Maddie
"Terus saja kalian pergi. Ya, aku memang ditakdirkan untuk hidup mandiri. Ya, aku tau," ujar Maddie pada dirinya sendiri sambil memukul-mukul bantal untuk melampiaskan kekesalannya.
Benar saja, saat ini Stella sedang tidak ada di kamar sejak pagi. Dan menurut Maddie kemungkinan gadis itu akan seperti Namjoon dan juga Audrey yang dengan seenaknya meninggalkan dirinya begitu saja.
"Oh, menyebalkan." Maddie bangkit dan menuju kulkas seraya membukanya dan mengambil minuman dingin dari sana. Setelah itu ia pun meneguknya dan nyaris menghabiskannya. Maddie bahkan tidak tau apakah dirinya mencoba untuk menjernihkan pikirannya dengan minuman tersebut ataukah dirinya memang kehausan.
Suara ketukan pintu tiba-tiba saja membuat Maddie menampilkan senyum cerianya dan langsung membuka pintu kamar. Pikirnya Stella, namun ternyata bukan. Melainkan Suga.
"Ada apa?" tanya Maddie berusaha memperlihatkan tampangnya seperti biasa. Jujur, ia mulai tak suka berada di dekat Suga. Bagi Maddie apa yang ia lakukan mungkin tidak benar sebab ada hati yang harus ia jaga, yaitu Namjoon.
"Aku tadi melihat Audrey di lantai dua."
"Benarkah? Lalu apa dia masih berada di sana?" tanya Maddie dengan nada menuntut.
Suga menggeleng. "Dia pergi."
Wajah Maddie seketika berubah datar. "Ke mana? Kenapa kau tak menahannya? Atau membawanya ke sini. Ya Tuhan, harusnya kau tak membiarkannya pergi begitu saja."
"Dia pasti tidak akan mau."
Maddie memutar matanya dan dengan gesit menarik tangan Suga. "Sepertinya dia masih berada di sekitar sini, ayo ikut aku."
Suga bergeming melihat tangannya yang digenggam oleh Maddie sehingga membuat gadis itu pun spontan melepaskan pegangannya karena merasa tak sengaja melakukannya. Maddie bahkan tampak salah tingkah sembari menggaruk belakang lehernya.
"Apa kita bisa pergi?" tanya Suga kembali menghidupkan suasana yang sempat terasa begitu canggung.
"Em," angguk Maddie menyetujui dan berbalik melangkahkan kakinya lebih dulu meninggalkan Suga yang sempat menampilkan senyum singkatnya melihat tingkah Maddie.
Mereka pun keluar dari asrama mencari Audrey menggunakan mobil Suga. Tapi Maddie menghentikan tangannya untuk membuka pintu mobil saat seorang pria lain menghampirinya.
"Oh, jadi ternyata kau seperti ini di belakangku?"
Maddie berbalik dan hampir saja jantungan kala melihat Namjoon yang telah berada di hadapannya. Kalian tau? Ekspresi Maddie saat ini tak ada bedanya dengan seorang pencuri yang tengah tertangkap basah.
Namjoon tersenyum sinis sambil bertepuk tangan untuk Suga saat pria itu memutuskan keluar dari mobilnya.
"Sungguh hebat. Serasi," ucap Namjoon kembali menatap Maddie dengan tatapan meremeh.
"Tidak, ini tidak seperti apa yang kau lihat. Demi Tuhan kami hanya berteman," terang Maddie dengan tatapan memohon berharap Namjoon akan percaya padanya.
"Terserahmu Mad. Aku tidak peduli kalau kau ingin berteman dengan pria mana pun, atau memberikan tubuhmu itu secara gratis. Itu kan yang kau inginkan?"
Maddie terhenyak memandang Namjoon dan saat-saat itu pula air matanya menetes bercampur kekecewaanya pada ucapan pria itu. Maddie bahkan tak habis pikir jika Namjoon akan mengatakan hal sekeji itu padanya.
BUKK!
Maddie terkejut bukan main saat Namjoon tersungkur oleh pukulan Suga yang mendarat di pipinya. Tampak jelas darah segar yang keluar dari sudut bibir Namjoon. Belum sempat pria itu berdiri terlebih dahulu Suga menyerang lagi ke arahnya dengan pukulan-pukulan yang ia arahkan ke wajah Namjoon.
Namjoon yang tak terima oleh perlakuan Suga pun dengan cekatan membalas pukulannya. Sehingga terjadilah aksi baku hantam dan saling gelut satu sama lain.
Maddie yang tak tau harus bagaimana hanya bisa berteriak meminta agar mereka menghentikan perkelahiannya. Namun percuma jika itu hanya sia-sia dan mereka tetap saja melakukannya.
Di saat bersamaan Maddie merasa beruntung karena Hoseok dan Jin keluar dari asrama. Ia pun dengan cepat meminta bantuan. Tak lupa ia sempat mengusap kasar air matanya terlebih dahulu. "Hoseok, kumohon pisahkan mereka. Ya Tuhan!" Maddie menutup mulutnya ketika melihat Wajah Suga dan Namjoon yang tampak mengerikan lantaran darah yang tercipta dari ke dua wajah pria itu.
