Stella
"Aku tidak menyukainya. Dia hanya temanku. Apa itu salah?"
"Jika aku juga melakukan hal yang sama, apa kau akan terima? Hah?"
"Selagi itu temanmu aku tidak masalah. Oh Tuhan, kita baru beberapa hari berkencan. Aku tidak ingin bertengkar denganmu."
"Kau tidak waras Stella. Kau harusnya berobat ke psikiater."
Stella menatap Jungkook dengan tatapan tidak percaya. Ia tak habis pikir bagaimana bisa Jungkook mengatakan itu padanya. "Aku tidak ingin bertengkar denganmu." Stella mengulang kembali ucapannya dengan suara yang memelan.
"Tapi kau duluan yang membangun pertengkaran ini!?" teriak Jungkook dengan urat leher yang menonjol. "Aku pria yang waras memarahimu karena memergokimu berduaan dengan lelaki lain. Itu real sebabnya aku mencintaimu!"
"Maafkan aku," ujar Stella dengan mata yang berkaca-kaca. "Ini memang salahku."
Jungkook memejamkan matanya serta mendongakkan kepalanya ke atas. Napasnya terdengar masih tak beraturan.
"Brengsek!" umpat Jungkook mengusap kasar wajahnya. Ia pun mendekati Stella seraya memeluk gadis itu. "Aku mencintaimu. Aku hanya tidak ingin kau bersama dengan pria lain selain diriku." Nada suara Jungkook pun kini kian menormal.
Stella memejamkan matanya bersamaan dengan butiran bening yang mengalir di kedua pipinya. Ia begitu syok dengan kemarahan Jungkook. Ia tau jika dirinya yang telah membangkitkan amarah pria itu. Ia bisa menginteropeksi dirinya mengapa Jungkook seperti itu.
Jungkook melepaskan pelukannya dan menatap Stella sendu. Jemarinya terangkat mengusap air mata gadis itu. "Jangan nangis, Honey."
Jungkook membelai pipi Stella. Ia kembali memeluk gadis itu dan beberapa kali mengecup jidat Stella. Ia merasakan getaran dari tubuh Stella yang ia yakini pasti kembali menangis karena ulahnya. Jungkook semakin mempererat pelukannya seraya mengusap punggung Stella dengan pergerakan yang lembut.
Stella masih tetap menangis. Ia menyesal karena telah sempat menyakiti perasaan orang yang sangat-sangat mencintai dirinya. Seharusnya ia lebih bisa menghadapi kesulitannya seorang diri tanpa perlu membagikannya juga dengan Jin. Stella akui apa yang ia lakukan memang tidak benar.
"Aku memang seperti ini, pria yang tidak bisa mengontrol emosinya. Ku mohon kau tidak punya pikiran untuk mengubah secuil pun rasa cintamu padaku," ujar Jungkook memelas.
Stella melepaskan pelukannya sembari menggelengkan kepalanya. "Itu tidak akan mungkin terjadi," bisik Stella lalu melingkarkan ke dua tangannya di leher Jungkook seraya membalas singkat kecupan Jungkook di dahi sang pria.
"Aku tidak ingin melampiaskan amarahku padamu, Honey. Lebih dari itu aku ingin kau menganggapku satu-satunya pria yang ada di dunia ini."
Stella membutuhkan udara yang banyak. Mendengar ucapan Jungkook ia merasakan dadanya seakan sesak. Ia sadar bahwa Jungkook menginginkan dirinya lebih dari apapun yang pria itu harapkan. Membuat Stella semakin percaya bahwa Jungkook adalah orang yang tepat untuk berada di sampingnya.
"Aku mencintaimu," ucap Jungkook dengan tatapan lembut seraya tersenyum hangat.
Stella pun ikut tersenyum dan membalas, "aku lebih mencintaimu." Ia pun memeluk Jungkook seakan tak bisa tuk dilepaskan. Begitu pun halnya Jungkook yang juga semakin memperdalam dekapannya.
Begitulah problem dalam suatu hubungan. Untuk mencapai tingkat kepercayaan satu sama lain, adakalanya kita memang harus diarahkan dulu untuk bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVER THE SERIES
RomansaMelalui kisah Audrey, Alea, Maddie, Stella dan Rachel, kita akan diajak memahami bagaimana rumitnya menemukan batas cinta yang sesungguhnya. Cinta yang menampung pengharapan dan begitu pulalah sulitnya cinta berikan kepastian. Akankah ke lima gadis...