Alea
Ini adalah hari pertama turunnya salju. butiran kristal membeku saat tumpah dari langit. Sayup-sayup kemarin ribuan daun maple jatuh dari pohon, sekarang sudah tak memperlihatkan dirinya saat salju-salju itu menutupinya. Begitulah yang akan terjadi; semuanya tak akan abadi bilamana itu hanya akan menjadi cerita di akhir waktu. Ini hanya sedikit permasalahan jika kau tidak menerima apa yang sudah Tuhan lakukan untukmu. Percayalah, hidupmu hanyalah skenario Tuhan di mana kau akan berada di fase kau harus belajar untuk terbiasa.
Dari sini Alea bisa menemukan batas harapan, cinta, dan kesabaran yang membuatnya berpikir bahwa itu hanyalah lantunan penghantar tidurnya dan saat terbangun semua itu hanya akan menjadi keinginan yang terpatahkan. Ia bisa merasakan hembus angin yang tidak biasanya. Ia bisa mendengar arus lautan yang menghempas-hempas. Ia pun bisa merasakan Tuhan memanggil namanya.
Alea memegangnya dengan tangan bergetar, menaikkan ke dua kakinya dan berusaha untuk tidak takut melepaskan pegangannya. Ia berhasil saat ke dua tangannya ia rentangkan sembari mengatupkan sepasang matanya bersama dengan senyum termanis yang ia miliki. Aksi itu membuatnya seperti burung yang terbang dengan bebas, hingga ia pun tertawa untuk hari terindah yang kemungkinan baru dirasakannya.
"Berhenti!"
Alea merasakan kejanggalan saat merasakan sesuatu yang menyentuh pergelangan kakinya. Tak hanya itu, ia juga mendengar dengan sangat jelas seorang gadis baru saja berteriak. Alea pun membuka matanya untuk memastikan, saat itu juga Alea kebingungan ketika melihat seorang gadis yang begitu asing baginya.
"You crazy! Kau pikir Tuhan akan setuju dengan tindakanmu? Oh ayolah, bunuh diri tak akan menyelesaikan apa pun."
Alea masih tampak kebingungan. Ia memutuskan menurunkan ke dua kakinya sembari menatap gadis berambut sebahu yang terlihat sedang memegang koper hitam dengan ukuran besar. "Bunuh diri?" Spontan Alea menyadari jika gadis itu telah salah paham. Ia pun melanjutkan, "astaga, pikiranku tidak sesempit itu mengenai hidupku. Aku juga tau itu bukanlah tindakan yang benar."
"Lantas kau berdiri di atas jembatan itu, apa? Orang-orang juga pasti menilaimu ingin melompat ke laut."
Alea sontak saja tertawa, namun ia juga bersyukur dalam hati karena masih ada orang yang memiliki hati nurani seperti gadis itu. Ya, walaupun Alea akui nada bicara gadis itu terdengar menjengkelkan. "Aku hanya menikmati musim salju pertamaku di sini," jawab Alea mengulurkan satu tangannya merasakan butiran salju berjatuhan di telapak tangannya.
"Ah, dasar," gumam si gadis seraya berpindah ke samping Alea. Wajahnya tampak kelihatan menyesal telah menghampiri Alea.
Alea tak henti-hentinya memperhatikan gadis di sebelahnya, termasuk koper yang dia pegang. "Kau ingin kemana?" tanyanya pelan.
Si gadis mengangkat ke dua bahunya.
Alea menaikkan alisnya. "Aku tidak mengerti," ujarnya dengan tampang polosnya.
Ia menoleh dan membalas tatapan Alea. "Aku tidak tau ingin kemana. Kau tau kan manusia akan selalu dihadapkan dengan yang namanya masalah. Well, sekarang aku berada di posisi itu.
Alea berpikir sesaat dan akhirnya berujar, "setidaknya kau punya teman untuk menghantarkan dirimu padanya," ucap Alea menyarankan. Pikirnya gadis yang berada di sampingnya saat ini tengah menghadapi sebuah problem di dalam keluarganya.
Si gadis pun malah tersenyum simpul dan kembali memandang ke depan. "Sekarang aku tidak punya, tidak ada satu pun," ujarnya terdengar ambigu di telinga Alea.
Alea menggeleng. "Demi Tuhan aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan."
"Ya, aku tidak punya keluarga bahkan teman sekali pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVER THE SERIES
DragosteMelalui kisah Audrey, Alea, Maddie, Stella dan Rachel, kita akan diajak memahami bagaimana rumitnya menemukan batas cinta yang sesungguhnya. Cinta yang menampung pengharapan dan begitu pulalah sulitnya cinta berikan kepastian. Akankah ke lima gadis...