Chapter 14

34 6 9
                                    

Stella

Jin terikut menatap Stella dengan tatapan sendu. Sebagian kecil ia melakukannya karena mendengar cerita gadis itu, tetapi sebagian besar adalah ketika Stella mengatakan bahwa dirinya telah mempunyai kekasih. Jin melihat Stella  menangis dan membuatnya bingung saat pertama gadis itu menghantarkan diri padanya.

"Aku mencintai Jungkook, tapi aku tidak tega dengan gadis itu." Stella mengusap air matanya. Ia pun berpikir saat ini Jungkook pasti tengah kebingungan mencarinya yang tiba-tiba menghilang di samping pria itu. Stella mengerti apa yang telah Jungkook ceritakan padanya, namun ia tak bisa mengelak bahwa ia sangat kasihan pada gadis yang mencintai Jungkook sepihak. Sebagai wanita Stella bisa merasakan bagaimana sakitnya jika orang yang kita cintai malah tidak mempunyai perasaan yang sama.

"Lantas kau ingin bagaimana?"

Stella menggeleng. Ia pun juga tak berniat untuk membeberkan kejadian semalam pada Audrey. Jika Audrey tau maka gadis itu pasti akan melakukan hal yang sama dengan melakukan aksi penyerangan. Dan Stella pun tak memahami dirinya kenapa malah mengantarkannya pada Jin.

Jin seakan tidak bisa berkata-kata. Andai ada kata yang bisa ia keluarkan, maka kata itu pasti akan membuat Stella akan marah padanya. Melihat Stella menangis membuatnya tak bisa menghentikan paksaan di hatinya yang menyuruh Jin mau tak mau langsung saja menyerang tubuh gadis itu dengan memeluknya. "Tenanglah."

Stella menangis dalam pelukan Jin. Ia sendiri pun tak mengerti kenapa matanya menangis. Namun jika boleh dibilang, Stella sangat merasa jatuh sekali ketika mengingat cinta pertamanya yang tidak berjalan mulus ditambah lagi sekarang ini. Ia hanya takut jika kisah cintanya tidak akan pernah sejalan dengan apa yang ia impikan.

"Tenanglah," Jin mengulang ucapannya dengan tatapan yang kosong.

Andai kalian seperti Jin, apakah kalian akan melakukan hal yang sama?

Jin menjauhkan tubuhnya saat Stella telah membaik dan menghentikan tangisnya. Ia bahkan mengulurkan tangannya membantu gadis itu membersihkan sisa air mata yang masih menempel.

"Huh," Stella berhembus seraya tersenyum memandang Jin. Ia lantas menyadari jika apa yang telah ia lakukan sangat di luar dugaan. Bahkan Stella tak habis pikir mengapa ia seterbuka itu pada pria yang baru beberapa hari ia kenal. Entahlah, seolah Jin adalah magnet yang telah menariknya untuk membuang jauh ungkapan 'merasa asing'.

Jin ikutan tersenyum karena telah melihat Stella yang sudah jauh lebih baik. "Apa kau ingin mendengar lelucon?"

Stella mengerutkan dahinya dan masih tersenyum. Dengan cepat kepalanya pun mengangguk menyetujui ucapan Jin yang keluar dengan tiba-tiba.

Jin kelihatan jelas menahan tawanya, namun bisa ia kontrol. Dengan perlahan-lahan bibirnya pun berujar, "jika unta memiliki tiga punuk, maka dia disebut apa?"

"Hah?" Stella menutup mulutnya karena tidak ingin tertawa. Pikirnya ini bukan sesi yang tepat di mana tawa dalam lelucon dihadirkan. Ia pun berpikir memutar-mutar otaknya mencari jawaban dari pertanyaan konyol Jin.

"Waktumu hanya dua puluh detik."

Stella sontak membesarkan matanya mendengar durasi yang Jin tetapkan padanya. Jangankan dua puluh detik, dua puluh menit saja Stella berpikir tidak akan bisa menemukan jawabannya. "Aku tidak tau," ucapnya menggeleng dan mengangkat tangan memperlihatkan kalau dia menyerah.

"Kau ingin tau jawabannya?"

Stella mengangguk dengan cepat.

"Karena unta itu memiliki tiga punuk, maka sudah jelas kalau binatang itu sedang hamil," terang Jin sambil tertawa.

