Chapter 27

23 5 31
                                    

Alea

Kuatnya angin yang mampu menghentikan napasku. Di gelapnya malam, nyatanya musim dingin tiba begitu saja. Melewati hari yang tiada habisnya hingga membuatku ingin segera memelukmu, tapi bagaimana mungkin jika kau dengan sendirinya melepaskan rengkuhan ku setiap waktu. Meninggalkanku di penghujung senja  yang mulai tak berwarna, dan saat itulah air mataku terjatuh untuk yang ke sekian kalinya. Perasaanku yang tak bisa kau miliki. Hanya aku di kegelapan sang malam.

Mungkin Jika aku adalah tuan di hatimu, sudah pasti aku akan menjadi awan yang menyelimutimu di musim dingin. Memelukmu bahkan tak berniat untuk melepasmu walau sesaat. Di sini, aku akan selalu untukmu. Di sini, dunia adalah kita berdua.

Terlampau cepat, angin hangat itu telah berubah menjadi dingin yang membuatku terperangkap di hati yang semestinya tak kutempati. Aku pikir aku akan pergi meninggalkanmu, nyatanya aku masih tetap bertahan walau menyakitkan. Anehnya, kuat bukanlah aku.

Mampukah tubuhku bertahan? Sanggupkah aku bernapas? Bisakah aku berjalan lebih lama lagi?

Kau layaknya serpihan. Beterbangan pada tempat-tempat yang menjadi saksi kita dahulu. Kursi yang kita duduki, jalan yang kita lalui, senyum ala kadarmu, tatapan hangatmu semuanya itu seketika menjadi lukaku yang takkan bisa terobati.

Andai aku yang melepasmu, mungkin dunia takkan bisa merendahkanku. Sayangnya, kaulah manusia yang menjadi nyawa untukku.

Alea tiada hentinya menangis di sepanjang jalan yang disediakan khusus pejalan kaki. Ia sama sekali tak memikirkan bagaimana tubuhnya kedinginan diterpa ribuan salju. Entahlah, yang Alea pikirkan saat ini adalah bisakah dirinya bertahan untuk tetap hidup hingga esok pagi. Demi apa pun yang menyaksikan dirinya saat ini, gadis itu hanya ingin Tuhan mencabut nyawanya.

Padahal malam telah menunjukkan pukul sebelas dan kendaraan di jalan pun telah berkurang. Terlebih musim salju seperti sekarang membuat orang-orang malas untuk berkeliaran. terbukti hanya Alea seorang yang tengah berjalan di sepanjang jalan dengan langkah yang semakin lama semakin tertatih.

'Pergilah! Bahkan untuk menggangguku kau seharusnya menghilang dari dunia ini. Tolong pergilah dari hidupku.'

'Kau hanya akan menyiksaku. Ku mohon jangan seperti ini. Ku mohon pergilah Alea! Pergi sejauh yang kau bisa.

Seketika Alea tersungkur ke bawah dan menangis dengan keras. Andai ada yang mendengarkannya sebentar saja, orang itu pasti akan ikut merasakan sakit yang Alea rasakan untuk waktu yang lama.

"Aku mencintaimu," isak Alea diiringi tangisnya yang begitu menyayat hati.

Untuk luka yang terus ia dapatkan, ia masih saja mengeluarkan cintanya pada seorang pria yang tak pernah mencintainya bahkan memintanya untuk menghilang dari dunia.
Bagaimana mungkin jika kenyataannya hanya Jungkook lah satu-satunya orang yang membuatnya bernapas dengan tenang dan orang itu pula yang mengharapkannya tiada.

Alea tak kuat lagi. Ia terbaring pada hamparan salju yang sedikit demi sedikit membuatnya mati dengan perlahan. Gadis itu meringkuk bersama tangis yang terus meraung. Dingin yang ia rasakan bahkan tak berdampak sama sekali baginya, karena sesuatu yang lebih menyakitkan dari itu adalah hatinya.

"Aku hanya ingin hidup Tuhan..." lirih Alea hampir tak terdengar. Bibirnya bergetar hebat. Tangannya berulang kali memukul dadanya terus menerus karena merasakan sesak yang begitu menyakitkan.

MY LOVER THE SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang