Maddie
"Benar-benar kacau."
"Apa yang terjadi?"
"Audrey marah pada Stella dan dia meninggalkan asrama."
"Ada apa dengan Stella? Kupikir Audrey hanya bermasalah dengan Hoseok."
"Memang benar. Tapi entah sangkut pautnya di mana, setauku Audrey marah pada Stella karena telah menyukai pria yang dia cintai. Ah, kurasa aku juga belum terlalu paham dengan permasalahan mereka." Maddie pun menyeruput coffe latte-nya. Siang ini ia sengaja mengajak Suga untuk bertemu di cafe. Padahal niatnya ingin pergi seorang diri, namun karena Suga sempat meneleponnya dan menanyakan keberadaan Audrey maka dari itu Maddie mengajak pria itu untuk membicarakannya di cafe saja.
Maddie sungguh dibuat pusing. Belum selesai ia menemukan jalan keluar hubungannya dengan Namjoon, Audrey malah menambah tumpuan berat lagi di kepalanya. Belum lagi jika Hoseok sampai mengetahui kepergian Audrey.
"Apa aku mengenal pria itu?"
"Dia teman Hoseok yang juga tinggal di asrama-namanya Jin, apa kau tau?"
Suga menaikkan ke dua alisnya. "Ya. Tapi tidak dikatakan dekat," jawabnya setelah berpikir beberapa detik.
"Huh!" Maddie menghembuskan napasnya keras. "Semoga Audrey baik-baik saja di luar sana."
"Kau tidak berniat mencarinya?" tanya Suga sekaligus menyarankan.
Maddie menggeleng. "Itu hanya akan sia-sia jika Audrey malah berbalik membenciku."
"Lantas kau ingin bagaimana?"
"Yeah, membiarkannya saja. Lagi pula Audrey juga cukup dewasa menindaklanjuti apa yang dia lakukan, kupikir gadis itu hanya sedikit mengamuk dan lihat saja nanti, dia pasti akan kembali lagi."
Suga hanya mengangguk paham. Dengan cepat ia pun kembali bertanya dengan topik yang berbeda. "Mad," panggilnya saat Maddie menunduk menatap gelas di hadapannya. "Boleh kutau mengapa kau menangis malam itu? Em... kalau kau sedikit keberatan juga tidak apa-apa, kau tidak perlu mengatakannya."
Maddie menghirup napas sedalam-dalamnya. Ia pun membalas tatapan Suga dan spontan tersenyum. "Kuharap malam itu adalah kejadian terakhir sepanjang hidupku, di mana aku melihat dengan langsung kekasihku bersama wanita lain," ujar Maddie tampak kelihatan sangat terpaksa menampilkan senyum di bibirnya.
Suga mengerutkan dahinya. "Kenapa saat itu kau tidak memberitahuku?"
Maddie menaikkan sebelah alisnya. "memangnya kenapa?" tanyanya balik.
"Andai saja kau memberitaukanku, aku jamin pria bajingan yang telah menyakitimu itu akan menghilang dari tanganku," tutur Suga dengan tampang memanas.
Bukannya bergidik ngeri mendengar ucapan Suga, yang ada Maddie hanya menatap Suga dengan tatapan tak suka. "Itu tidak lucu," ujarnya berpikir pria itu kemungkinan hanya bergurau.
"Aku sedang tidak bercanda Mad. Aku hanya tidak suka jika ada wanita yang dikhianati oleh kekasihnya. Kupikir melenyapkan nyawa-nyawa pria brengsek seperti itu bukanlah hal yang buruk," ujar Suga sama sekali tak memperlihatkan jika ia sedang bergurau.
"Oh ya Tuhan. Kau jangan munafik, kau itu juga pria."
"Kau benar, tapi bedanya aku adalah pria yang mempunyai moral," bantah Suga tidak setuju jika Maddie juga menyamakan dirinya dengan pria brengsek.
"Ya, ya, ya, pria yang bermoral," ucap Maddie dengan nada mengejek.
"Kau tidak percaya?"
"Ya, aku percaya." Maddie sedikit menambahkan tekanan di akhir kalimatnya dengan nada yang tidak sungguh-sungguh.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVER THE SERIES
Любовные романыMelalui kisah Audrey, Alea, Maddie, Stella dan Rachel, kita akan diajak memahami bagaimana rumitnya menemukan batas cinta yang sesungguhnya. Cinta yang menampung pengharapan dan begitu pulalah sulitnya cinta berikan kepastian. Akankah ke lima gadis...