Stella yang mendengar jawaban masuk akal itu pun spontan saja menyemprotkan tawanya. Ia bahkan memegangi perutnya karena terasa keram ketika tak bisa berhenti untuk tertawa. "Ya Tuhan, kau ada-ada saja."

"Lucu kah?" Jin tercengang memperhatikan candaannya yang membuat Stella tertawa. Ia pun tak menyangka jika gadis itu akan tertawa mendengar leluconnya.

"Sangat lucu," ujar Stella setelah menyelesaikan tawanya. Ternyata di balik pengetahuan Stella tentang Jin ternyata pria itu mempunyai selera humor yang cukup tinggi. Sangking lucunya Stella bahkan sampai melupakan kejadian yang telah menimpanya. Stella bersyukur dalam hati telah bertemu dengan orang seperti Jin.

"Well, hanya itu leluconku." Jin mengedikkan bahu sambil memiringkan kepalanya.

"Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku tertawa selama 1000 tahun."

Jin tertawa mendengar ucapan Stella. "Hidupmu pun tidak akan selama itu Nona."

"Ya aku tau. Tetapi jika mati kan aku juga bisa tertawa," canda Stella sembari mengibaskan tangannya di depan wajah.

Jin kembali tertawa. Sebenarnya ucapan Stella sama sekali tidak lucu, namun karena ia punya jiwa kemanusiaan ia pun memilih tertawa.

"Stella!"

Jin dan Stella seketika langsung menoleh. Dia mendapati Audrey dan juga... Jungkook. Saat itu pun Stella sadar jika Jungkook sungguh mencarinya dan meminta bantuan pada Audrey.

Situasi pun sontak saja membuat Stella dan Audrey tampak bingung ketika Jin tiba-tiba saja bangkit dari kursinya dan menjadi menakutkan ketika menatap Jungkook, begitupun sebaliknya. Bukankah yang di panggil adalah Stella?

Audrey yang sudah tidak tahan pun langsung mendekat pada Stella dan sungguh dibuat mengejutkan ketika gadis itu mendorong tubuh Stella hingga terhempas ke belakang. Aksinya pun spontan menjadi tontonan menarik bagi para pengunjung di cafe. "Kau berkhianat! Apa Jungkook tidak cukup untukmu? Mengapa masih datang pada Jin?!" Audrey hampir dikatakan berteriak. Wajahnya memerah sambil menunjuk-nunjuk Stella.

"Damn!" umpat Jungkook yang berdiri di belakang Audrey dengan aksi mengejutkannya yang tiba-tiba saja melayangkan tinjunya ke wajah Jin hinga terhuyung di atas meja dan membuat segala sesuatu yang berada di atas sana pun jatuh berserakan di lantai. Orang-orang yang berada di cafe pun spontan saja berhamburan keluar bahkan beberapa orang wanita berteriak ketakutan.

Audrey mematung dan tak melanjutkan aksinya untuk memarahi gadis yang masih terduduk di hadapannya. Sedang Stella pun telah menangis melihat perkelahian dua pria yang membuatnya menyesal karena telah menemui Jin. Ia pun tak terbesit sebelumnya untuk berpikir bahwa dirinya akan membawa masalah bagi Jin.

Jin yang tidak mau kalah pun juga memberikan tinjunya pada Jungkook. Alhasil dua orang itu melakukan aksi baku hantam dan saling bergelut satu sama lain. Beruntung dua petugas scurity datang tepat waktu dan memisahkan mereka.

"Urusan kita belum selesai," ujar Jungkook dengan nada mengancam. Ke dua sudut bibirnya pun telah pecah dan mengeluarkan darah—tak jauh berbeda dengan Jin. "Pulang!" Ia menarik paksa tangan Stella hingga jalan gadis itu terseok-seok.

Stella masih menangis. Ia tidak menyalahkan siapa pun saat ini terkecuali dirinya. Ia teramat menyesal. Andai ia tidak menemui Jin maka semua itu tidak akan pernah terjadi. Ia telah membuat Jin dalam masalah. Ia telah mengecewakan Jungkook. Terlebih lagi Ia juga telah menghancurkan persahabatannya dengan Audrey. Stella sempat menoleh ke belakang melihat keberadaan Audrey, sayangnya gadis itu ternyata tak mengikuti mereka.


🙏🙏🙏

*Hargai penulis
Percayalah, vote itu gratis

MY LOVER THE SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang