"Kamu ngapain disini,"tanya ku dingin tanpa melihat wajahnya. Tapi sebenarnya pintar kali kamu Sha. Ini kan Saudi Arabia, jelas mau menuntaskan rindu dengan nabi. "Aku umrah dengan jama'ah yang di lobby,"ucap Raka.
"Kenapa harus ketemu dengan ku lagi sih,"ucapku kesal. "Andaikata aku tau pun aku nggak akan kesini. Murni lillahi ta'ala Sha,"ucap Raka. "Ehm iya juga sih,"ucapku pelan. "Makanya jangan asal ngamuk dulu,"ucap Raka. "Siapa sih yang ngamuk,"ucapku sebal.
"Nggak ngamuk cuma ngomel panjang lebar,"ucap Raka makin membuat ku kesal. "Udah tua juga masih cemberut kayak gitu. Nggak mau pulang ke Indonesia,"tanya Raka. "Nanti kalo ada yang ngajakin ke KUA,"ucapku asal. "Ayo,"ucapku Raka membuat ku melotot.
"Anti poligami saya Mas. Acarya belum cukup?,"tanyaku. "Acarya siapa lagi. Ini nah buktinya saya masih lajang Sha. Ya Allah,"ucap Raka menunjukkan tanda identitas dirinya. "Iya ehh KTP nya belum nikah,"ucap ku. "Gimana sudah percaya Mbak Ashana Mahya Ardianti Satyadewata,"ucap Raka.
"Lah terus kalo Anda mau nikah kah mau belum kah. Hubungannya dengan saya apa?,"ucapku menunjuk diri ku sendiri. "Bukannya kamu selalu mempermasalahkan Acarya terus,"ucap Raka. "Nggak merasa aku. Lagian aku nggak mau disiram cappucino lagi ya,"ucapku cuek.
"Makanya coba dengerin dulu. Acarya memang datangi kita waktu itu tapi sayang dia udah hamil anak sepupu ku,"ucap Raka membuat ku tercengang. Ini sudah kali kedua pengkhianatan macam apa itu. "Jadi kamu nggak sama Acarya,"tanya ku.
"Iyalah... Tapi sama istri pertama ku. Nih baru mau lamar istri kedua,"ucap Raka. "Ck maaf ya saya nggak suka dibuat main-main dan bukan perempuan tangguh yang rela di madu,"ucapku sebal. "Iya ya... Kamu sih lupa. Kan sudah ku bilang istri pertama ku ya negara kita tercinta Indonesia,"ucap Raka.
Sontak membuat rasa panas menggelayuti pipi ku. "Baper ya kok merah gitu pipi nya,"tanya Raka langsung ku tinggal. "Ehh diterima ngga lamaran ku,"tanya Raka. "Ehh dulu aku segampang itu ya. Sekarang nggak dan lagi kenapa Anda yakin sekali ku terima. Jadi maaf saya ada pekerjaan lain,"ucapku meninggalkan nya dibalik pintu kamar ku.
Aku nggak mau jadi segampang itu. Dulu segampang itu malah selalu sia-sia jadi sekarang aku mau serius dan ngga semudah itu untuk menggapai ku. Supaya jadi pelajaran untuk nya biar nggak lagi jadikan aku bahan mainan.
Karena aku sudah belajar dari pengalaman. Oke I don't care about that. Kita kembali ke dunia stalker. Masih 15 menit, kabari dulu orang tua lah. Nanti dikira anak tercinta nya hilang. Kan nggak lucu banget.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam. Sudah dimana ini Nduk,"tanya Anindita.
"Ini lagi di Madinah,"
"Loh liburan?,"tanya Aswin
"Iya Pak,"
"Kapan pulang Nduk,"tanya Anindita
"Nanti kalo ada yang mau ajak ke KUA,"
"Memangnya sudah ada,"tanya Aswin
"Ya belum makanya nanti kalo ada yang mau,"ucapku terkekeh.
"Oiya Nduk hati-hati. Sudah dulu ya Bapak sama Ibu mau ke Pesantren,"ucap Anindita menutup obrolan.
"Iya pak Bu. Doakan aja siapa tau habis pulang dari sini ada yang mau melamar,"ucapku dalam hati. Semoga aja ya tapi nggak ngarep banget.
---
Jam 10.00 siang waktu setempat...
Hari ini juga aku harus pulang ke CA malas kemana mana lagi. Tinggal tunggu check in lagi. Kelewat niat sih orang check in jam sebelas, jam 10 sudah datang. Tapi nggak papa lebih cepat lebih baik Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Srikandi Lautan Emas Nusantara - Completed
SpiritualHighest ranking : #5 surabaya #1 teknik #5 kimia Dulu saya nggak pernah mengharap menjadi pekerjaan saya saat ini. Dulu saya berniat untuk masuk sekolah untuk abdi negara. Namun tahun pertama saya gagal karena usia saya masih 15 tahun. Ya akhirnya...