Hoseok yang sebenarnya masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan gesit memisahkan ke dua pria itu kala melihat salah satu sahabatnya berada di sana, yaitu Namjoon. Jin yang tak tinggal diam pun membantu Hoseok.
"Hey, ada apa ini?" tanya Hoseok ketika berhasil memisahkan mereka dan memegang alih tubuh Namjoon. Sedang Suga ada pada jin.
Bukannya menjawab, Namjoon langsung saja melepaskan pegangan Hoseok dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Hoseok berbalik menatap Maddie dengan tatapan membunuh. "Apa yang terjadi, Mad?"
Maddie menelan ludah dan seketika tak tau ingin menjawab apa pada Hoseok. Tapi beruntung pria itu sedang tak berniat untuk ikut campur dan langsung memilih pergi begitu saja bersama Jin. Alhasil, Maddie kembali bernapas lega.
Berbalik ke Suga, Maddie pun mendekat dengan penuh rasa khawatir.
"Astaga." Hanya itu yang keluar dari mulut Maddie ketika menatap wajah Suga yang telah babak belur hingga pada akhirnya ia pun menarik tangan pria untuk kembali ke asrama dan memutuskan ke kamarnya. Maddie bahkan sudah tak peduli lagi akan aksinya yang lagi-lagi memegang tangan Suga.
Sesampainya, Maddie mendudukkan Suga di atas kasur dan ia pun mendekati lemari untuk mengambil handuk kecil beserta mangkuk yang telah berisi air hangat.
"Ini mungkin akan lumayan perih. Apa kau bisa?" tanya Maddie alih-alih meminta izin terlebih dahulu.
Suga hanya mengangguk tanpa berujar.
Maddie pun mengangkat tangannya lalu mengarahkan handuk itu ke wajah Suga pada area yang terluka dan tampak menimbulkan lebam. Maddie bahkan ekstra hati-hati dan berusaha selembut mungkin agar si pria tidak merasa kesakitan tentunya.
"Kenapa kau memukulnya? Harusnya kau tidak melakukannya," ucap Maddie di sela-sela mengobati luka Suga. Wajahnya sama sekali tak memunculkan ekspresi.
"Dia berhak mendapatkannya, Mad. Demi Tuhan semua wanita tidak akan sudi jika di katakan seperti itu. Aku tau saat itu kau benar-benar tidak terima, tapi sayangnya kau hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Dan untuk melampiaskan amarahmu, aku melakukannya," tutur Suga menatap Maddie dengan tatapan tak percaya oleh ucapan gadis itu yang tampak jelas menyalahkan dirinya.
Maddie menurunkan tangannya seraya menggeleng. "Itu tidak benar. Kau seharusnya tidak melakukannya. Dia tidak salah, justru kita yang salah," tolak Maddie menentang ucapan Suga yang betul-betul tidak sejalan dengan pikirannya.
Suga pun mengernyit dengan tatapan bingung. "Kau kenapa? Harusnya kau marah padanya karena telah menghianatimu dan bukannya mengatakan bahwa ini salah kita. Ya Tuhan, Mad, ada apa denganmu? Dan kau tidak terima aku memukulnya karena dia kekasihmu? Begitu? Lantas apa dia memikirkanmu sebagai kekasihnya?"
"Kau yang kenapa? Kau yang tidak seharusnya ikut campur dengan urusan pribadiku. Kita baru saja berteman dan kau sudah bertindak lebih jauh. Tolong mengertilah dengan situasiku saat ini."
Suga tampak bungkam dan kehabisan kata-kata karena pikiran Maddie yang teramat jauh dari apa yang ia bayangkan. Suga sama sekali tak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu.
Dengan perasaan kecewa Suga pun memilih bangkit dan pergi meninggalkan Maddie.
Tinggallah Maddie yang sungguh di buat pusing oleh dirinya sendiri. Entah apa yang ia lakukan itu sudah benar, tapi tetap saja hati dan pikirannya malah bertabrakan. Oh, ada apa dengan dirinya.
"Aghh!" teriaknya frustasi di barengi tendangannya yang secara bergantian hingga membuat seprai kasur menjadi tak berbentuk. Belum lagi aksinya yang menarik-narik rambutnya sendiri hingga tak bisa dipastikan apakah gadis itu masih waras atau tidak.
🙏🙏🙏
*Hargai Penulis
Percayalah, vote itu gratis
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVER THE SERIES
Roman d'amourMelalui kisah Audrey, Alea, Maddie, Stella dan Rachel, kita akan diajak memahami bagaimana rumitnya menemukan batas cinta yang sesungguhnya. Cinta yang menampung pengharapan dan begitu pulalah sulitnya cinta berikan kepastian. Akankah ke lima gadis...