Rachel
"Apa kau sudah memesan tiket keberangkatan?"
Rachel hanya mengangguk tanpa melihat Jonathan yang baru saja datang setelah selesai memasukkan kudanya ke dalam kandang. Sedang Esther sudah berada di sana lebih dulu dari Rachel dan hanya sibuk memakan rotinya.
"Apa terjadi sesuatu, Honey?" tanya Jonathan lagi.
"tidak ada," jawab Rachel yang tengah mengunyah roti tawarnya.
"Kenapa kau tidak bertahan beberapa hari lagi di sini? Padahal kau sudah janji ingin mengunjungi desa William."
Rachel mengerutkan dahinya dan kali ini menatap Jonathan. "Seingatku aku tidak menjanjikan apa pun pada William. Aku ingat jelas Dad, bahwa aku hanya mengatakan lain kali saja dan kupikir itu hanyalah sebuah penghormatan untuknya agar dia tidak kecewa jika aku menolak ajakannya," bantahnya tak setuju dengan ucapan Jonathan.
"Kau pikir dia sudah mati hingga kau memberikannya penghormatan?" celetuk Esther dan langsung ditanggapi jonathan dengan cekikikan.
Rachel memutar matanya dan memilih kembali memakan rotinya.
"Menurutmu, apa William tampan?"
Spontan saja Rachel tersedak dan dengan cepat meneguk susu cokelatnya.
"Dad! Kau tak seharusnya mengatakan hal itu. Ingat dad, aku sudah memiliki Jimin dan menurutku hanya dia pria yang paling tampan."
"Sekarang anggaplah kalau Dad mengecualikan pacarmu itu. Dan kau tentunya masih berstatus single, Honey. Apa salahnya? Tidak ada kan."
Rachel menyudahi sarapannya dan menatap malas ke arah Jonathan. Lama-lama ia merasa sedikit jengkel pada lelaki tua itu. "Aku tidak suka, Dad. Dan berhentilah bertindak seolah-olah aku sedang tidak memiliki Jimin. Jimin adalah masa depanku. Dan William, tak lebih hanyalah seorang teman. lebih tepatnya teman masa kecil karena sekarang aku tidak suka berteman dengan pria mana pun."
Baik Jonathan dan Rachel, ke duanya langsung saja membisu beberapa saat ketika Esther menghempaskan pisau dan garpunya seraya bangkit. "Menyebalkan," ucapnya menatap dua orang di dekatnya secara bergantian dengan tatapan sinis hingga akhirnya gadis itu pun pergi meninggalkan mereka.
Jonathan memilih mengangkat bahu dan bertindak masa bodoh oleh aksi Esther yang menurutnya sudah tak berefek sama sekali baginya, sebab ia sudah sangat hapal dengan tingkah aneh putri kecilnya itu. Sedang Rachel memberikan tatapan tajamnya pada Esther yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.
"Tidak waras," umpat Rachel.
"Kita telah mengganggu ketenangannya, Honey," ujar Jonathan sambil mengelap mulutnya setelah selesai sarapan.
"Memangnya dia siapa?" Rachel sedikit tersulut dan berbalik jengkel pada Esther.
"Ah sudahlah, kenapa kau jadinya marah-marah tidak jelas," ledek Jonathan seraya pergi meninggalkan Rachel.
"Aku tidak marah, Dad!" pungkas Rachel membela diri.
Pukul 09:36 Rachel tiba di bandara. Tentunya ada Jonathan dan Esther yang menghantarkan dirinya. Padahal Rachel menolak untuk diantar, sayangnya Jonathan bersih keras ingin melakukannya dan tentunya memaksa Esther untuk ikut. Ya, Rachel sangat tau jika gadis itu awalnya menolak. Dan setelah akhirnya Rachel pun bisa bernapas dengan tenang ketika pesawat yang ia tumpangi telah take-off.
Hanya memakan waktu setengah jam, Rachel pun tiba dan langsung memesan taxi online untuk membawanya ke Dorm Of Legend. Sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya memikirkan Jimin dan sudah terlampau tak sabaran ingin menemui pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVER THE SERIES
RomanceMelalui kisah Audrey, Alea, Maddie, Stella dan Rachel, kita akan diajak memahami bagaimana rumitnya menemukan batas cinta yang sesungguhnya. Cinta yang menampung pengharapan dan begitu pulalah sulitnya cinta berikan kepastian. Akankah ke lima gadis...