Now I can't sing a love song
Like the way it's meant to be
Well, I guess I'm not that good anymore
But baby, that's just me---
Tetesan air yang masih bertahan di beberapa daun yang menghijau setelah ku semprot air makin menambah hawa segar. Daripada Engineer, sekarang aku sudah totalitas menjadi seorang ibu rumah tangga.
Binar damai tak pernah luput menghiasi wajah ku. Hari ini hari terakhir endapan racun bertahan menurut dokter. Hmm ngga sabar rasanya biar hari ini cepat berlalu. Selesai menyemprot tanaman di dalam rumah, aku mendorong kursi roda ku keluar rumah.
Baru mau keluar, terdengar suara Aswa menangis dari dalam kamar. Sembari memangku tubuh kecil nya, ku cek popoknya. Namun ngga ada isinya. Tapi nggak mau juga dia menyusu. Akhirnya ku bawa Aswa sambil keluar rumah.
Bosan kali ya kalo nggak dijemur pasti mendekam di rumah mulu. "Dah diam kan. Bosan kah kamu di kamar terus? Sama kayak Bunda. Tapi nggak mungkin bawa kamu kemana-mana. Nanti kena ayat-ayat cinta Ayah mu,"ucap ku menimang Aswa yang sudah berhenti menangis.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam,"
"Mari masuk Bu,"ucapku melihat Bu Maulidya bertandang ke rumah ku. "Loh kok ngga tidur Aswa nya,"ucap Maulidya menimang Aswa. "Izin baru bangun Bu,"ucapku. "Dulu Dek. Anak pertama ku itu ya Allah ngga siang ngga malam nangis mulu. Nggak mau ditinggal kemana mana.
Ini pinter ngga rewel apalagi kalo sudah tau aman ya tidur. Oiya Dek hari ini kan kata dokter mu,"ucap Maulidya membuat ku tersenyum tipis. "Siap iya Bu,"ucapku sumringah. "Nggak papa kan ya tiap siang main kesini. Di rumah itu satunya kalo sudah main hilang sudah.
Satunya lagi kalo depan TV ngga ada kabar,"ucap Maulidya. "Siap ngga papa Bu. Saya senang kok malah punya teman,"ucapku. "Oiya Dek. Bentar tadi di rumah ada kolak pisang. Tadi tuh dari rumah Bu Andi langsung kesini,"ucap Maulidya beranjak pergi.
"Izin Bu ngga usah repot-repot,"ucap ku mencegah. "Ngga papa kok,"ucap Maulidya sudah bergerak cepat menuju rumahnya. "Banyak betul fans mu Wa. Nanti besar jangan jadi playboy ya mentang-mentang banyak fans,"ucapku menepuk badan Aswa di atas meja teras rumah.
Pengenku siji, nyanding kowe selawase
Ra ono wong liyo sing iso misahake"Ayah mu kangen Wa,"ucapku menekan tombol hijau panggilan video. "Ada-ada aja kamu. Ehh udah tersambung kok background nya bunga-bunga,"tanya Raka. "Nangis Aswa ngga mau diam kalo di kamar,"ucapku.
"Mau masak apa hari ini? Menerima semua jenis request, khusus hari ini,"ucap Raka. "Paling berakhir tunjuk tunjuk di internet,"ucapku terkekeh. "Ngerti aja sih. Aswa ini kenapa sih suka betul ngadem di luar,"ucap Raka. "Bosen lah didalam rumah terus.
Pengen merasakan suasana di luar,"ucapku membela Aswa. "Oke oke aku kalah. Sudah dulu ya,"ucap Raka menutup panggilan. "Kok kamu nggak mau tidur kalo siang,"ucapku menepuk pelan tubuhnya. Comel kali kalo dia pakai baju yang sekarang. Pengennya dia bayi terus biar masih bisa di lihat imutnya.
"Anak jam segini kok ditaruh luar. Katanya IQ 179 tapi nyatanya kalah skil,"
"Katanya habis operasi kok masih cacat ya Bu,"
"Nasibnya memang gitu kali Bu,"
"Mana tuh yang biasanya pakai sepatu KW super,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Srikandi Lautan Emas Nusantara - Completed
EspiritualHighest ranking : #5 surabaya #1 teknik #5 kimia Dulu saya nggak pernah mengharap menjadi pekerjaan saya saat ini. Dulu saya berniat untuk masuk sekolah untuk abdi negara. Namun tahun pertama saya gagal karena usia saya masih 15 tahun. Ya akhirnya...