya ke Belanda sesuai kesepakatan mereka bersama pada awalnya. Namun percuma saja jika faktanya Jossky akan murka dan hanya akan mengurung dirinya sepanjang sisa hidupnya. Tentu saja Audrey tak akan mau melakukan hal itu.
"Shit!" Kali ini Audrey mengumpat dan tentunya itu ia tujukan untuk seorang pria yang telah berhasil membuatnya masuk ke jurang yang terjal. Siapa lagi kalau bukan Jin orangnya.
Baru saja bangkit dan berniat untuk kembali ke asrama, tiba-tiba saja langkah Audrey terhenti di saat sebuah mobil hitam menepi di pinggirnya. Audrey mengernyit dan memastikan ia tak salah menebak ketika seorang pria keluar dari mobil tersebut.
"Kau?" Audrey menunjuk ke arah pria itu dengan menggigit bibir bawahnya karena merasa dendam, namun seketika ia pun sudah tak mengingat apa-apa lagi di saat sebuah cairan di semprotkan ke wajahnya.
___
BWUSH!
Audrey terbangun karena terkejut di saat sesuatu yang begitu menyakitkan menampar wajahnya. Ia dengan cepat merasakan bagaimana sekujur tubuhnya yang basah kuyup bersamaan dengan tatapannya pada seorang pria yang baru saja meletakkan sebuah ember di dekatnya.
Audrey sontak menaikkan badannya karena terkesiap oleh aksi pria itu yang baru saja meletakkan ember tadi secara perlahan dan kini benda itu pun sudah terpental sangat jauh akibat tendangannya. Saat itu juga Audrey merasakan ketidakberdayaannya di saat ingin mengusap wajahnya demi menghalau butiran air yang siap memasuki matanya namun tidak bisa ketika ia melihat ke dua tangan dan kakinya telah terikat kencang di kursi yang ia duduki.
"Apa yang kau lakukan?!" Audrey membentak karena tak terima di perlakukan seperti itu. Dan lagi gadis itu juga masih belum mengerti dengan pria yang sama sekali tak ia kenal namun telah beberapa kali ia temui kini telah berani menculiknya.
"Apa yang kau inginkan dariku?" Audrey tak sedikitpun menurunkan intonasinya. Meski dalam situasi itu ia dikatakan terlalu berani, namun tetap saja tak menutupi kenyataan bahwa dirinya ketakutan setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVER THE SERIES
RomanceMelalui kisah Audrey, Alea, Maddie, Stella dan Rachel, kita akan diajak memahami bagaimana rumitnya menemukan batas cinta yang sesungguhnya. Cinta yang menampung pengharapan dan begitu pulalah sulitnya cinta berikan kepastian. Akankah ke lima gadis...