Part 8 : Burned Along with Offshore Platforms

300 33 0
                                    

"Non ini sudah semuanya kan ya,"tanya Mira menunjukkan semua perlengkapan yang ada di koper. "Ehm sudah lengkap banget itu Bi. Makasih ya Bi. Lain kali kita traveler lagi ya,"ucapku memeluk Mira sebelum berangkat kerja seperti biasa. "Non hati-hati ya,"ucap Mira. "Jelas dong kan kita mau ke Teluk Lombok kalo aku nggak sehat gimana mau kesana,"ucapku memakai sepatu safety.

Mira membawa kan koper besar ku keluar untuk dimasukkan bagasi sebelum akhirnya berangkat kerja. Sambil menunggu sampai dermaga, ku buka beberapa sosial media hingga mata ku menemukan sebuah notifikasi Instagram yang penuh dengan ucapan harap semoga pulang ke Gresik dengan calon suami.

Daripada pening mikir jodoh yang masih senang main petak umpet lebih baik pasang headset biar nanti tetep fokus selama kerja. Bukannya nggak mau tapi ya kalian pikir aja sendiri kalo cinta kalian cuma dibuat mainan karena latar belakang mu. Muak nggak?

Rungokno sworo atiku
Kang nandang kangen sliramu
Kang tansah manah atiku
Saben wengi ra biso nendro netraku

Ku cabut headset yang menggantung di telinga ku karena mendengar lagu yang sialnya bikin gagal move on dari Raka. Ayolah jangan sampai jadi pelakor karena kamu juga pasti nggak mau orang ketiga. Lebih perih lagi kalo liat tanggal hari ini, tanggal dimana Raka melepas masa lajangnya.

Lama-lama aku frustasi kalo nggak bisa move on ya Allah... Semalaman aku nggak bisa tenang karena memikirkan hari ini saja hingga ku habiskan untuk berdzikir. Ya Allah mohon kembalikan hidup hamba yang hampa saja jangan beri sedih seperti ini ya Allah...

Mata ku tak bisa menyembunyikan rasa gelisah ku lagi ketika melihat pukul 09.00 waktu setempat. Artinya Raka sudah resmi suami dokter cantik itu bukan engineer kayak aku ini. Bahkan entah mengapa rasanya perih apa mungkin ini baru namanya patah hati saat sedang sayang-sayangnya.

"Non nggak papa,"ucap Mozza membuat ku mendongak.

"Nggak papa pak. Cuma lagi nggak tau cuma pengen keluarkan air mata aja,"dustaku sebelum menyandarkan kepala untuk tidur. "Non kalo sakit jangan maksa kan diri Non,"ucap Mozza. "Nggak papa Pak. Saya lagi pengen nangis aja,"ucapku menutup mata.

---

"Morn... Ehh Bos baik-baik saja kan,"ucap Razaq. "Alhamdulilah,"ucap Ashana menarik koper untuk masuk ke dalam kapal. "Razaq kamu liat Ashana,"tanya Jean panik. "Barusan masuk Mom,"ucap Razaq. "Ya ampun bisanya dia harus berangkat kerja hari ini,"ucap Jean menggigit jarinya bingung.

"Astagfirullah,"ucap Razaq mengejar Ashana untuk meminta nya beristirahat saja sebelum kapal mulai berlayar. Langkah kaki nya yang panjang menyusuri seluruh bagian kapal untuk mencari Ashana.

"Hmm baiklah mungkin kita akan jadi tim yang hebat. Oiya ngomong-ngomong kemana anggota ku ya,"ucap Ashana tampak bersemangat. "Bos saya disini,"ucap Razaq mendekati dua orang perempuan di hadapannya.

"Ehm Miss. Ashana saya rasa kita akan bertemu 5 menit lagi untuk mencari anggota tim,"ucap Kate. "Okey,"ucap Ashana  berjalan ke arah ruang yang disiapkan. "Bos Anda tidak apa-apa,"tanya Rocky. "Aku merasa baik-baik saja. Jadi berhenti khawatirkan aku karena bahagia ku ketika mengarungi samudra mencari emas hitam nusantara demi negeri.

Tolong jangan lupa profesionalitas demi nama baik Gold Empire,"ucap Ashana menumpuk data yang perlu dibaca di meja pertemuan. "Siap Bos,"

"Selamat pagi Nona Ashana Mahya Ardanti,"sapa anggota crew yang lain. "Pagi juga. Good Luck,"ucap Ashana menyapa. "Bos data yang kedua tidak lengkap dan lebih mirip terpotong saat di print,"ucap Samuel.

Srikandi Lautan Emas Nusantara - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang